Kwon Ji(di)Yong

388 41 4
                                    

"Kami adalah dua yang menjadi satu. Satu yang terdiri dari dua. Aku tak bisa membiarkan obsesi mu terhadap ku, karena dengan begitu, kau juga harus bisa mencintai sisi lain ku, dan sisi lain ini.. Sangat sulit untuk dicintai." —Jiyong

.

"Bukankah kita sama? Cinta kita sama jika kau terus berpikir bahwa cinta itu hanyalah bentuk puitis dari obsesi. Obsesi mu pada ku, jangan pernah kau lumpuhkan dengan cinta yang memuakkan" —Jidi

*G*

Aku memang tidak beda jauh dengan dirinya. Dunia gelap adalah pilihan kami bersama. Menjadi bos mafia bukanlah paksaan dari salah satu ego kami. Menyakiti dan membunuh, adalah kepuasaan masing-masing dari diri kami. Dua puluh tahun bersama, mengisi satu cangkang yang sama, satu bentuk, satu tubuh dan satu pikiran. Namun siapa yang menduga jika ada satu hal yang membuat kami berbeda?

Hati

Perasaan

Cinta

Tiga kata yang bermakna satu. Kami berbeda. Entah dia yang benar, atau aku yang benar.

Perbedaan kami hadir di saat seorang wanita berhasil membuat salah satu dari kami merasakan yang namanya debaran. Dia, Kim Jooyeon. Gadis lugu dari kenangan masa kecilku. Kami bertemu kembali di hari kelulusan ku di usia delapan belas tahun.

Pada saat itu, baru terhitung enam tahun saat aku menyadari jika ada sisi lain yang hidup di dalam diriku. Dia hadir saat usiaku baru duabelas tahun, dimana aku merasa lemah dan terabaikan, dimana pada saat itu aku kehilangan duniaku, kehilangan orangtua ku, dan hanya tersisa seorang paman yang lebih memilih harta berlimpah yang sejak awal tidak pernah menjadi hak miliknya. Ia lupa, bahkan semua orang pun lupa jika masih ada aku yang bernyawa.

"Kau takut?" itulah kalimat pertama yang ia ucapkan di saat kehadiran nya.

"Kau akan membiarkan nya merebut milik mu?"

"Kau akan menyerah?"

"Lemah!"

Semua kalimat yang ia ucapkan dan yang aku dengar, semuanya terasa nyata. Itu bukan diriku! Bukan aku yang mengatakannya! Itu dia! Dia! Jidi!

Hanya dua jam. Cukup dua jam baginya untuk mengambil alih tubuh ku. Aku dapat mendengar nya, aku juga bisa menyaksikan nya. Aku melihatnya dengan jelas, bagaimana dia mengahajar dan menghabisi nyawa paman ku dengan kedua tangan ku sendiri.

Ini nyata! Aka bahkan bisa merasakan saat dimana paman membalas memukul tubuh ini dan melawan serangan balik. Aku merasakan sakitnya begitupun dia namun, dia tertawa. Dia bahkan tetap tertawa disaat setiap tusukan pisau dapur menusuk dan menyayat tubuh lemah tak berdaya dihadapan kami.

"Bagaimana? Kau menikmati nya?" pertanyaan gila darinya itu.. Entah kenapa, membuat ku tersenyum tanpa sadar.

"Kau selesaikan. Aku akan kembali diam untuk melihat dan mengamati mu." itu adalah kalimat terakhir nya sebelum aku kembali bisa mengendalikan tubuh ku sendiri. Apa dia hilang? Tentu saja, tidak! Seperti apa yang ia katakan, ia hanya akan diam untuk mengamati.

Ini adalah pembunuhan pertama ku. Walau itu tidak bisa dikatakan yang membunuh adalah aku, tapi tetap saja yang melakukan pembunuhan adalah tubuh ku!

Di usia duabelas tahun, apa yang bisa aku lakukan untuk menutupi kekejaman ku ini? Aku hanya bisa menyerah dan terdiam. Dia pun tidak memberikan solusi atas perbuatan nya, yang pada akhirnya, aku yang masih dibawah umur harus merasakan dinginnya ubin dibalik jeruji besi selama satu tahun. Satu tahun? Ya, hanya satu tahun! Sudah aku katakan jika aku hanya punya paman bukan? maka paman pun hanya punya aku. Tidak ada yang akan menuntut, pun aku hanya lah bocah di bawah umur. Dengan sedikit uang, pengacara keluarga bisa membebaskan ku dari hukuman.

Semua terlalui begitu saja. Tak ada sedikitpun penyesalan yang aku rasakan. Aku juga tidak membenci nya yang mengubah diriku, justru bersyukur dia hadir di saat aku merasa lemah tak berdaya.

Hingga, di enam tahun kemudian, untuk pertama kalinya bagiku membenci dirinya, membenci kehadiran nya!

"Kau ingin memiliki nya?" pertanyaan dari dia yang sesungguhnya memiliki makna berbeda dari keinginan ku.

"Ya, aku mencintai nya."

"

Biar ku bantu." yang entah kenapa saat itu aku menerima tawaran nya begitu saja. Namun siapa sangka jika bantuan yang ia maksud itu adalah dengan melenyapkan? Monster itu! Iblis itu! Dia membunuh orangtua dari gadis yang aku cintai, dan aku yang bodoh tidak bisa menghentikan nya.

"Kau akan memiliki nya sepenuhnya, dia hanya akan menjadi milikmu!"

"Bajingan! Kau membunuh dan menghancurkan dunia dari gadis yang aku cintai! Keparat! Aku tidak meminta mu untuk membunuh!"

"Hahahaha kau tidak akan bisa memilikinya jika masih ada orang lain yang memilikinya. Aku sudah membantu mu, berterimakasihlah!"

Dua hari setelah kecelakaan yang merenggut nyawa orangtuanya, Jooyeon, cinta pertamaku, juga memilih untuk mengakhiri hidupnya. Sungguh kisah cinta pertama yang tragis.

.

"KAU! KWON JIYONG! AKU MELIHAT MU! KAU YANG MEMBUNUH ORANGTUA KU!" seorang pria sembilan belas tahun memukul dan meneriaki ku. Dia adalah satu-satunya saksi mata, Kim Jaejoong. Saudara laki-laki Jooyeon. Sungguh tuhan itu maha adil, namun siapa yang akan mempercayai keakan tahuan sepihaknya itu? Tidak akan ada!

.

Pada akhirnya. Bagian dari dunia gelap menjadi pilihan kami, membunuh menjadi rutinitas yang menyenangkan bagi kehidupan kami yang sejalan. Namun ada satu hal, kami tidak akan pernah sejalan. Pasti akan selalu berbeda, cinta dan obsesi. Jika aku tidak akan pernah jatuh cinta lagi maka dia juga tidak akan pernah terobsesi kembali. Itu adalah satu-satunya cara agar kami tetap sejalan.











#

Hoho aku bikin chap khusus buat bapak ku ini🤭

Gimana? Sebelumnya reader-nim udh ada yg sadar belum klu Jiyong tu berbeda?

Udah pasti ada yg tau lah ya... Kan dah ku kasih tau juga di chap awal klu dia punya alter ego😁

.
Okay deh chap lima nya segera nyusul ya, iya.. Segera.. kapan pastinya lum tau meuhehehe
.
Baibai👋🏻

Two Different Sides✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang