"BYAAAAAANNNNN~"
Seorang gadis berambut panjang dengan wajah cantik berseru nyaring di depan rumahnya. Bunda yang sedang didapur menyiapkan sarapan tersenyum kecil ketika melihat putra sulungnya menggeram. Tak butuh waktu lama untuk berpikir suara keras milik siapa yang memekakkan telinga dipagi hari ini. Sudah jelas dan tidak mungkin salah. Jelas itu suara tetangga seberang rumah yang sudah dianggap keluarga sendiri.
"Biasa nya juga langsung masuk, nyebelin banget deh pake acara teriak-teriak segala." Byan menggerutu seraya berjalan menuju meja makan.
Ditinggal membuka pintu, masakan yang tadinya masih diwajan ternyata sudah tersaji menggiurkan diatas meja makan. Juga tak butuh pikir dua kali untuk Blu duduk. Menikmati pemandangan menggiurkan di hadapan matanya. Abil turun dari lantai dua dengan seragam baru. Blu melirik Abil sekilas.
Abil semakin cantik saja, huh.
Blu mencari keberadaan sosok om Surya. Aah, ternyata om Surya sudah duduk disinggasananya. Meja makan berkursi enam itu sengaja disusun dua pasang saling berhadapan pada sisi panjang meja, sedang satu lagi saling berhadapan dengan satu yang lain pada sisi lebar meja. Dan disitulah singgasana om Surya.
"Pagi Bunga," sapa om Surya ramah seperti biasanya.
Melihat om Surya membuat Blu reflek saja memikirkan Papa yang sejak semalam tidak pulang ke rumah. Pun, juga Mama. Kedua nya bekerja disatu perusahaan milik Eyang kakek. Ketika Papa tidak pulang, pastilah Mama ikut dengannya untuk tidak pulang. Bahkan Blu sangsi apakah kedua orang tua itu mengetahui tentang hari ini yang mana adalah hari pertamanya masuk SMP.
"Pagi om," balas Blu tak kalah ramah.
"Eh halo Bil, makin cakep aja lo pake seragam SMP." lanjut Blu ketika melihat Abil yang menarik kursi dan bersiap duduk.
Abil yang mendengar pujian tersebut sontak mendengus.
"Lo bikin gue insecure tauuu, ah sebel gue." balas Abil sebal. Padahal Blu benar-benar memuji Abil tulus dari hati terdalam.
"Lo beneran cantik, Abil.." Blu mempertahankan ucapannya.
Blu juga sebal dengan Abil yang sering dilanda insecure. Entah apa yang membuat si insecure itu betah bersemayam dalam diri Abil bahkan sejak sebelum Abil mengenalnya. Abil yang malang.
"Gue ngerasa gak cocok deh pake hijab." Abil dengan sifat kurang pedenya itu sekarang sedang membenarkan posisi hijab yang sudah sangat sempurna.
"Astagaaa Abil, itu cantik." Blu berusaha menghentikan aksi Abil yang memegang hijabnya ragu.
"By, iyakan Abil cantik? Bunda juga, Abil cantik kannn? Ommm jujur deh, Abil cantik kann?" Blu mencoba mencari dukungan. Dan sontak saja ketiganya menjawab,
"Iya, cantik." Blu mengembangkan senyum menangnya yang diikuti semu merah pada pipi Abil. Hati Abil menghangat pun juga hati milik Blu. Setidaknya Ia punya Byan dan keluarganya, itu sudah lebih dari cukup.
-
Acara sarapan bersama itu sudah selesai. Ini bukan kali pertama Blu sarapan bersama keluarga Byan. Justru hampir setiap hari Blu disuruh sarapan disana. Kehadiran Blu pada keluarga Byan membawa warna lain. Abil tidak seheboh Blu, dan Byan dengan sikap nya yang cool memang tidak banyak bicara sama seperti om Surya. Makadari itu Bunda selalu menyuruh Blu untuk sarapan dan makan malam bersama kalau sempat. Blu lah yang sering kali menolak dengan halus. Keluarga Byan baik nya memang keterlaluan.
Hari ini adalah hari senin setelah dua senin terlewat sebagai liburan kenaikan kelas. Blu didaftarkan Mama di SMP swasta elit, padahal Blu berulang kali meminta Mama untuk mendaftarkannya di SMP yang sama dengan Byan. Abil pun juga sama. Ia meminta Bunda untuk didaftarkan disekolah Byan, tapi Bunda dan om Surya lebih memilih memasukkan Abil ke SMP Islam swasta yang cukup terkenal daya saing akademiknya di kota mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLU.
SpiritualSpiritual - Teen Dari rentetan takdir yang sudah didapati Blu, kenapa harus kehadiran Byan yang ingin disesali nya sekarang?