BAGIAN 23: PILIHAN (4)

15.1K 818 55
                                    

Hari penting di dalam sejarah kehidupan Dunant dan Erica tiba.

Pukul enam pagi, para kru dari pihak event organizer sudah siap. Dekorasi untuk pesta juga sudah siap. Kang Asep dan istrinya pun sudah siap. Dan setiap pasang tangan yang ingin melepas Dunant juga sudah siap. Begitupun dengan Alex. Siap atau tidak, ia harus melepaskan Erica hari ini...

Mata Alex terlihat sembab dan merah. Tetapi ia tetap membuka matanya lebar-lebar. Bibirnya juga tetap berusaha untuk tersenyum. Meski hatinya luluh lantak. Ia memandang iri pada Dunant yang sudah berdiri menjulang dengan gagah di balik balutan jas kebesarannya.

Dunant berusaha mengintip si mempelai perempuan yang dijauhkan darinya untuk sementara waktu sampai prosesi pemberkatan pernikahan dimulai. Dan Dakota harus mengerahkan tenaganya agar bisa menarik Dunant untuk menjauh dari kamar utama dimana Erica menunggu. "No!", tegas Dakota sambil melotot pada Dunant. "Don't!" Ia melarang Dunant agar tak menjamah handle pintu di hadapannya sedikitpun.

Dunant menggerak-gerakkan tangannya pada Dakota. Ia mengatakan kalau ada sesuatu yang ingin ia berikan pada Erica sebelum acara dimulai.

"What is it?" Dakota bertanya pada Dunant, apakah yang ingin diberikannya pada Erica. Dakota sudah mengulurkan telapak tangannya. Ia meminta Dunant untuk menitipkan apapun itu kepadanya lalu ia akan meminta tolong pada istrinya Kang Asep untuk mengantarkannya ke kamar Erica.

Dunant menyodorkan sepasang cincin dari jalinan tali rami dengan bunga-bunga edelweis yang tersemat di sekelilingnya.

PLUK...

Dunant menjatuhkannya ke telapak tangan Dakota. Dakota hanya mengangkat satu alisnya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya dan mengatakan kepada Dunant bahwa cincin yang akan dipakai nanti adalah cincin emas.

Dunant mengangguk lalu menggerak-gerakkan tangannya. Ia mengatakan kalau dirinya mengerti. Ia hanya ingin menunjukkannya pada Erica. Ia telah membuatnya dengan bersusah payah saat dirinya sedang berada di puncak gunung Gede. Dan ia mendengar kalau bunga itu disebut-sebut sebagai bunga abadi. Ia ingin agar Erica mengerti harapannya yang sederhana.

Dakota pun tertawa tergelak-gelak. "I never thought that you could be so romantic! So sweet." Dakota mengatakan kalau dirinya tak pernah menyangka bahwa Dunant bisa begitu romantis dan itu sangatlah manis. Ia pun tersenyum lalu meminta Dunant untuk menitipkan hasil karyanya itu ke tangannya agar ia bisa menitipkannya pada istrinya Kang Asep.

Wajah Dunant sedikit melunglai karena alasan itu tidak juga berhasil untuk bisa membuatnya melihat Erica sedikit saja. Ia hanya merindu pada Erica. Tidak ada hal lainnya. Dunant pun meredupkan matanya dan menuruti apa yang Dakota perintahkan padanya. Ia membalikkan tubuhnya untuk menjauh dari kamar utama, seperti tentara yang kalah perang.

Sementara Erica terus memandangi dirinya di cermin. Ia mengenakan gaun putih yang pernah dipakainya dulu, saat menikah dengan Dunant untuk pertama kalinya. Gaun yang pernah robek itu sudah diperbaiki dan dibuat jadi lebih pendek. Gaunnya tidak sesempurna gaun yang dipersiapkan Alex untuknya bila ia menikah dengan Alex. Tetapi Erica tetap tersenyum. Ia juga melihat bekas luka di keningnya. Dan tak mempermasalahkannya lagi. Ia juga mengingat bekas luka di belakang kepala Dunant yang membuat rambut Dunant tidak tumbuh lagi di bagian itu. Dan itu membuatnya tertawa kecil sesendirian. Ini adalah pesta pernikahan yang jauh dari kata sempurna. Tetapi ia hanya melihat Dunant. Erica pun kembali duduk ke tepian ranjang dan menunggu. Lalu mendengar ketukan di pintu kamar.

"Gak dikunci! Masuk aja!", teriak Erica. Lalu Alex lah yang menampakkan dirinya saat pintu membuka. Alex sudah rapi dengan stelan jas yang seharusnya ia pakai untuk menikah dengan Erica. Alex terlihat sangat tampan. Wajahnya tetap terpulas oleh senyuman meski matanya masih terlihat sembab dan merah. "Seharusnya, aku 'gak boleh masuk...", kata Alex. "Tapi Dunant juga sering banget seenaknya. Jadi aku mau sedikit kurang ajar... biar dia tau rasa..." Alex mengekeh.

DUNANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang