BAGIAN TERAKHIR: AKU DUNANT

29.8K 1.6K 358
                                    

Erica terbangun di tengah perjalanan. Ia melihat Jon duduk di balik setir setelah menjemput dirinya dan Dunant dari Cedar Rapids Airport. Dunant dan Erica berangkat dari Jakarta dengan menggunakan penerbangan berbiaya murah yang masih sanggup untuk Dunant tanggung karena Dunant hanya memiliki sedikit simpanan uang yang didapatnya dari beberapa yayasan sosial.

Erica melihat ke sampingnya sekali lagi, memastikan kalau ia masih melihat Dunant ada di dekatnya.

"Kita ada dimana?", tanya Erica pada Dunant. Dunant memicing padanya lalu menggerak-gerakkan tangannya...

Dubuque Road. Kamu lupa lagi?

"ng... enggak." Erica menggeleng cepat. "Aku... ketiduran dari kapan? Kayaknya lama. Mimpiku panjang banget... aku bisa nulis isi mimpi aku sampe seratus bab." Erica membekap kedua pipinya. Lalu menatap lurus pada Dunant. Ia masih takjub, melihat Dunant masih ada di dekatnya. Dan hidup...

Dunant memicing pada Erica. Lalu memiringkan kepalanya sedikit. Kemudian menggerak-gerakkan tangannya...

Baru dua puluh lima menit di jalan, kamu sudah mimpi panjang?.

Erica membelalakkan matanya. "Du du dua pu puluh lima menit?" Erica mulai gelagapan. "Aku mimpi... kalo kita udah tinggal sepuluh tahun di Iowa..."

Dunant menggerak-gerakkan tangannya lagi...

Kamu memimpikan sepuluh tahun dalam waktu dua puluh lima menit?

"Hidup terasa sesingkat itu, Dunant...", sahut Erica pelan.

Erica masih berwajah linglung. Ia terus memandangi wajah Dunant dengan seksama. Lalu merabakan jemarinya ke wajah Dunant. Membuat jantung Dunant berdegup lebih kencang.

Lagu "A Thousand Years" pun melantun dari radio. Lagu itu telah menjadi hits di tahun ini...

Dunant menggerak-gerakkan tangannya lagi dengan senyuman sumringah sambil menyendengkan telinganya untuk menyimak lagu itu dengan wajah yang terlihat senang. Sementara Erica masih terus merabakan jemarinya ke wajah dan ke dada Dunant. Ia merasakan detak jantung yang berdegup kuat di dada itu. Dunant sudah menatap ke Erica lagi. Ia menggerak-gerakkan tangannya...

Itu lagu pernikahan kita. Aku telah mati setiap hari karena menantimu.

Erica pun teringat kalau mereka baru saja menikah sekitar dua minggu yang lalu dan memutuskan untuk pindah ke Iowa. Jon dan yang lainnya sudah berangkat lebih dulu. Sementara Erica dan Dunant baru menyusul belakangan.

Erica mulai memandang keluar jendela. Ia pernah berkunjung ke tempat ini untuk menikmati hiburan perayaan musim panen. Di tempat ini jugalah, ia bertemu dengan Alex untuk pertama kalinya. Tetapi Dunant lah yang melihatnya lebih dulu. Erica pun menatap ke Dunant lagi dan membuka mulutnya, "Dunant... aku seneng liat kamu hidup." Erica membekap kedua pipi Dunant agar bisa menatap lurus ke arahnya. Dunant pun tersenyum lagi lalu menggerak-gerakkan tangannya...

Kenapa kamu bicara seperti itu?

Erica pun menjawab dengan cepat, "Aku hanya berharap kamu hidup lebih lama. Kamu 'gak harus jadi laki-laki sempurna yang hebat bercinta di ranjang... meskipun, yaaa... kamu emang hebat," Erica menerawang sejenak lalu menyambung kalimatnya kembali, "Boleh sukses mencari uang tapi 'gak usah maksa'in diri jadi orang kaya yang membanggakan, 'gak harus jadi laki-laki sempurna yang 'gak pernah bikin aku sedih, dan 'gak harus jadi idaman perempuan sedunia, 'gak harus jadi laki-laki populer, 'gak harus jadi apapun selain jadi diri kamu sendiri... tapi diri kamu yang lebih baik. Aku yakin, aku bisa bahagia sama kamu. Yang penting, kamu panjang umur..." Erica mulai meredupkan matanya. Ia menggigit bibirnya. Bibir yang terus dipandangi oleh Dunant, di setiap kali Erica membuka mulutnya.

DUNANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang