21. Mulai Menata Hidup

10 2 0
                                    

Hai, cek sound duluuu yok

Pada buka bab ini jam berapa?

btw ini draft terakhir yang udah kelar diketik, yang bab selanjutnya masih penuh revisi dan belum nemu final draft nya. Jadi setelah ini mungkin 2/3 hari kedepan baru bisa update lagi ya hehehe.. 


Yok, langsung aja sikaaatt~


***


Liburan akhir semester ini benar-benar Blu habiskan dirumah lama bersama mbak Sekar dan keluarga Byan. Kebetulan urusan Eyang di Singapura juga belum kunjung selesai. Beberapa kali Eyang menawarkan Blu untuk menyusulnya kesana. Menghabiskan waktu ke Universal Studio Singapore atau sekedar jalan-jalan di Orchard Road. Namun dengan halus Blu tolak semua tawaran Eyang tersebut.

Byan tiga hari belakangan ini juga sibuk mempersiapkan berkas-berkas kepindahan sekolahnya. Setelah Byan memutuskan untuk beralih ke Pesantren, sejak saat itu om Surya dan Bunda turut sibuk mempersiapkan printilan-printilan yang sekiranya akan Byan butuhkan saat di Pesantren.

Hari ini adalah hari sabtu. Minggu depan liburan akan berakhir. Dan pada hari itu juga Byan harus berangkat ke Pesantren. Agenda hari ini adalah pergi berkunjung ke Pesantren Byan sembari mencicil menaruh beberapa barang disana. Seperti kasur dan lemari. Nanti sisanya seperti baju dan buku akan dibawa ketika hari H masuk Pesantren. Begitu kata Bunda semalam.

Dan Blu memutuskan untuk turut serta melihat calon sekolah baru Byan. Tentunya dengan berbagai macam pertimbangan tentang hijab. Bukannya Blu tidak ingin berhijab, hanya saja menurut Blu berhijab memang sangat merepotkan. Tapi berkat adanya Abil yang terus-terusan mendoktrinnya untuk ikut, akhirnya Blu menyetujui ajakan tersebut. Dengan catatan bahwa Abil siap membantunya untuk tetap nyaman ketika memakai hijab.

Bunda dan Abil kini telah siap dengan gamis abaya yang membuat keduanya tampak anggun. Sedangkan Blu memilih menggunakan sweater oversize coklat karena Blu tidak memiliki gamis abaya seperti milik Abil dan Bunda.

"Sudah siap semuanya?" tanya om Surya yang baru saja muncul dari ambang pintu sambil membawa kunci mobil ditangan kanannya.

Baik Blu, Bunda dan Abil yang tengah asyik mengobrol mengangguk bersama.

"Byan ma—?" kali ini Bunda ingin balik bertanya namun terpotong oleh ucapan seseorang yang tiba-tiba muncul dengan air muka keruh.

"Bunda, koko Byan nggak ada yang warna gelap ya?" gerutu Byan membuat semua mata langsung menelisik penampilan Byan yang saat ini menggunakan koko berwarna soft pink dengan bawahan jogger coklat.

"Bukannya kamu punya koko navy ya?" Bunda coba mengingat koleksi koko Byan yang memang tidak begitu banyak.

"Iya ada, tapi udah Byan masukin ke koper. Kayaknya Byan cuma punya satu itu yang warna gelap." Jawab Byan.

"Yaudah nanti pulang dari Pesantren kita coba mampir cari koko." Mendengar saran tengah Bunda membuat semua orang setuju.

Byan yang kala itu masih fokus dengan gerutuannya kini sudah lebih bisa mengendalikan mood nya. Sebuah bencana tiba-tiba saja datang ketika mata tajam Byan menangkap sosok asing yang berada diantara Bunda dan Abil.

"WAHHH, NGGAK SALAH LIAT NIH GUE?!" seru Byan ketika tatapannya jatuh pada sosok Blu yang kini tampak berbeda dengan hijab.

Blu melotot. Lalu meraih tangan Bunda mencari perlindungan dari ejekan Byan yang sudah siap terlontar dari mulut pedasnya itu. Seakan paham dengan maksud Blu, Bunda mengulum senyum.

BLU.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang