Eleven.

3K 404 37
                                    

Dark and dangerous.

Gelap dan berbahaya.

Julukan yang sangat sesuai dengan gambaran indah pria ini.

Menanggapi sikapku yang mulai nakal, ia melingkarkan tangannya mengelilingi perutku. Aku bahkan bisa merasakan desakan tubuhnya saat bokongku menempel erat padanya.

"Kyaa ini menyenangkan! " sudah berapa lama aku lepas kendali? Aku tidak tau. Aku tertawa dan menari dalam naungan kekuasaan otot Sasuke. Lalu menyeret Sasuke untuk minum lalu kembali ke lantai menari. Dan Sasuke menurutiku tanpa protes. Itu membuatku semakin senang. Sungguh bukan diriku sama sekali.

"Terus bergerak, Sweety. "

Di saat kakiku merasa copot---gerakan kami tetap semakin menggila. Lebih tepatnya aku yang mulai menggila. Namun beberapa liar gerakanku, seberapa nakalnya diriku, tubuh Sasuke tidak membiarkan pria lain melihatku. Dia mengurungku di antara dinding kaca hitam tebal yang berada di lantai dua. Dominasinya nyata, sifat posesifnya tidak main-main. Dan ketika musik menjadi lebih melow, Sasuke menghimpit tubuhku tanpa celah seolah enggan pria lain mengajakku menari.

"Daddy." Pandanganku menjadi sayu. Berkat martini yang kutenggak di sela beristirahat ketika menari, aku tidak lagi memikirkan tentang dendam dan Rudolf.

"Ada apa Sweety? "

"Kau begitu tampan. "

"Aku senang kau menyukai apa yang kau lihat dari Daddy. "

Bibirku mengerucut cemberut. Tanganku yang tadinya menahan dada Sasu agar tidak menekan tubuhku terlalu kuat beralih membelai jenggot yang mulai tumbuh di rahangnya. Rasanya geli.

"Tsk, tapi kau suami, Mey. Kadang aku jijik melihatmu berdampingan dengannya. Itu membuatku membayangkan kau sama kotornya dengannya. "

Dalam sekian detik aku lebih kilat marah pada mata gelapnya. Hanya sekejab dan sekarang wajahnya kembali seperti semula.

"Bagaimana jika aku bukan suami, Mey?"

Dari mana tanganku mendapatkan keberanian dan dengan lancang membelai dada Sasuke. Lalu bergeser ke sesuatu yang mengeras sejak tadi. "Itu bagus. Bearti kau tidak pernah merasakan vag*n* bekas ayahku. Ihw, membayangkan kau juga pernah singgah di tempat itu membuatku mual. "

Statement-ku di balas dengusan keras dari Sasuke. "Jadi, anggap saja aku dan Mey tidak pernah menikah. "

"Benarkah?! " aku memekik senang.

"Ini rahasia tapi jangan katakan pada siapa pun. "

"Horee! Ayo minum untuk merayakannya! "

Aku kembali menyeret Sasuke ke bar.
Saat ini diriku bukanlah diriku yang biasanya. Mulai dari lantai menari di club, kegilaan mekar menguasaiku dengan cara yang halus. Bersama martini yang diaduk secara perlahan hingga tercampur secara halus aku mulai kehilangan fokusku.

Entah berapa tenggak minuman yang sudah aku telan. Semua terasa buram diingatanku. Aku bahkan tidak ingat bagaimana caranya aku tiba di ranjang empuk berseprei krem dan berada di atas Sasuke. Tanpa busana dan liar.

"Daddy... !"

Mulut Sasuke berada di dadaku. Tangannya ada di kedua pantat dan meremasnya dengan keras. Sedangkan tubuhku hanya mengenakan g-string yang tak mampu menutupi vagi*a ku karena tipisnya bahannya. Aku bahkan bisa merasakan kerasnya milik Sasuke yang terjepit di pangkal paha yang masih memiliki penutup.

Aku terlena dalam kenikmatan ini. Tubuhku diterjang topan seksual yang menawarkan sensasi yang belum pernah aku rasakan. Namun ketika sebuah gigitan menyakitkan terasa di dadaku, aku menjerit kesakitan dan mendapatkan kesadaranku dengan cara mengejutkan.

"Sweety, kenapa berhenti."

Akal sehat menghantamku saat pengaruh alkohol memudar. Mataku menatap ke sekeliling sambil memegang kepala. Sesaat kemudian menyadari jika kondisiku mengerikan dengan cara yang tidak bisa ku jelaskan.

"Apa yang sedang kita lakukan, Daddy? "

"Apa lagi? Jelas kita sedang bersenang-senang. "

F*ck

Ternyata pria ini hanya jenis pecinta kelamin.

Aku mendorong diriku menjauh atau bisa dikatakan menuruni tubuh Sasuke. Merasa bodoh dan malu karena bisa terhanyut dalam gairah sedangkan tujuanku masih jauh.

Sasuke terlihat tidak terima dengan keputusanku yang turun dari tubuhnya. Dia menahan tanganku, sedangkan tangan lainnya yang bertato menenggelamkanku ke dadanya yang juga ada tatonya.

Dengan kekuatan sebesar itu, aku gagal melawan Sasuke. Deraan rasa pusing ditambah tekanan lenganya yang dipenuhi bisep membuatku sulit bernafas. Tak perlu menunggu lama bagiku untuk berakhir pingsan di dada telanjangnya karena pusing.

Normal pov.

Sasuke mengumpat mendapatkan gadis yang tengah beradu kenikmatan dengannya pingsan. Sangat menyebalkan mendapatkan Sakura yang tadinya menari, menggoda dan mulai terbuka dengan kegiatan seksual dengannya, tiba-tiba pingsan. Padahal ia sudah menunggu gadis itu terbuka padanya. Menunggu penyerahan dirinya seutuhnya. Sayangnya pada detik-detik terakhir Sakura mendapatkan kesadaran dan menolak dirinya, lagi.

"Apa yang harus aku lakukan agar kau tunduk denganku, Sweety. Aku tidak percaya ada wanita yang menolakku lebih dari tiga kali."

Sasuke merebahkan tubuh Sakura yang hanya terbalut lingerie ke ranjang. Lalu turun menuju kamar mandi untuk menuntaskan hasratnya yang tertunda.

"Sialan. "

Sasuke mengumpat berkali-kali. Pikirannya kacau karena tidak mendapatkan seks yang diinginkan. Yang terburuk, miliknya juga enggan bereaksi pada wanita lain seolah mogok karena ingin Sakura. Gadis yang mempesona dirinya pada debut di sebuah yayasan sosial di Burgenheim.

Masih teringat jelas bagaimana gadis itu berpidato di depan seniornya yang lain. Tatapan penuh kecerdasan dipadu kecantikan yang alami membuatnya bersinatr saat itu. Dan yang mengejutkan, gadis itu pandai bernegosiasi dengan presenter O yang terkenal hingga wanita Afrika-Amerika itu turut membantu menspongsori program meringankan pinjaman pendidikan yang biasa membebani mahasiswa.

"Apa karena statusku yang dia kira suami Mey. " Impuls otak Sasuke akhirnya bekerja.

"Shit mengapa aku tidak menyadarinya. Bagaimana mungkin ada wanita yang menyukai simpanan ayahnya. "

Sasuke ingin sekali membenturkan kepalanya ke tembok. IQ-nya memang tinggi, tapi dia sangat bermasalah dengan EQ.

Tbc.

Le Meilleur Gagne Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang