10. One (Fine) Day

43 8 6
                                    

Blu melihat tampilannya dicermin. Ini pertama kalinya Blu mengunjungi makam Papa Mama setelah dimakamkan. Ada banyak harap yang Blu sampaikan pada Allah. Blu harap Allah berikan Ia hati yang kuat seperti saat kabar kematian itu datang. Karena kejadian tersebut, Blu kini mengerti apa yang membuatnya akhir-akhir ini memiliki ketakutan yang tak beralasan. Sebut saja itu firasat. Blu tidak ingin membenarkan atau menyalahkan, tapi semua firasat itu tampak benar. Sejak hari itu Blu menuliskan dalam buku catatan nya bahwa ketakutan terbesarnya adalah kehilangan.

Iya. Kehilangan.


Blu mengecek ponsel yang sedari tadi menganggur diatas meja. Om Krisna belum juga menghubungi lagi sejak kemarin yang mengabarkan bahwa diri nya sudah mendarat di Indonesia. Blu sungkan jika harus menghubungi duluan. Hubungan darah keduanya memang dekat, namun fakta lapangan keduanya terasa sangat asing. Katakan saja ini karena jarak yang sulit menciptakan komunikasi yang baik antara Ia dan om Krisna.

Om Krisna sendiri sudah punya istri yang berbeda agama dengannya. Ketika om Krisna dan tante Jane saling jatuh cinta, takdir mengatakan bahwa tidak ada yang bisa dipertahankan dari kisah mereka. Namun, yang dilakukan om Krisna diluar dugaan keluarga besar Mama. Om Krisna nekat menikahi tante Jane yang masih berbeda agama. Ya, kedua nya hidup bersama dengan masih bertahan pada keyakinan masing-masing.

Apakah semua berjalan selancar itu?

Jelas tidak. Keluarga besar Mama memang tidak terlalu dalam ilmu tentang agamanya. Tapi sangat pantang bila harus menukar keimanan dengan sebuah cinta yang dianggap omong kosong. Om Krisna mendapat penolakan dari keluarga besar. Itulah alasan mengapa pria itu memilih mengasingkan diri di Jerman. Hanya om Krisna dan tante Jane saja disana. Karena keluarga besar Mama kebanyakan ada di Bandung.

Blu mengecek ponselnya kembali tatkala suara dering telepon berbunyi. Saat Blu angkat ternyata dugaannya benar. Telepon itu dari om Krisna yang mengabarkan bahwa dia sudah ditunggu di depan rumah. Honda CRV hitam seperti yang sudah-sudah. Om Krisna pernah bercerita jika sebenarnya pria itu memiliki rumah di Indonesia beserta aset-asetnya.

Om Krisna sengaja menyiapkan hal tersebut untuk berjaga atas segala kemungkinan di esok hari. Jadi ketika kembali ke Indonesia, tidak perlu repot membeli rumah lagi. Dan kata om Krisna seluruh asetnya di Indonesia pun sudah Ia percayakan pada seseorang. Entah siapa dan dimana letak rumah om Krisna itu Blu sendiri pun tidak tahu.

"Om sudah agak lupa jalanan sini, nanti tolong dikasih aba-aba yaa.." pinta om Krisna ketika Blu tengah sibuk memasang seatbelt nya.

Wajar sih jika om Krisna lupa. Kedatangan om Krisna ke Indonesia saja bisa dihitung jari. Dan satu-satunya keluarga Mama yang masih menerima om Krisna dengan baik adalah Mama dan Oma. Namun, Oma sudah tidak ada lagi sekarang. Pun juga alasan Blu pindah rumah kala itu karena di rumah yang sebelumnya itu penuh dengan kenangan bersama Oma yang sudah lama sakit tua.

"Om Krisna tidur dimana semalam?" Blu mencoba membuka pembicaraan.

Pria yang menyetir dengan kaca mata hitam itu menoleh seraya tersenyum, "Kan om Krisna punya rumah di Indonesia."

Blu terkekeh kecil, "Ya Bunga kira om lebih milih tinggal di hotel yang full service."

Om Krisna kini sedang memutar stir kearah kanan. Namun tetap diam. Terlihat sekali bahwa om Krisna sengaja menggantungkan pernyataan Blu barusan.

"Ada Leon dirumah." kata om Krisna singkat yang sukses membuat Blu terkejut.

"Sejak kapan, om?"

"Ini sudah tahun ketiga dia di Indonesia, Bunga." jawab om Krisna.

"Om sengaja tidak memunculkan Leon karena om takut keluarga besar kita gak bisa nerima dia, Bunga." jelas om Krisna sendu.

BLU.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang