14. Dipaksa Kuat

25 5 9
                                    

PERHATIAN !!

Bab ini bakalan banyak narasi. Jadi bacanya perlu sedikit lebih hati-hati. Btw bab kali ini hampir seperti le minerale, alias kayak ada manis-manis nya gitu.. HAHAHAHAHA..

Selamat Membaca~

Jangan lupa bintang nya, tencuwww :))




***

Misi bentar, Byan mau numpang lewat..

Misi bentar, Byan mau numpang lewat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***



Pernah membuat ekspetasi lalu kemudian dihancurkan oleh realita, tidak? Terkadang manusia seringkali menyalahkan keadaan yang tidak sesuai dengan ekspetasinya, padahal apa itu merupakan salah keadaan? Bukankah salah manusia nya yang terlalu mendambakan suatu hal itu untuk terjadi? Ketika sudah seperti itu, rasa kecewa jelas tidak bisa dielakkan. Hati terasa dongkol, ingin menyalahkan siapapun selain diri sendiri.

That is human.

Dan Blu baru saja mengalaminya. Dengan derai air mata yang tak henti mengucur sejak menerima telepon dari Eyang pagi tadi, kedua tangan Blu tetap bekerja membereskan baju untuk kemudian diletakkan didalam koper. Mbak Sekar yang melihatnya saja turut prihatin. Pasalnya, Blu adalah tipe anak yang jarang sekali menangis sejak Ia kecil. Jadi bisa dibayangkan jika Blu sampai menangis berarti beban yang diemban gadis itu bukan main beratnya.

Blu sebenarnya bukan manusia introvert, namun untuk beberapa masalah yang benar-benar dianggapnya pelik, seorang Blu justru berusaha memendamnya sendiri. Benar-benar sendiri. Sampai seorang Byan yang amat dekat dengan Blu saja tidak tahu. Hal ini terbukti saat pemakaman, tidak ada satu air mata pun yang menetes dari mata Blu. Blu terlihat biasa saja seperti bukan menghadiri prosesi pemakaman orang tua nya. Bahkan gadis itu bisa dengan mudahnya menebar senyum ke orang-orang yang turut hadir.

Setegar itu Blu.

Namun semua rasa penasaran mbak Sekar terjawab pada malam hari nya. Saat itu hujan turun dengan deras, membuat mbak Sekar kaget sehingga terbangun dari tidur. Karena saat itu masih pukul 3, mau masak pun masih terlalu kepagian. Akhirnya mbak Sekar memutuskan untuk ke ruang tengah untuk menonton televisi. Namun ketika melewati kamar Blu, mbak Sekar mendengar suara majikan kecilnya itu menangis sesenggukan. Sangat pilu hingga membuat mbak Sekar turut merasakan kepedihannya. Entah karena alasan apa yang membuat Blu begitu sedih, tapi mbak Sekar yakin air mata nya itu adalah yang sengaja Blu tahan tatkala pemakaman tadi.

BLU.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang