.
Semula harga diri bukanlah hal yang penting selama aku bisa berada di sisinya. Mengorbankan nyawa sendiri bukan lah hal rumit yang perlu aku pikirkan untuk bisa bersanding dengan dirinya yang menyukai permainan maut.
Hingga saat ini pun, aku masih yakin jika aku mencintai nya. Dan itu tidak salah. Cinta ku ini benar bukan? Tolong katakan jika cinta ku ini memang benar! Karena jika ada hal yang salah, maka itu adalah cara ku! Bukan cinta ku.
Dan mulai saat ini, akan ku ubah cara bodoh ku itu!
-Sandara-
.
."Sadarlah Kwon Jiyong! Jika kau memang tidak mencintai sepupu ku, maka biarkan kami pergi!" Youngbae menyembunyikan Dara di balik punggung tegap nya.
"Pergi?" pria Kwon itu tiba-tiba tertawa.
"Bukankah sudah terlambat untuk pergi?" ucapnya dengan raut mengejek namun dengan penekanan yang penuh bahaya.
Mendengar tawa tanpa beban dari Kwon Jiyong, membuat Dara merasa terluka entah kenapa.
Seumur-umur ia tidak pernah merasa bimbang, ia selalu yakin dengan setiap jalan yang ia pilih. Baik jalan hidup maupun jalan cinta nya. Dan pria itu, Kwon Jiyong. Pria itu lah yang menjadi keyakinan nya. Kwon Jiyong si penyelamat hidupnya, tujuan akhir hidupnya, cinta pertamanya dan satu-satunya manusia yang ingin ia miliki dan memiliki dirinya.
Tapi apa ini? Perasaan apa yang membuat dirinya tiba-tiba merasa bimbang?
"Ji, apa aku salah telah meyakini mu?" Dara mendorong pelan tubuh sang sepupu agar tidak lagi menghalangi pandangan nya dari Kwon Jiyong. Ia ingin keyakinan nya kembali, tidak ingin goyah sedikitpun. Berharap ada secercah harapan dari jawaban yang akan Jiyong lontar kan nantinya.
Jidi dengan kuat menekan Kwon Jiyong yang ingin mengambil alih kembali tubuhnya. Pertanyaan Sandara benar-benar membuatnya kesulitan untuk mengendalikan Jiyong.
"DIAMLAH DENGAN TENANG BRENGSEK!!" amuk Jidi melempar sebuah vas keramik di atas meja.
Nafas dari tubuh pria Kwon itu tercekat di saat keduanya saling berperang untuk mendominasi. Namun naas, Jidi jauh lebih kuat setelah sekian lama memprovokasi tubuh Jiyong. Selama ini Jidi tidak mengalah begitu saja di saat Kwon Jiyong menekan dan menguasai tubuhnya. Tetapi ia hanya menunggu waktu yang tepat. Ia menunggu sesuatu yang bisa membuat pemilik asli tubuh itu merasa lemah dan tertekan. Sama hal nya ketika rasa lemah yang telah membentuk Jidi pada tubuh Jiyong saat duapuluh tahun yang lalu, dan rasa lemah itu pula lah yang kembali membuat Jidi lebih kuat dibanding kan Kwon Jiyong saat ini.
Dara menganggap teriakan Jidi barusan sebagai jawaban dari pertanyaan nya. Apa yang bisa ia lakukan sekarang? Ia hanya bisa menangis, namun hatinya tetap menolak untuk menerima begitu saja jawaban dari Kwon Jiyong.
"A-apa aku benar-benar salah telah meyakini mu, Ji?"
Tidak Dara! Kau tidak salah! Teruslah mempercayai ku! -teriak Jiyong yang hanya dapat didengar oleh Jidi.
Jidi. "Hahaha salah. Sangat sangat.. Salah! Kau tidak harus meyakini ku karena aku tidak ingin siapa pun bergantung pada ku. Jangan buang-buang waktu mu itu untuk mempercayai aku yang tidak pernah mempercayai apapun, dan siapapun! Kau hanya cukup menjadi milik ku dan singkirkan semua orang yang ingin merebut mu dariku. Tidak sulit bukan? Kau sudah melakukan semua itu selama ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Different Sides✔
FanfictionCinta dan Obsesi adalah dua sisi yang berbeda. [COMPLETE]✔ #1 in daragon [210521] #2 in G-Dragon [100820] #2 in nyongdal [100820] #5 in masokis [030121] #1 in 2ne1 [300621] #1 in sandarapark [220222] ⚠Cover of pinterest⚠