Hari ini adalah akhir pekan. Sedangkan besok adalah hari pertama bagi Blu melaksanakan ujian akhir semester. Ujian disekolah Byan sudah dimulai sejak seminggu silam. Dan bagi Byan hari sabtu kemarin adalah hari terakhir baginya ujian.
Jika masalah ujian-ujian begini sekolah yang dibawah Dinas Pendidikan dan Kementrian Agama pastilah ada perbedaan jadwal pelaksanaan. Sekolah swasta biasa seperti sekolah Blu, juga biasanya memiliki beberapa kebijakan sekalipun ending nya tetap dibawah Dinas Pendidikan.
Kemarin mbak Sekar bilang jika Papa dan Mama bakal pulang akhir pekan ini. Setelah sebulan lamanya pulang pergi rumah - Singapura akhirnya kedua orang tua itu merasa lelah juga. Antara Blu dan Mama masih sering chattingan, tapi Mama sama sekali tidak memberitahu rencana kepulangannya. Husnudzon nya sih karena Mama sengaja mau bikin surprize agar Blu terkejut dengan kedatangan Mama yang tiba-tiba.
"Gimana Bung? Tante belum balik?"
Abil bertanya hal yang sedari tadi Blu pikirkan. Saat ini keduanya sedang berada diteras rumah Blu, membuka buku matematika yang memang terjadwal besok senin akan dilaksanakan.
"Paling gak jadi pulang, dari kemarin juga gini-gini aja." balas Blu seadanya.
Untuk selanjutnya Abil memilih diam karena merasa topik ini akan sangat mengganggu mood Blu. Dipandangnya Blu yang tampak sangat tegar. Dari dulu Abil selalu minta diajarkan oleh Blu untuk menjadi wanita kuat. Blu tidak pernah menangis, berbeda dengan Abil yang sangat cengeng. Hati Blu selalu penuh hal-hal positif. Betapa hebatnya Blu yang bisa tampak baik-baik saja padahal keadaannya jauh dari kenyataan tersebut.
"Lo udah lama ya gak ketemu bang Byan?" Abil bertanya dengan mengganti topik pembicaraan.
"Abang lo itu kalau udah sibuk, bakal lupa sama semuanya." jawab Blu jujur.
Ya memang kenyataan nya begitu kok. Byan yang sudah sibuk dengan suatu hal pasti akan auto melupakan hal lain, makan misalnya atau menjemput Blu seperti yang dulu pernah terjadi.
"Bang Byan harus dapat nilai bagus, supaya tembus SMA favorit. Cita-cita Ayah nuntut bang Byan buat jadi dokter, padahal bang Byan cocokan jadi artis ya." tutur Abil seraya terkekeh.
Yang diucapkan Abil benar. Byan memiliki banyak pesona. Pasti akan sangat laku jika Byan memutuskan menjadi artis. Batin Blu tertawa cekikikan membayangkan Byan yang berdiri kaku di depan kamera.
"Tampang Byan dingin banget kayak gitu, gue jadi sangsi apa Byan pantes jadi dokter? Kasian nanti yang jadi pasiennya." timpal Blu.
"Doain aja deh Bung, soalnya bang Byan pasti bakal nurut sama mau nya Ayah."
Dulu Blu pernah bilang kan kalau Byan itu tipe anak yang penurut orang tua? Bukannya Byan tidak mau atau mampu melawan, hanya saja otak Byan yang pintar itu selalu berpihak pada Om Surya dan Bunda. Selama titah mereka masih batas toleran.
Pernah Byan melawan Om Surya ketika saat itu Byan kecil ngotot ingin ikut kelas futsal setiap rabu dan sabtu sore. Om Surya melarangnya dengan alasan hari rabu adalah jadwal pendidikan agama dirumah. Blu sesekali juga ikut. Byan lalu melawan karena Byan kecil sangat menyukai futsal. Akhirnya singkat cerita Om Surya membolehkan Byan futsal di jadwal itu dengan catatan Byan harus menambah jadwal pendidikan agamanya. Yang tadinya seminggu sekali pada hari rabu menjadi seminggu dua kali pada hari jum'at dan ahad. Byan kecil pun setuju.
---
Hari ini adalah hari senin. Hari pertama Blu untuk ujian. Namun, yang dilakukan Blu dini hari ini justru menangis dalam diam. Blu pikir mbak Sekar datang sebagai alarm untuknya sholat tahajud. Tapi ternyata yang terjadi sangat diluar dugaannya. Mbak Sekar datang membangunkan Blu dengan tergopoh-gopoh. Seraya menggenggam telepon genggam dengan tangan dingin gemetaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLU.
SpiritualSpiritual - Teen Dari rentetan takdir yang sudah didapati Blu, kenapa harus kehadiran Byan yang ingin disesali nya sekarang?