Mading sekolah tak biasanya ramai seperti pagi ini. Blu dan Vina yang kebetulan melintas sontak memgendikkan bahu. Kedua tidak tahu apa yang membuat tempat yang biasanya senyap manusia itu pagi ini mendadak seperti gula yang dikerumuni semut.
Sepertinya sejak kabar pertandingan futsal beberapa bulan silam itu, baru hari ini lagi mading tampak sesak pengunjung. Pasti ada apa-apa. Kira-kira informasi apa yang membuat mading se'menarik' itu untuk dikerubungi. Antara Blu dan Vina sama-sama mengode lewat pandangan,
Udahlah nanti aja.
Oke.
Lantas keduanya segera melanjutkan perjalanan menuju kelas. Hari ini adalah hari terakhir ujian akhir untuk menentukan kelayakan naik kelas menuju tingkat yang lebih tinggi. Setelah seminggu full cukup budrek dengan ujian, akhirnya nanti malam Blu bisa sedikit melepas diri dari buku.
Ahh, Blu jadi ingat.
"Eh Vin, lo ada planning gak nanti malem?" tanya Blu tiba-tiba.
Keburu Blu lupa, baru saja Blu hampir lupa menanyakan hal ini pada Vina padahal sepanjang di sepeda motor Byan tadi Blu merapalkannya berulang kali.
"Setahu gue agenda entar malem cuma gabut, kenapa? Gue terima deh kalau lo ajakin gue jalan."
Blu tertawa kecil, "Gue bukan mau ngajakin lo jalan."
Alis Vina bertaut sedang mata nya menatap Blu penuh tanya, trus?
"Maraton drama di rumah Abil. Gimana?"
Tanpa perlu pikir dua kali untuk Vina bersorak mengiyakan. Membuat kelas yang sudah cukup banyak manusia itu menatap mereka horor. Lancang sekali Vina menginterupsi ruangan yang didominasi anak-anak ambis mengejar nilai untuk belajar.
"Brisik lo, Vin! Ganggu tau gak?!"
Renata dimeja pojok kanan belakang menyeletuk dengan pedas membuat Vina dengan amat terpaksa mengeluarkan pelototan tajamnya.
"Gak santuy amat lu." balas Vina tak kalah sarkas.
Blu menyerah jika Vina sudah berhadapan dengan Renata. Si mulut cabe itu tidak mungkin bisa akur dengan Vina yang tak mau kalah. Renata memang kadang keterlaluan. Si ambis satu itu selalu menjatuhkan orang lain untuk digunakannya merangsek naik. Licik sekali. Tapi begitulah faktanya.
"Mau berantem?" bisik Blu saat melihat tatapan Vina pada Renata semakin tidak bisa ditolerir.
Sambil mengepalkan tangan, Vina menjawab dengan ketus. "Masih aja nanya lo?!"
Blu menggeleng tak habis pikir, "Yaudah sana deh berantem. Gue mau ngabarin Abil kalau jadi nya kita marathon drama berdua aja, lo di blacklist."
Mendengar Blu, sontak ekspresi marah Vina meredam berganti dengan tatapan bingung tidak terima.
"Makanya gak usah berantem. Duduk."
Tangan Blu merangkum pundak Vina dan memaksanya untuk duduk. Syukurlah gadis itu tidak banyak memberontak meskipun di akhir Vina masih sempat-sempatnya melempar tatapan sinis untuk Renata yang tampak tidak peduli. Meladeni orang overambis memang tidak ada solusi nya menurut Blu.
"APAAN LO?! SOK YES BANGET LO!"
Ahh, Vina.
Udahlah, Blu ikutan sebal.
Biarlah Vina menghabiskan pagi dengan gelut dengan Renata.
---
Blu mengecek mading ketika jam istirahat tanpa ditemani Vina. Gadis itu terpaksa digiring ke ruang BK karena dianggap membuat keributan tadi sebelum ujian dimulai. Vina jelas menggerutu, tapi hal seperti ini bukan pertama kalinya untuk Vina. Masuk ke ruang BK karena bertingkah meladeni Renata sudah hampir menjadi rutinitas bagi Vina. Entah kenapa Vina tak kunjung jera. Meladeni Renata memang menyenangkan, begitu kata Vina.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLU.
EspiritualSpiritual - Teen Dari rentetan takdir yang sudah didapati Blu, kenapa harus kehadiran Byan yang ingin disesali nya sekarang?