BAGIAN 12: MELARIKAN DIRI (2)

16.8K 889 11
                                    

Dunant sudah melajukan mobil hingga sampai ke kawasan Sukanagara dalam waktu dua jam lebih. Dan Erica sudah tidak bisa menahan perih di perutnya lagi. Hari sudah mulai beranjak ke sore. Dan ia melewati jam makan siangnya dengan begitu saja.

Dunant melirik pada Erica yang berdiam diri cukup lama. Ia seolah mengerti kalau Erica sudah merasa lapar. Dunant pun menepikan mobil ke salah satu tempat makan yang ditemuinya. Lalu menoleh pada Erica sambil menggerak-gerakkan tangannya...

Kamu makan.

Dunant merogoh saku belakang celananya dan membuka dompetnya. Ia hanya menemukan dua lembar seratus ribuan. Lalu menyerahkan semuanya kepada Erica. Membuat Erica memicing. "Kamu 'gak turun?", tanya Erica.

Dunant menggeleng. Ia hanya mengerenyitkan dahinya sambil menggerakkan tangannya lagi...

Aku tidak boleh ke tempat umum. Aku berbeda. Aku akan dilihat orang.

Erica terdiam sejenak. Ia mulai merasa yakin kalau Dunant benar-benar bersembunyi dari sesuatu. "Dunant... apa cuma segini, uang yang kita punya?", tanya Erica lagi.

Dunant mengangguk.

Erica sedikit melenguh. Ia menyadari, kalau berumah tangga bukanlah sekedar masalah percintaan belaka. Tetapi butuh kondisi finansial yang bagus. Minimal, bisa menjamin urusan perut dari hari ke hari. Tetapi Erica maklum, kalau Dunant tak berpikir sama dengan kebanyakan laki-laki pada umumnya soal nafkah. Dunant hanya bertahan hidup. Dan ia tidak mau hidup sendirian tanpa pasangan. Erica berpikir kalau Dunant lebih cocok mengelola ladang atau peternakan ketimbang bekerja kantoran pada orang lain. Erica tak bisa membayangkan bila seorang atasan membuat Dunant... marah. Dan Erica tak pernah membayangkan sebelumnya, kalau ia rela berada di posisi seperti ini demi Dunant. Ia mengenalnya dengan dekat, tidak lebih dari tiga hari.

Erica menghela nafasnya. "Kamu tunggu. Aku beli makanan. Dan kita makan di mobil..." Erica tersenyum. "Kamu 'gak takut, aku kabur?"

Dunant tersenyum. Ia menggeleng. Tangannya bergerak lagi, memperkatakan sesuatu pada Erica dengan raut wajah yang lebih tenang...

Aku belajar percaya. Kamu akan kembali untukku.

Dunant menyampaikan itu sambil menelan air liurnya. Seolah ia sedang berspekulasi. Ia tetap menyiratkan kecemasan di matanya. Ia takut Erica tidak kembali.

Erica pun membuka pintu mobil dan sudah menapakkan kakinya ke luar. Tetapi ia merasakan sesuatu yang kuat di batinnya untuk menoleh sekali lagi. Ia pun menoleh. Ia melihat Dunant menatapnya tanpa berkedip. Seperti anak kecil yang memandangi ibunya pergi. Erica pun kembali menyorongkan tubuhnya ke dalam mobil untuk memeluk Dunant dengan erat sambil mengecup ke pipi Dunant. Dunant tertawa melenguh dengan tangan yang terayun kuat untuk merengkuh wajah Erica. Dunant sudah mengecup kening Erica dalam-dalam. Ia merasa senang dengan kejutan itu. Erica pun menjauhkan wajahnya lagi. "Tunggu aku...", kata Erica dengan nada yakin. Ia memberikan senyumannya dan melangkah menjauh lagi sambil menutup pintu mobil. Erica merasakan hatinya lebih lapang. Ia tahu kalau Dunant sudah merasa lebih tenang...

Erica tampak beringas saat melihat semua menu yang tersedia, setibanya ia di dalam ruangan bernuansa asri dengan saung-saung lesehan yang berjejer di depannya. Tetapi ia harus menghemat uangnya. Ia sadar, Dunant tidak memiliki apapun... selain apa yang ada padanya di saat ini. Dan mereka hidup sebagai pelarian, yang entah berlari dari apa. Tetapi ia hanya ingin agar Dunant bisa tenang. Lalu membujuk Dunant nantinya, untuk kembali ke villa. Villa itu satu-satunya tempat berpulang yang mereka miliki.

Erica tak pernah berpikir untuk membawa Dunant tinggal di apartemennya atau di rumah warisan orang tuanya, di Jakarta Selatan. Ia tidak bisa membayangkan bila Dunant mendadak tersinggung dengan tetangga dan membuat kekacauan. Dan saat ini, Erica juga tidak membawa dompet atau apapun juga, selain apa yang melekat di tubuhnya. Ia tidak pernah mengalami hidup yang sangat terbatas seperti ini sebelumnya. Ia hidup dengan keuangan yang melimpah, di masa lalunya. Posisi sulit ini dilakoninya demi Dunant.

DUNANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang