18. Perlahan Berubah

17 3 2
                                    

Pekan ujian kali ini berjalan sama melelahkannya seperti biasa. Di sekolah Blu yang dibilang elit itu akan mengadakan razia setiap pagi untuk menertibkan murid-murid yang sekiranya mungkin akan mencontek. Tapi sama saja. Tetap ada satu dua yang luput dari razia pagi.

Momen razia pagi adalah momen yang paling dibenci Blu. Banyak nya murid yang tidak on time ketika disuruh berkumpul di halaman membuat waktu pagi yang sebenarnya cukup longgar untuk belajar justru terbuang sia-sia. Blu sangat menyadari kemampuan otak nya yang standar, jadi untuk mendapat posisi terbaik di kelas Blu harus berusaha lebih dari teman-teman nya yang memiliki otak diatas standar. Kalau Vina ya jangan ditanya. Gadis itu terobsesi menjadi model, urusan nilai akademik bisa dipikir belakangan.

Hari ini adalah hari Jum'at. Hari terakhir ujian akhir semester. Besok adalah hari libur. Seminggu kemudian akan ada libur akhir semester. Membayangkannya saja membuat Blu semangat. Blu bahkan sudah meng-list hal-hal yang ingin Ia lakukan selama liburan. Terlebih Eyang mengizinkan Blu dan mbak Sekar untuk liburan di rumah lama jika nilai Blu berhasil bertahan di peringkat tiga paralel. Blu sangat antusias. Saking antusias nya Blu rela mengabaikan beberapa pesan dari Byan karena tidak ingin fokus belajar nya terpecah. Blu harus berkonsentrasi penuh untuk bertempur melawan teman-teman pintarnya.


Byan

Belajar lo serius amat sih, Blu.


Blu mendengus kesekian kali. Byan sedari siang mengirimkan banyak pesan yang tidak penting. Apakah pria itu sama sekali tidak belajar? Blu sangat paham jika Byan pintar, tapi tidak seharusnya Byan mengganggu manusia yang tidak pintar seperti Blu. Blu menggeram kesal.


Byan

Belajar sini sama Abil. Kasian nih, jiwa bodoh Abil meronta-ronta..


Blu melirik notif. Belum sempat mata nya beralih ke buku, sebuah notif datang lagi.


Byan

Klo ada lo kan dia gk bodo sendirian, WKWKWKWK..


Tuh kan, benar-benar teman laknat. Byan kampret. Selamanya kampret.



Kehadiran mbak Sekar yang membawakan cemilan pesanannya membuat Blu mengurung umpatan. Gadis jawa tulen itu tampak antusias melihat buku catatan Blu yang berwarna-warni. Sempat juga Blu dengar decakan kagum dari bibir yang tidak pernah luput tersenyum itu. 

Blu akui memang bahwa Ia merasa tulisan tangannya cukup rapi. Dan Blu adalah tipikal manusia yang cara belajar nya dengan meringkas materi. Untuk kemudian Ia hias sedemikian rupa dengan spidol dan highlighter bermacam warna. Menurut Blu cara belajar seperti itu cukup membantu Blu untuk menghafalkan poin-poin penting di pelajaran.

Berbeda dengan Byan. Blu pernah melihat Byan yang hanya diam melihat buku pelajarannya. Benar-benar diam. Tanpa suara bahkan seperti manusia dengan tatapan kosong. Kata Byan itulah cara belajarnya. Seorang seperti Byan berusaha meng-scan letak poin-poin penting yang ada di dalam buku. 

Cara kerja otaknya seperti memotret isi buku dengan tatapan mata. Nanti ketika mengerjakan soal, otak Byan akan auto memperlihatkan hal-hal yang dipotret nya tadi. Blu pernah mencoba seperti itu, namun nihil. Hasilnya malah Blu yang mengantuk karena suntuk.

BLU.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang