eighteen

247 43 30
                                    

Kwon Jiyong mengetuk-ngetukkan pena nya ke atas meja kerjanya, ia menopang dagu nya dan rautnya terlihat sedang berpikir. Pagi itu walau telat dari jam kerja, ia memutuskan untuk mengunjungi kantor miliknya. Semenjak kepulangan nya, ini adalah pertama kalinya Jiyong menginjakkan kaki di gedung duapuluh lantai miliknya itu. Membuat karyawan-karyawan disana kelimpungan menyambut sang presiden direktur mereka.

Kwon Jiyong sebelumnya tidak pernah ingin duduk dan melakukan semua pekerjaan yang formal seperti ini. Sejak kehadiran Jidi di dalam dirinya, Jiyong sepenuhnya menyerahkan bisnis keluarga nya itu untuk ditangani oleh orang-orang kepercayaan nya dan ia lebih memilih untuk memperluas sayapnya di dunia gelap, mafia. Tapi itu tidak membuat  Kwon Jiyong lepas sepenuhnya dari tanggung jawab, buktinya ia rela menikahi wanita asing yang baru dua kali ia temui sebagai istri demi bisa menguasai pasar Jepang yang selama ini selalu tertutup untuk pengusaha asing. Sebenarnya untuk perusahaan raksasa seperti Kwon Group tidak begitu perlu untuk berbisnis di negara sakura tersebut, namun ya, rasa serakah yang dimiliki Kwon Jiyong tidak akan pernah puas walau telah memiliki segalanya.

Tok.. Tokk..

Suara ketukan pintu membuat Jiyong sadar dari lamunan nya. Seorang wanita masuk setelah mendengar sahutan dari Kwon Jiyong.

"Maaf tuan Kwon, ada beberapa dokumen yang membutuhkan persetujuan dan tanda tangan anda." ucap wanita yang diketahui sebagai sekretaris Jiyong. Ia menyerahkan dua tumpuk map berisi dokumen.

Jiyong mengangkat sebelah sudut bibirnya. Tersenyum mengejek. "Beberapa?"

"M-maaf tuan, walau tuan Dong dan tuan Lee telah menangani perusahaan, tetapi tetap saja ada beberapa yang membutuhkan persetujuan anda. Dan itu telah menumpuk dari satu tahun yang lalu." jelas sekretaris itu ragu-ragu, belum ada yang tau bagaimana temperamen bos mereka, maka ia harus berhati-hati dalam berucap dan berperilaku.

Jiyong kemudian mengangguk ramah. "Baiklah, terimakasih. Kau boleh pergi."

Ah tuan Kwon ternyata bos yang baik. Batin wanita itu lalu membungkuk dan pergi.

Setelah sekretaris nya itu pergi, Jiyong tertawa tanpa sebab. Jika orang lain melihatnya mungkin mereka akan menganggap Kwon Jiyong tidak waras.

Cih, kau kesini untuk menenangkan pikiran mu atau bekerja seperti orang bodoh? Sudah ku katakan untuk memburu saja, tapi kau tetap bersikeras kesini. Idiot.

Jiyong menghentikan suara tawanya. "Bukan waktu yang tepat untuk mencari buruan. Kita harus meyakinkan wanita Jepang itu agar ia menyerahkan seluruh aset ayahnya."

Bukan tanpa sebab Kwon Jiyong mengunjungi kantor nya itu. Ia harus mulai bersikap normal dan bertindak seperti seorang pengusaha yang gila kerja agar istrinya yang merupakan pewaris tunggal dari perusahaan terbesar di Jepang, bersedia untuk menanda tangani surat pengalihan aset perusahaan ayahnya kepada Kwon Jiyong.

Hahaha!Jika mengenai kelicikan, kau memang jauh di atasku.

Entah itu pujian atau penghinaan. Jiyong tidak lagi memperdulikan alter egonya itu. Kini pekerjaan nya tidak bisa lagi ditunda-tunda, ia harus fokus pada setiap berkas di hadapan nya. Melupakan sejenak sosok Sandara Park yang sedari tadi memenuhi pikiran nya.

*G*

Sandara Park duduk diam dengan pikiran yang berkelana jauh. Walau dengan tatapan yang tidak pernah teralih dari sosok Chaerin yang kini tengah menyayat setiap bagian organ mayat dengan satu pisau bedahnya yang kecil.

Two Different Sides✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang