9. Setelah Kepergian

38 7 11
                                    

Belum juga pelajaran sekolah dimulai, sedari masuk gerbang tadi Vina tak henti-henti mengoceh hal-hal yang tidak penting. Dari respon bar-bar yang melihat Byan kali ini —menurut Vina— lebih tampan daripada biasanya. Sampai respon terkejut yang berlebihan saat melihat Adam yang mengucap bela sungkawanya kepada Blu.

"Tadi Byan lo itu berkali-kali cakepnya. Kenapa gak dari dulu aja Byan lo itu pakai motor gede kayak gitu?"

Keduanya memutuskan mampir di kantin untuk membeli beberapa snack yang bisa dimakan di kelas. Antara Blu dan Vina memiliki banyak kesamaan, salah satunya adalah akan merasa gabut parah kalau tidak nyemil-nyemil makanan.

"Bukan motor Byan." balas singkat Blu.

Mata Vina menelisik, "Trus itu motor pinjeman? Gak jadi cakep deh,"

Mendengar ocehan Vina membuat Blu memutar bola mata jengah. "Iya pinjem punya bokap nya lah. Lo pikir duit Byan seberapa banyak sampai udah bisa dipakai beli motor?"

"Ealahh, Bunga gue yang cantik tapi sayangnya ngeselin parah. Yang namanya motor bokap ya berarti juga auto motornya lah."

Ekspresi Vina yang kesal sontak menciptakan tawa renyah Blu.

"Oiya jawab jujur soal ini." tangan Blu yang sedang menjelajah isi tas langsung berhenti ketika melihat Vina mendadak pasang wajah serius.

"Lo pacaran sama kak Adam?!"

Woahh, Vina yang kampret. Suara Vina yang tidak bisa dibilang santuy cukup membuat orang-orang disekitarnya menoleh penasaran. Terlebih nama salah satu most wanted sekolah disebut-sebut.

"Lo kalau ngomong gak bisa santuy ya," kata Blu seraya membawa Vina menjauh dari tatapan para manusia kepo itu.

"Jawab dulu pertanyaan gue."

Lagi-lagi Blu menghela napas, "Ya enggak lah Vin, gila apa ya gue pacaran sama kak Adam yang gue aja gak kenal."

"Tapi kalian kelihatan kalau lagi deket." Vina ternyata masih belum percaya.

"Gue bahkan gak pernah berdialog intens sama kak Adam, bisa-bisa nya lo bilang gue kelihatan deket sama dia."

"Ya secara Bung, seorang kak Adam lohhh. Nyapa lo di pagi hari, bilang turut bela sungkawa, sempet ngelempar senyumnya lagi. Hhhhh, gue jadi berasa nonton sinetron tadi." ucap Vina bar-bar lagi.

Nasib baik keduanya sedang di dekat laman parkir, jadi tidak seramai kantin tadi. Suara Vina tidak terlalu menarik perhatian manusia yang berada disini.

"Bukannya wajar ya? Dia sopan tuh sama gue berarti,"

"Ah terserah lo deh, Bung." kata Vina yang mulai kesal.

Blu tertawa kecil, "Udah, kak Adam buat lo aja."

Vina membelalakkan mata untuk setelahnya tersenyum lebar, "Oke siap." jawab Vina antusias.

Tapi percayalah, Vina tidak menyukai Adam. Ada salah satu tetangga Vina yang sangat Vina suka. Entah suka karena cinta monyet atau cinta apa namanya, yang jelas Vina kecil hingga Vina sekarang tak pernah sekalipun tidak menyukai tetangga nya itu.

---


Jam remidial satu persatu telah selesai. Blu melihat jam dinding putih yang menempel tepat diatas papan tulis. Masih ada waktu untuk pulang ke rumah. Blu akan memberitahu kalian bahwa keadaan rumah masih tampak sama setelah hampir dua minggu kepergian Papa dan Mama. Hanya ada dirinya dan mbak Sekar yang memang sebelumnya juga sering begitu.

"Emang hari ini Byan bisa jemput?" tanya Vina sambil membereskan alat tulis yang masih berserakan diatas meja.

Blu menggeleng, "Byan gak bakal sering-sering jemput mungkin sampai UN nanti. Gue juga gak masalah sih."

BLU.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang