BAGIAN 25: CATATAN ERICA (2)

14.8K 807 46
                                    

Erica membuka matanya di awal hari dan yang biasa dilihatnya pertama kali adalah Dunant. Yang kedua, matahari pagi. Yang ketiga, dapur dan setumpukan urusannya. Yang keempat, biasanya adalah Dunant lagi...

Dunant masih tertidur. Erica pun bangkit dan mengenakan kembali semua pakaiannya. Lalu melangkah menuju ke dapur. Dan menyalakan keran air di tempat cuci piring. Ia sudah memanaskan air di ceret. Juga membuat bubur kentang. Tak lama kemudian, Erica merasakan nafas yang panas meniup-niup kecil ke tengkuknya. Ia pun membalikkan tubuhnya.

Dunant melepaskan senyuman sumringahnya. Ia menggerak-gerakkan tangannya. Mengatakan kalau semalam terasa indah. Kemudian seperti biasanya... sebelum sarapan paginya, ia akan menyusupkan wajahnya terlebih dulu ke leher Erica sambil merelungkan lengannya ke pinggang istrinya itu. Lalu menjauhkan wajahnya kembali dan menatap Erica dengan pipi yang merona merah...

Erica tersenyum dengan kening yang sedikit berkerut. Dan itu membuat Dunant memiringkan sedikit kepalanya dengan pertanyaan di matanya. Ia pun menggerak-gerakkan tangannya...

Kenapa? Kamu tidak suka yang semalam? Apa yang kamu pikirkan?

Erica hanya tertawa kecil. "Bukan. Tapi... apa kamu akan s'lalu seperti ini? Setiap pagi, setiap hari, dan sampai seterusnya?" Mata Erica sedikit menerawang, mengingat bahwa tidak banyak hal yang benar-benar tetap tinggal bersamanya. Bahkan ingatannya sendiri pun tidak.

Dunant juga menerawangkan matanya. Wajahnya terlihat serius. Kemudian ia menatap Erica lagi dan menggerakkan tangannya untuk menjawab...

Iya.

Dunant menjawab sependek dan sesederhana itu. Erica tersenyum mendengarnya. Ia tidak tahu, apakah senyumnya akan tinggal tetap bersama Dunant...

Erica melihat kehidupan nyatanya bersama Dunant yang tidak akan jauh berbeda dengan banyak pasangan lain. Dunant akan mengerti banyak hal, menjadi pintar seperti Alex. Lalu akan membohonginya. Dan suatu saat nanti akan balik memanipulasinya. Kemudian mengkhianatinya. Namun tetap ingin memiliki serta mendominasinya.

Apa yang gue pikirin? Kenapa meragu sekarang?, Erica membatin. Dia istimewa. Tapi tetep cuma manusia biasa... yang unik.

Erica memeluk Dunant sekali lagi. Dunant merasakan kegelisahan di hati Erica dan menggerakkan tangannya lagi untuk bertanya...

Kamu sedih. Kenapa? Aku salah apa?

"Aku cuma..." Erica meragu untuk memperdengarkan firasat buruknya. "Kamu bisa... apa kamu 'gak mau aku sedih?" Erica pun membelokkan pertanyaannya.

Dunant menggerak-gerakkan tangannya lagi...

Aku takkan membuatmu,-

Erica langsung menghentikan gerakan tangan Dunant. "Jangan janji...", potong Erica sambil menghela nafasnya. "Itu bakal jadi berat buat kamu...", sambungnya cepat.

Dunant memicing pada Erica. Ia mengerti kalau Erica takut dikhianati sebagaimana Alex pernah mengkhianatinya. Tetapi Dunant tidak mengerti, kalau ketakutan Erica yang sesungguhnya adalah memiliki hidup yang berakhir sama seperti mamanya.

Erica mengingat kalau papa dan mamanya saling mencintai. Lalu salah satunya menjadi takabur dan berlaku arogan. Dan yang satunya lagi menjadi terpuruk serta kehilangan jati dirinya lalu terkubur hidup-hidup di dalam keputusasaannya. Kesuksesan, pengaruh dan kehormatan... membuat papanya tidak bisa mendengar kata "tidak" terhadap semua perintahnya.

"Jangan minta aku mematuhi kamu", kata Erica lagi, "Minta aku mencintai kamu. Aku pasti patuh secara otomatis...", kata Erica lagi dengan pelan.

Dunant pun menggerak-gerakkan tangannya...

DUNANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang