Fifteen

2.7K 366 38
                                    

Dalam kamar yang remang-remang, Rudolf dan Sakura berpelukan. Rudolf mencoba menenangkan Sakura yang masih menangisi apa yang terjadi padanya. Kombinasi akting dan perasaan marah, sedih karena di perkosa seseorang menyempurnakan ratapannya di depan Rudolf.

"Ayah dan ibuku di alam sana pasti kecewa padaku. Hiks. "

"Tidak, Sayang. Kau tidak bersalah. Tolong jangan hukum dirimu karena ini. Kau korban, apa kau mendengarku. Kau adalah korban. "

Sakura terus menggeleng.

"Andai saja aku tidak terlambat menyelamatkanmu, mungkin saja aku bisa menghentikannya. Ini juga salahku. "

Kau memang merencakannya, Bajingan.

"Bisa hiks bisakah kau mengantarkanku pulang? "

Aku akan memberi pelajaran pada Jalang itu!

"Tentu saja. "

Rufolf menggendong Sakura yang acak-acakkan ke kamar mandi. Pria itu bahkan tidak perduli Sakura masih dalam kondisi telanjang, penuh bekas merah dan cairan tubuh.

Sedangkan Sakura, dia tidak peduli dengan kondisinya. Dia adalah gadis yang diperkosa. Rasa malu jika afa yang melihat tubuhnya, bukan lagi bagian dari sifatnya.

"Mengapa? " Sakura cukup bingung akan tujuan Rudolf yang membawanya ke bathup.

"Kau harus mandi. Jangan biarkan musuhmu melihatmu lemah. Aku yakin ada seseorang yang ingin menyakitimu. "

Dengan penuh perasaan Rudolf menaruh Sakura ke bathup. Dia menyalakan kran air. Mengatur suhu di sana agar Sakura merasa rileks.

"Aku akan menunggu di luar. "

Sakura mengangguk dalam diam. Dia memang ingin membasuh tubuhnya dari sisa pemerkosaan pria itu. Dia mengernyit karena perasaan sakit itu tidak membaik. Di sana masih bengkak.

"Sial, seberapa brutal dia melakukannya? Kakiku sekarang sangat kesakitan." Meski wajah Sakura tetap datar, tapi dagunya terus meneteskan air mata yang mengalir dari matanya. Bibirpun tanpa sadar melengkung tersenyum indah namun terlihat mengerikan.

"Aku harus kuat. "

Sakura keluar dari kamar mandi dalam kondisi basah. Tidak ada handuk yang disiapkan oleh Rudolf. Jadi terpaksa Sakura melangkah dengan tubuh polos dan basah.

Klek.

Sakura melangkah ke dalam kamar yang terdapat Rudolf yang sedang duduk. Dia mengamati Sakura yang polos dan basah.

Sakura menutupi bagian intimnya dengan tangan secara refleks.
"Bisakah kau memalingkan pandanganmu, " pinta Sakura. Dia menunduk karena malu.

"Maaf, aku hanya terpukau. Tadinya aku mengira seorang peri muncul di depanku. "

Rudolf pun mengalihkan pandangannya. Meski demikian Rudolf bisa melihat mata Sakura yang besar dan hijau terlihat sembab.

Sakura mengenakan sedikit demi sedikit pakaian yang di siapkan Rudolf. Tak menunggu lama baginya untuk memakai seluruh pakaian.

Pria yang mengerikan. Dia penjahat berwajah malaikat yang mampu memanipulasi korbannya. Tidak seperti wajah Sasuke yang dingin.

Apa yang harus aku lakukan untuk mengalahkan pria ini?

Andai saja ada pisau di sini. Aku ingin menusuknya.

"Apa kau sudah selesai? "

Rudolf bertanya setelah beberapa saat kemudian.

"Ya. "

Rudolf berbalik dan menatap gadis itu.

"Oh, kau sangat menakjubkan. " Rudolf tidak ingin mengalihkan pandangannya. Tangannya yang besar menangkup wajah Sakura. Wajahnya dia dekatkan ke wajah gadis dengannya. Dia ingin mencicipi bibir merah milik Sakura.

Tep.

Sakura mundur. Dia juga memalingkan wajahnya dari Rudolf. Tapi dia tau untuk tidak membuat pria ini marah. Dengan wajah merah seolah ingin menangis, Sakura berkata lirih, "Aku kotor. "

Ucapan Sakura mengubah wajah Rudolf yang tadinya mengeras melembut.

"Tidak. Kau adalah gadis paling murni yang pernah aku temui. "

Yang benar saja

"Aku sudah ternoda. "

Rudolf menghela nafas. Dia tidak memiliki pilihan selain memeluk Sakura.

"Stth... Tidak, Sayang. Kau tidak ternoda. Tolong jangan katakan itu, kau menyakitiku. "

"Kau belum memperkenalkan namamu. " Sakura berkata dalam pelukan Rudolf.

"Tobirama."

Rudolf mengantar Sakura pulang tanpa rasa curiga sama sekali. Sikap pasrah Sakura pada dirinya ia salah artikan sebagai sebuah perasaan nyaman pada seseorang yang menolong jiwanya.

"Kau yakin baik-baik saja? Aku bisa mengantarmu. "

"Tidak perlu. Aku baik-baik saja. " Sakura keluar dari mobil Rudolf dan berbalik secepat yang ia bisa.

"Nona, kau datang? " Kepala pelayan menyambut Sakura dengan khawatir.

"Kumpulkan para pelayan, " perintah Sakura. Dia sudah berhasil mendekati Rudolf. Sudah tidak ada gunanya mempertahankan wanita ular itu.

Tap.

Langkah Sakura berhenti. Perasaannya mengatakan jika dia harus menoleh. Dia menuruti instingnya dan ternyata benar, Rudolf masih di sana. Dia memperhatikan dirinya dengan senyum di bibirnya.

Sakura kembali melambai. Dia tersenyum manis pada pria itu sampai mobilnya menghilang.

Tak lama kemudian, dia melihat beberapa mobil hitam berkaca gelap mengikuti mobil yang Rudolf bawa.

Deg. Deg.

Pengamanannya banyak sekali. Bagaimana caraku membunuhnya.

Dengan kaki lemas Sakura masuk ke dalam rumah.

Selama ini aku hanya bisa meminta bantuan Yahiko untuk memberikan informasi dan mengawasi gerak gerik Mey. Tapi bukan untuk menyerang pria itu. Sebab aku tidak mau terlibat dalam dunia hitam.

Sampai di ruang tamu, Sakura melihat seluruh pelayan sudah hadir. Mey juga sudah hadir di sana. Wajahnya terlihat khawatir.

"Seperti yang kalian ketahui, aku adalah pewaris utama warisan ayahku. Dan aku menginginkan orang yang tidak berkaitan dengan rumah ini pergi dari sini. "

Sakura berkata sambil tersenyum karena begitu marah pada wanita ular ini.

"Apa maksudmu Nak?! Kau Mengusirku? "

"Momy, kau sudah menikah dengan pria dari keluarga lain. Jadi hubunganmu dan keluargaku terputus saat itu juga. "

"Tapi."

"Pergi dari sini. Kau pasti tau alasanku mengusirmu, Mey?" tanya Sakura. Meski nada suaranya penuh amarah, dia masih tetap tersenyum. Bahkan sangat indah.

Mey masih membeku di tempat duduknya. Jelas dia sangat khawatir karena jika ia pergi dari sini maka Rudolf dan Sasuke juga akan membuangnya.

"Pelayan, persilahkan Nyonya Mei Uchiha pergi. "

"Dan kau Mey, jangan bisa kembali ke sini. Karena aku adalah penguasa perusahaan dan juga rumahku. "

"Sakura! Kau tidak bisa mengusirku dari sini! "

"Sakura! "

Mey di kawal (seret) kedua penjaga rumah kediaman Haruno ke depan pintu gerbang. Kemudian pelayan yang lain membawakan tas berisi baju-baju. Tak ada uang, dompet yang diberikan hanya berisi identitasnya.

"Aaggghh! "

Sakura hanya menonton Mey dari atas balkon. Matanya menyorot penuh dendam namun bibirnya tetep melengkung indah.

"Giliran Sasuke. "

Tbc.

Le Meilleur Gagne Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang