Twenty Four.

2.1K 293 23
                                    

"Jangan cemberut seperti itu. Aku ke sini untuk membawamu ke suatu tempat. "

Ide buruk. Mana mungkin aku mau ikut bersama pria yang mampu membuat seluruh pengunjung berjumlah lebih dari lima ratus orang lari terbirit-birit. Itu namanya aku cari mati. Istilah dari salah satu negara asia adalah ular mendatangi pemukul.

"Maaf, tapi aku tidak mungkin ikut bersama orang yang menperkosaku. "

"Hei, padahal niatku menolongmu---"

Duagh.

Ups gagal.

Kakiku ditahan oleh satu tangannya lalu di tarik. Tangan satunya secara cekatan menahan punggungku karena aku hampir terjungkal ke belakang saat mau menendang bolanya.

"Rupanya kau sangat mencintai bolaku, " godanya. "Kau boleh menyentuhnya dengan tangan cantikmu, bukan dengan kaki cantikmu. "

Okey aku salah,  tapi dia gila. Mana ada menolong orang dengan memperkosanya. Aku benar-benar ingin menghancurkan bolanya agar dia tidak bicara omong kosong.

"Lepaskan. "

"Kau yakin?"

Set.

Kyaa....

Sasuke hendak melepaskan tubuhku. Tapi aku tau jika tubuhku akan menghantam lantai jika dia melepaskan tangannya. Secara otomatis aku mengalungkan tanganku ke lehernya dan berpegangan erat.

"Tsk, aku tau kau begitu mencintaiku sampai memelukku seperti ini. Oh Sakura, aku sangat bahagia melihat kau mencintaiku seperti ini. "

"Hentikan omong kosongmu, Sasuke. Cepat berdirikan aku. '' Aku sangat jengkel tapi bibirku tetap tersenyum.

Dulu aku mengira Sasuke adalah pria yang paling menyebalkan. Ternyata ada pria lain yang lebih menyebalkan dan dia adalah jiwa lain Sasuke. Jika aku membunuhnya bearti aku membunuh dia pria menyebalkan sekaligus. Sungguh keuntungan ganda.

"Baiklah. Memang hari ini aku datang bukan untuk bercinta denganmu meskipun aku tau kau sangat menginginkannya. Aku ke sini untuk menunjukkan ini. "

Sasuke memperbaiki posisi tubuhku terlebih dahulu sebelum menunjukkan gambar di mana Rudolf terikat di dalam sebuah ruangan. Di belakang Rudolf terdapat jeruji besi dengan minim pencahayaan.

"Apa ini? "

"Kau ingin membunuhnya kan? Aku akan melakukannya untukmu asal kau bisa tersenyum seperti orang lain. Bukan senyum palsu yang selama ini menghias bibirmu. "

Deg.

Aku terkejut mendengar penuturan Sasuke. Dia ternyata memikirkanku dan berbuat sejauh itu untukku. Dia bahkan mengingatkan aku jika selama ini bibirku hanya melukis senyum palsu. Aku bahkan tidak tau sudah berapa lama aku tidak tersenyum tulus karena kematian ibuku yang terus membayangiku.

Tes.
Tes.

Tanpa sadar aku menangis karena perasaan aneh di dadaku. Aku tidak menyangka jika ada yang memahamiku tanpa aku mengatakan sesuatu.

"Ya ampun. Jangan menangis, Sweety. Lihatlah. Rudolf sudah merebut senyummu. Aku akan benar-benar membunuhnya. "

Sasuke membelai rambut dan memelukku dengan hangat. Aku merasakan dukungan penuh mengalir dalam darahku. Sesuatu yang tidak bisa diberikan oleh Sasuke yang satunya karena yang ia lakukan selama ini membuat kesepakatan denganku. Tentu aku tau jika yang ia inginkan adalah hubungan seksual. Aku tidak pernah merasakan perasaan apapun darinya selain nafsu.

"Kita ke markasku, okey? Kita siksa Rudolf dengan begitu buruk karena menjadi sebab mimpi burukmu. "

Aku menggelengkan kepala. Yang aku inginkan bukan membunuh orang. Tapi membuatnya kehilangan sesuatu yang berharga seperti yang aku alami.

"Aku hanya ingin dia kehilangan sesuatu yang berharga sepertiku. "

"Kau yakin? " salah satu alisnya terangkat seksi saat bertanya.

"Padahal aku ingin mencincangnya atau membuatmu menendang bolanya. Ternyata hanya aku yang mendapatkan kehormatan itu."

Aku tertawa menanggapi kelakar Sasuke. Dia membuat ucapan sakartik yang anehnya terdengar lucu.

"Lihat ini... Kau tersenyum Sweety. "

Tubuhku membeku, ucapan Sasuke benar. Aku tertawa lepas karena untuk pertama kalinya. Sangat menakjubkan rasanya.

"Sasuke... "

"Teruskan Sweety. Atau kau ingin aku menggelitik perutmu seperti ini, Eh? "

Kyaaa....

"Hentikan Sasuke aha ha ha. "

Sasuke tidak main-main. Dia menggelitik perutku dengan penuh tekad. Aku tidak berdaya dan harus tertawa karena rasa geli.

"Ah ahah ha tolong berhenti... "

"Lihatlah... Kau begitu cantik saat tertawa. Aku bersumpah akan menjaga bibirmu akan selalu tersenyum. "

Dia ternyata bisa sangat manis.

"Baiklah, aku harus pergi. Sudah waktunya menghukum Rudolf sebelum Sasuke bodoh itu terlalu lama membuat keputusan dan Rudolf bisa lari dari cengkeramanku. "

Aku tidak mengerti apa yang dia bicarakan. Hanya saja, baru kusadari jika tanpa sadar sebuah kepercayaan sudah aku sematkan padanya. Jauh lebih mudah dari pada berharap pada si maraton wanita yang pemikir itu, em maksudku Sasuke yang pemikir.

Tbc

Le Meilleur Gagne Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang