Twenty Three

1.9K 271 27
                                    

"Hah?! Sasuke tidur? Hentikan lelucon ini Sasuke. Jika Sasuke tidur maka siapa yang berdiri di depanku? Apa kau kembarannya? "

"Aku juga Sasuke tapi bukan Sasuke yang tidak sok bijak, penurut dan membosankan. "

Dia menyeringai seksi.

'Aku lebih dinamis dan seksi. Aku bisa buktikan padamu betapa seksinya aku, sekarang juga. Lagi pula kau adalah yang membangunkan ku dari tidur panjangku. "

Ujung jarinya membelai kulitku yang tidak ditutupi kain. Membuat gerakan memutar yang tidak sopan.

Hah.... Dua-duanya memang tidak ada yang sopan.

Tsk.

Mengapa sekarang aku di hadapkan oleh orang gila yang memiliki dua kepribadian. Ini membuat rencanaku berantakan yang tidak memiliki akhir pasti. Aku lelah dengan hal aneh ini dan tidak memiliki waktu untuk meladeninya.

"Jika demikian bangunkan Sasuke yang pemikir itu. Aku tidak memiliki urusan denganmu. "

Tangan Sasuke mendadak mengurungku. Lalu menarik ke arah tubuhnya yang keras. Hanya sedikit tindakan namun ia menjadi begitu berkuasa atas diriku.

"Aku tergila-gila padamu, Sakura. Sama seperti Sasuke yang membosankan. " Dia mengendus-endus rambutku. Tubuhku mendadak merinding. Padahal kami berada di tepi pintu masuk gedung penyedot uang tapi aku merasa berada di alam misteri.

"Sasuke."

"Ya? "

Dugh!

Ouh....

Lututku dengan sempurna mendarat di selakangan Sasuke. Membuatnya bergetar dan meringis. Tapi dengan keras kepala tidak mau menjerit.

"Ini balasan karena memperkosaku. Sekarang pergilah dan biarkan Sasuke yang satunya hadir. "

"Hn...tidak. Yakinlah, apa yang bisa dilakukan oleh Sasuke maka aku bisa melakukannya lebih baik lagi. "

Dia masih bergetar sambil menyangga tubuhnya dengan siku di dinding belakang tubuhku.

"Bagaimana dengan menghancurkan Rudolf, " ucapku menyeringai.

"Hoo, jadi si bodoh itu membuat ulah? "

"Dia menghancurkan keluargaku dengan menyuruh Mey merayu ayahku. Itu demi menguasai perusahaan."

"Akan aku pikirkan. "

Tak lama kemudian raut wajah Sasuke mengernyit kesakitan. Itu adalah isyarat jika Sasuke yang satunya yang hadir. Okey, sekarang aku merasa bersalah sudah memberi rasa sakit itu pada Sasuke yang satunya. Walaupun dia juga sama-sama pantas mendapatkannya.

"Ugh, ini menyakitkan. Seberapa memalukan aku? "

Dia pasti sadar jika jiwanya yang satu mengambil alih tubuhnya selama beberapa menit.

"Tidak ada, kau hanya membuat orang-orang di gedung utama berlari ketakutan. "

Sasuke menghela nafas. "Hanya itu? "

"Dia juga mengaku jika dia yang melakukannya padaku. "

Mata Sasuke meredup. Lalu tangannya terangkat membelai pipiku. "Seharusnya aku bisa melindungi mu dari dirinya. Tapi aku gagal. "

Aku tidak bisa mengikuti suasana melow yang Sasuke ciptakan. Yang terpenting saat ini adalah balas dendam terhadap Rudolf. Pria tampan itu harus merasakan bagaimana rasanya dihancurkan. Jika bisa aku ingin dia mati dengan cara mengenaskan. Sayangnya aku tidak sanggup membunuh orang. Aku hanya ingin dia merasakan penderitaan ibuku yang mati perlahan-lahan karena putus asa.

"Jangan bersikap seperti itu. Semua tidak ada artinya karena yang aku inginkan adalah kau menepati janjimu dengan menghancurkan Rudolf. "

"Sakura.... "

"Kita pergi sekarang. Kemunculan Rudolf dan dirimu yang lain, tidak lagi membuatku tertarik melihat gedung luar biasa ini. "

"Baiklah. Tapi apa yang kau pikirkan tentang gedung ini. "

"Aku seperti berada di alam lain. Pemilik gedung ini jelas ingin memindahkan Las Vegas ke sini, dan dia berhasil menciptakan suasana yang sama. "

Sasuke sedikit tersenyum. Kemudian meraih punggungku untuk mengikutinya. Sebenarnya dalam hati aku merasa kasihan melihatnya terpincang-pincang.

Sudahlah....

.
.
.

Kini mansionku terasa lebih sepi dari sebelumnya. Ketenangan ini sudah lama aku impikan mengingat Mey tidak lagi berada di sekitarku dan berakhir buruk. Itu pantas ia dapatkan.

Di balkon lantai satu yang bergaya mediterania, aku mengingat jam-jam terakhir yang aku lewati bersama Sasuke. Tirai-tirai yang berdesir tertiup angin bersama kursi melengkung yang indah tidak mampu membuatku melupakan apa yang terjadi. Terutama di gedung itu, semua yang ada menciutkan nyaliku. Jika aku tidak mendapatkan bantuan dari Sasuke, aku yakin jika tidak sanggup menyentuh Rudolf karena perbedaan dunia kami yang begitu tajam. Aku tidak sanggup terjun ke dunia hitam seperti untuk meraih Rudolf karena terlalu takut.

"Ehem..."

Aku tersentak kaget karena ada suara dari balik pagar balkon. Ingat, itu artinya ada seseorang yang bergelantungan memanjat balkon. Yang luar biasa itu di lakukan oleh Sasuke.

'Pasti dia adalah Sasuke yang gila.'

"Apa yang kau lakukan, Sasuke? "

"Hei bukankah ini romantis. Aku meniru adegan yang ditulis Shake spear di Romeo dan Juliet. "

Apa dia memang selalu aneh?

"Kurasa kau harus segera memanjat ke sini sebelum tanganmu kebas."

"Oh kau benar. "

Dia menarik kakinya ke atas dengan tangan yang berpegangan pada pagar lalu melakukan gerakan salto. Aku menahan nafas karena tegang.

"Ini untukmu. "

Setangkai mawar merah besar dan cantik ia sembunyikan di hodienya. Ternyata dia serius meniru Romeo.

"Terima kasih. "

Tbc.

Le Meilleur Gagne Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang