10 menit lamanya, tangan bertatto itu kembali menarik lengan Dara guna mengikuti langkah nya. Sepertinya tidak seimbang jika hanya lengan kanan nya yang memiliki tanda merah dari kelima jari itu. Lengan kirinya juga harus mengimbangi.
Tidak jauh dari danau ternyata ada sebuah dermaga dimana aroma asin begitu ketara disana.
Dara. "Ji, untuk apa kita kesini?"
Jiyong atau lebih tepatnya Jidi, membawa Dara berjalan mengendap di balik peti-peti kontainer, mengamati gudang kontruksi yang biasa dipakai untuk tempat penyimpanan barang dalam jumlah besar sebelum dikirimkan dari sebuah negara ke negara yang lain.
"Para anjing itu biasa berbagi informasi burunon negara di sini." jawab Jidi setengah berbisik, Dara yakin para anjing yang Jiyong maksud itu adalah polisi.
"Tapi Jiyong—"
"Cukup dengan memanggil ku, Ji. Seperti yang biasa kau lakukan!" potong Jidi tidak terima dirinya dianggap Jiyong oleh Dara.
Tanpa pria itu sadari, Dara merona dibalik punggung nya. Wanita itu menganggap sang bos mafia menginginkan panggilan spesial darinya. "Hmhm. . baiklah, Ji! Apa kau yakin polisi bernama Jaejoong itu akan datang kesini?"
Benar saja, selang beberapa detik Dara bertanya, seorang pria bermantel dongker datang memasuki gudang di depan mereka. Jidi mengeluarkan smirk kemenangan nya. "Tebakan ku tidak pernah meleset."
Walau ditutupi topi sekalipun, pria Kwon itu yakin jika itu targetnya. Kim Jaejoong.
"Dengar!" Jidi berbalik kebelakang. "Kau harus bisa memancing nya untuk keluar dari gudang itu." lanjut nya mengintruksi.
"A-aku? K-kenapa??"
Dara panik. Dia tidak tau harus apa untuk bisa memancing pria itu keluar. Dan lagi pula bukankah sebelum nya Jiyong mengatakan untuk membunuh pria itu? Kenapa tidak langsung serang dan bunuh saja?
"Kita tidak akan membunuh nya. Jika dipikirkan lagi memang terlalu mudah untuknya mati begitu saja." terang Jidi seakan mengerti dengan isi pikiran Dara. Ya, dari awal dia memang selalu ingin membunuh polisi itu. Namun entah bagaimana, Jiyong berhasil menghasutnya untuk memberikan pelajaran yang lebih menyakitkan daripada sebuah kematian untuk pria Kim itu.
Jidi. "Hah! Aku harus pergi. Biar si lemah ini yang menyelesaikan rencana nya sendiri."
Sesudah menyelesaikan kalimat terakhirnya, Jidi menyerahkan kembali tubuh Jiyong untuk dikendalikan sepenuhnya. Dara yang mendengarkan perkataan tidak masuk akal itu sempat berpikir jika Jiyong hendak pergi dan menyuruhnya menyelesaikan misi pria itu. Tapi ternyata pria itu hanya memejamkan kedua matanya selama beberapa detik lalu kembali berbalik memunggungi nya.
"Tunggu apa lagi? Cepat pancing dia keluar!" perintah Jiyong tanpa ada niat untuk melihat raut kebingungan Dara di belakangnya.
Dara. "Huh? B-baiklah!"
Tanpa persiapan apapun. Dara menghampiri gudang yang tertutup rapat itu. Dara terlalu lambat untuk memikirkan sebuah rencana, ia memilih untuk mengetuk pintu besi dihadapannya itu. Tidak tau bahaya apa yang akan mengancam.
Tidak beberapa lama pintu itu berderit tanda ada yang membukanya di balik sana.
Damn!
Siapa yang menduga jika target lah yang akan membukakan pintu untuknya? Dari sedikit celah pintu Dara juga dapat melihat dua orang lainnya di dalam sana. Kedua nya bertubuh tinggi kekar dengan seragam yang serba berwarna hitam.
Jaejoong. "Kau!?"
Dara gugup. Ia tidak tau apa yang harus ia katakan. "Y-ya.. Ini aku."
Jaejoong menatap waspada dan mengitari sekeliling dermaga dengan pandangan nya. Ia curiga wanitanya Kwon Jiyong ini adalah umpan yang dikirimkan padanya. Tidak mungkin ada yang bisa mengetahui tempat ini, kecuali sang bos mafia!
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Different Sides✔
FanfictionCinta dan Obsesi adalah dua sisi yang berbeda. [COMPLETE]✔ #1 in daragon [210521] #2 in G-Dragon [100820] #2 in nyongdal [100820] #5 in masokis [030121] #1 in 2ne1 [300621] #1 in sandarapark [220222] ⚠Cover of pinterest⚠