17. Sebelum Semua Berubah

12 4 0
                                    

Langit sore ini tampak mendung. Sebenarnya tadi siang, hujan sudah sempat turun. Hanya sebentar lalu reda kembali sampai sekarang. Blu yang berdiri di ujung koridor memandang langit seraya menghela nafas gusar. Pasalnya Ia sudah terlanjur bilang Byan jika mau dijemput, pasti jika tiba-tiba Blu membatalkan hal tersebut Byan sudah tentu menolak mentah-mentah.


Byan

Hujan nya air, woi. Kalo batu baru gue gamau.


Nah kan benar. Satu butir pesan masuk dari Byan sedetik silam membenarkan asumsi Blu barusan. Bukannya apa-apa, Blu hanya tidak ingin merepotkan Byan yang pasti juga sibuk dengan urusannya. Apalagi hanya untuk mengantarnya pulang ditambah hujan pula.

Sebenarnya hari ini jam sekolah sudah berakhir sekitar jam 1, namun karena Blu aktif di eskul masak jadi setiap Jum'at begini akan rutin mengikuti pelatihan tata boga sampai pukul empat sore. Blu sempat menyesali pilihannya pada eskul memasak, namun itu dulu karena sekarang memilih masuk eskul memasak adalah salah satu hal yang sangat Blu syukuri.

Blu sudah pernah bilang belum jika Byan adalah spesies manusia yang sangat disiplin? Byan sangat cocok jika menjadi ketua OSIS atau presiden mahasiswa. Jika Blu boleh memuji, Byan itu seperti paket komplit. Wajahnya cakep, dia juga good attitude, nilai akademiknya pun sangat membanggakan. Hanya satu kekurangan Byan, dia tidak mudah percaya pada orang lain. Terlalu perfeksionis dan overprotective . Seorang Byan sangat cocok jika dijadikan visual wattpad atau novel.

"Harus banget jemputnya di dalem kayak gini?" Tanya Blu saat motor Byan sudah menepi dengan baik di samping koridor kelasnya. Byan bisa saja menunggu di parkiran atau di dekat pos satpam yang ada teduhan nya, tapi pria itu memilih masuk ke area sekolah dan menghampiri Blu di depan kelas.

"Biasanya juga gini, ngapain protesnya baru sekarang?" Tanya Byan balik seraya menyerahkan mantol milik Blu yang selalu Byan bawa.

"Gue udah protes ya dari dulu. Lo nya aja kali yang budeg." sarkas Blu yang dibalas nyengiran dari Byan.

"Udah ah, buruan. Keburu gue makin basah ini.."

Blu menerima uluran helm dengan dengusan. Bisa tidak sih Byan jangan berlaku semanis ini? Blu itu sudah puber, sudah bisa menyukai lawan jenis. Kan nggak lucu kalau Blu suka sama Byan.

Dari sekian banyak momen yang sudah mereka lewati bersama, menerobos hujan dengan sepeda motor menjadi salah satu favorit Blu. Pernah suatu waktu, karena nekat menerobos hujan tanpa mantol mengakibatkan Blu terkena demam dan flu. Membuat Byan menjadi kena semprot omel Bunda. Tapi bukan Byan namanya jika kapok. Tetap saja Byan ulangi perbuatan yang diam-diam juga Blu sukai.


***



Perjalanan dari sekolah kerumah Eyang hanya memakan waktu sepuluh menit untuk Byan. Dan seperti biasa, Byan juga akan mampir sebentar untuk menyapa Eyang sambil menikmati susu andalan buatan mbak Sekar.

"Byan sudah bisa bawa mobil?" Tanya Eyang saat ketiganya duduk bersama di ruang tengah.

Byan yang tengah menyeruput susu hangat mengangguk mengiyakan, "Iya Eyang, baru aja bisa sih.."

"Kalau gitu bawa aja mobil Eyang di garasi. Ada yang matic juga kalau mau. Daripada hujan-hujanan lagi kan? Sebentar lagi ujian jadi harus jaga kesehatan biar nggak kena ujian susulan." Ucap Eyang yang sukses membuat mata Byan membulat kaget.

BLU.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang