BAGIAN 19: MOMENTUM (4)

12.9K 787 48
                                    

Angin bertiup semakin kencang. Hujan bertambah deras. Dan kabut semakin pekat.

Kerumunan orang-orang mulai panik dengan tubuh yang terhuyung ke sana-sini tanpa bisa melihat dengan jelas. Sedikit sentuhan bisa membuat mereka saling terkejut. Ada yang panik karena takut disambangi ular, ada yang takut gelap, ada yang takut terhempas oleh angin bahkan ada yang sekedar takut tanpa alasan apapun karena sudah "home sick"... alias sudah merindukan rumahnya.

Mereka saling menjerit panik dan histeris saat angin mulai menghempaskan ranting-ranting, dedaunan, bahkan mematahkan dahan-dahan pohon dengan suara berderak yang menakutkan di tengah-tengah kabut yang pekat. Sari melepaskan dirinya dari pelukan Dakota dan langsung meraih senter kabut yang tergantung di pinggangnya lalu menyorotkan senternya ke satu arah yang dipenuhi kumpulan orang-orang. Ia berteriak-teriak dengan kencang agar semuanya jangan panik. Beberapa pemuda pendaki gunung pun juga menyorotkan senternya ke arah yang sama. Lalu mereka mendapati satu pohon yang besar, yang dianggap kuat. Dan menyuruh semuanya berkumpul untuk mengelilingi pohon itu sebelum angin bertambah kencang.

Jeritan panik, tangisan dan rintihan ketakutan, semakin membahana di sekeliling mereka. Membuat suasana semakin terasa mencekam. Meskipun badai belum juga memulai tarian yang sesungguhnya... kumpulan manusia yang tadi bisa berkejar-kejaran dengan gagahnya, kini mencicit cuit bagaikan burung-burung kecil yang disergap pemangsa. Padahal, alam baru saja meniup-niupkan sedikit saja dari terornya.

Dunant merengkuhkan satu tangannya untuk merelung ke akar pohon besar yang tampak menyembul ke permukaan, sambil satu tangannya lagi terus merelung ke tubuh Chamberlain untuk memeluknya erat-erat. Ia menggunakan tubuh besarnya untuk menghalangi benda-benda yang mulai berterbangan dan menghempas ke arahnya, agar jangan mengenai tubuh ayahnya. Ia melihat wajah Chamberlain lekat-lekat. Wajah itu terlihat begitu lelah. Dunant tak pernah benar-benar mengenalnya. Hujan pun terus mengguyur dengan deras dan membuat pegangannya terasa licin karena tumpukan lumut yang memenuhi akar pohon. Dunant melihat samar-samar ke arah Dakota yang sudah mengenakan kaca mata infra red-nya lagi.

Sementara kerumunan orang banyak tampak ditenangkan oleh Sari dan teman-temannya untuk saling merapat, mengelilingi pohon dan saling merangkulkan tangan mereka ke pinggang masing-masing orang yang mengapit mereka di kedua sisi. Mereka pun bergerak merapat dengan bergerombol untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh Sari dan kawan-kawannya. Dakota pun membantu untuk mengarahkan jalan bagi mereka yang masih terpisah karena ia bisa melihat dengan lebih jelas melalui kaca mata khususnya.

Sementara Jon, Woody dan Dalton tampak menyembulkan diri mereka dari antara kabut yang posisinya sudah tidak jauh dari posisi Dunant. Mereka berusaha untuk melangkahkan kaki mereka agar bisa mendekat ke arah Dunant, dengan hanya satu senter saku yang tidak terlalu banyak membantu.

"Dunant! Where's Dakota?!" Jon berteriak, menanyakan keberadaan Dakota. Dunant bisa melihat posisi saudara-saudaranya itu. Tetapi ia tidak bisa menyahuti ataupun melepaskan tangannya. Ia berada tepat di posisi yang searah dengan tiupan angin. Dan angin yang bertiup ke arahnya, akan langsung menggelosorkan dirinya berikut ayahnya, ke tepian jurang.

"I'm here! Alive and safe!!!" Terdengar teriakan Dakota menyahuti. Ia memberitahukan di mana posisinya. Ia juga mengatakan bahwa dirinya hidup dan baik-baik saja. Woody hanya mendelik, mendengar bagaimana Dakota selalu berkelakar. Bahkan di dalam keadaan yang genting sekalipun...

Jon, Woody dan Dalton mulai merasakan bagaimana tubuh mereka oleng oleh kencangnya angin. Terutama di saat mereka mencoba untuk menyeberang ke posisi Dunant. Dunant menggelengkan kepalanya ke arah mereka. Seolah menyuruh mereka untuk mencari posisi lain yang menjauh dari tepian jurang. Namun kabut sudah menutupi pemandangan lagi. Senter saku berukuran kecil yang dipegang Woody pun sudah terpental entah kemana. Jon pun meminta Woody dan Dalton untuk merebah ke tanah demi mengurangi tekanan angin pada tubuh mereka. Lalu Jon meminta mereka untuk merayap maju di atas permukaan tanah yang basah dan mulai tergenang oleh air hujan, untuk mencapai ke posisi Dunant dan ayah mereka. Jon menelungkupkan wajahnya sesekali untuk menghindari terpaan angin yang mulai menghempaskan apa saja yang bisa terangkat oleh tiupannya. Ia meludah beberapa kali saat genangan air sempat terhirup masuk ke dalam mulutnya. Dunant menggeleng-gelengkan kepalanya lagi ke arah Jon. Tetapi Jon tidak bisa menangkap gerak-gerik Dunant dengan jelas karena tertutup kabut yang kadang menebal, kadang menipis sesaat.

DUNANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang