15. Yang Tersimpan

15 6 2
                                    

Hallo Assalamu'alaikum..

Gimana sama lebaran kali ini?


AKU BELA-BELAIN UPDATE LOHHHHH

Jangan lupa besok masuk hari Tasyrik, perbanyak dzikir dan ibadah sunnah lainnya..



Happy Reading~



***




Tahu apa kurangnya manusia?

Kurangnya manusia adalah gemar menjadi makhluk yang paling sok tahu terhadap hal-hal yang akan terjadi di masa depan. Manusia kerap menduga dan mengira-ngira. Sebenarnya tidak apa, asal hanya sebagai tolak ukur saja terhadap suatu resiko. Terkadang suatu hal yang terlihat berat, sebenarnya direalita belum tentu akan seberat itu. Manusia nya lah yang terlalu mempersulit keadaan, bukan?

Seperti pagi ini. Blu disadarkan lagi oleh kesalahannya yang menganggap bahwa hidup bersama Eyang akan menjadi hari-hari buruk untuknya. Namun, ketika Ia melihat kearah meja makan. Disitulah Blu menemukan suasana yang diam-diam dirindukannya. Ada Eyang yang turut serta membantu mbak Sekar yang tengah menyiapkan sarapan. Dengan sedikit bergurau yang turut mewarnai kebersamaan antara keduanya.

"Pagi, Eyang." Sapa Blu kepada Eyang yang saat ini sedang menata piring.

Merasa terpanggil, Eyang pun menoleh seraya tersenyum. "Pagi, Bunga."

Kini berganti kepada mbak Sekar yang masih setia dengan masakan di atas kompor, "Pagi, mbak Sekar." Sapa Blu.

Dengan senyum nya yang manis khas gadis jawa, mbak Sekar ikut menyahut. "Pagi juga, non."

"Hari ini Eyang masakin udang favorit kamu. Duduk dulu mbak Sekar, ayo kita sarapan." Ucap Eyang.

Eyang itu sebenarnya pebisnis, mengingat sepak terjang suami nya yang pebisbis ulung dari nol membuat Eyang secara tidak langsung ikut belajar dunia bisnis. Tapi sebuah fakta baru yang cukup mengagetkan Blu adalah kemampuan memasak Eyang yang tidak bisa diremehkan. Entah dari mana Eyang belajar memasak, yang jelas mbak Sekar saat ini sangat antusias dengan pembelajaran memasak yang diajarkan oleh Eyang.

"Nanti dianter pak Heru atau kayak biasanya?" Tanya Eyang disela makan.

Blu yang tengah mengecek ponsel sontak menjawab, "as usual dong, Eyang." Kemudian menyengir.

"Yaudah kalau kayak biasanya. Nanti siang kalau minta jemput langsung hubungi saja pak Heru." Kata Eyang.

Mendengarnya Blu langsung mengangkat jempol setuju.

Tiga hari setelah menerima telepon mengejutkan dari Eyang, Blu akhirnya berangkat meninggalkan rumah dan komplek nya untuk tinggal bersama Eyang. Sehari sebelumnya, Bunda dan om Surya mengadakan perpisahan kecil-kecilan dengan Blu dan mbak Sekar yang membuat hati Blu malah menjadi ragu untuk meninggalkan keluarga kedua nya itu.

Bunda sengaja menyiapkan beberapa tungku dan bahan-bahan untuk dibakar dihalaman belakang rumah Byan. Ya, acara yang biasanya dilakukan oleh Papa dan Mama untuk merayakan keberhasilan sekolah Blu kini dilakukan oleh Bunda dan om Surya, lengkap dengan Byan dan Abil tentunya.

BLU.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang