Kami terus bertatapan. Secara naluriah aku mencoba menebak isi hatinya melalui ekspresi wajah dan juga matanya. Riak kecurigaan yang terlanjur menggenang tidak mungkin bisa di tepis dengan perkenalan biasa.
Demi Tuhan, aku sekarang berada di pesawat pribadinya. Bukan di club atau restoran juga cafe. Aku ulangi, aku-sekarang-di pesawat. Sesuatu yang bisa di-asosiasikan sebagai penculikan. Dan betapa pun menawannya pria ini, aku masih ketakutan dengan motifnya menggiringku ke pesawat.
'Bertemu secara tidak sengaja lebih dari tiga kali. Betapa konyol alasan itu. '
"Aku melihat kecurigaan di mata indahmu. " Dia kembali melakukannya, mengamatiku dalam-dalam dengan mata gelapnya yang misterius.
"Bukankah itu normal? "
Kali ini ia menyuguhkan seringai yang sialan seksi. "Tidak hanya baik hati, kau juga sangat cantik. Aku tidak percaya jika kau adalah manusia. " Jari-jari tangannya terkait. Tubuh tingginya condong ke arahku lalu melepas kaitan jarinya untuk mengusap bibirku. "Lihatlah, betapa cantiknya bibir ini. Begitu lembut dan basah, aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya jika berada diantara gigi dan lidahku. "
"Berapa banyak gadis yang sudah mendengar kata-kata itu dari anda, Sir? "
Pertanyaanku menghentikan usapan jempolnya di bibirku. Dia menarik tangannya dan tertawa. "Well, kau gadis pertama yang tidak luluh dengan sentuhanku. "
"Tapi aku tidak menyerah, Cerry. Jadi katakan, apa yang perlu aku lakukan agar aku bisa mencicipi ini. " Jarinya kembali menyambangi bibirku lalu mengusap-usapnya. Lidahnya bahkan menjilat bibirnya sendiri saat melihatku.
Andai saja aku tidak sedang berada dalam agenda balas dendam, aku tidak menunggu waktu lama untuk menyetujui one night stand bersamanya.
"Tidak terima kasih. Aku tidak berniat untuk patah hati di usia semuda ini. "
"Kau berniat melibatkan perasaan pada di awal hubungan?"
"Tidak, tapi aku tetap menolak untuk menerima sesuatu yang membuatku berpotensi patah hati."
"Pendirianmu suatu saat akan luntur. Setiap manusia mempunyai suatu kebutuhan yang dinamakan kebutuhan biologis. "
Here it go. Diplomasi untuk mendapatkan hubungan seksual dimulai. Kita lihat seberapa lihai dia mengemukakan teori agar mendapatkan seks. Tidak ada ruginya melihatnya menunjukkan salah satu keahlian yang ia miliki.
"Kita bisa memulainya perlahan, Cerry. Tanpa melibatkan apa pun. Aku tidak akan menuntut apa pun darimu." Dia berhenti sejenak. Mengambil botol Vodka dari pramugari dan menuangkan ke gelas. Aku menggeleng ketika ia menawarkan minuman itu padaku. Aku masih menatapnya dalam diam. Memperhatikan setiap tindakannya yang menenggak Vodka dalam satu kali minum, memutar-mutar di mulut sebelum menelannya. Gerakan yang bagus, cukup seksi dan menggoda. Meski tindakannya tadi membuat mulutku berair tapi tetap saja aku tidak bisa goyah.
"Patah hati terjadi jika suatu komitmen melibatkan perasaan. Aku mendapatkan kesan jika kau yang sekarang tidak ingin melibatkan perasaan. "
"Kau tampan Sasu. "
Wajahnya sedikit tersentak lalu melembut. Sudut bibirnya terangkat sebelum berkata, "Aku senang kau menyukai apa yang kau lihat. "
"Dengar, segala hipotesa-mu tentang aku secara keseluruhan adalah benar. Aku tidak ingin terlibat perasaan dalam waktu dekat. Dan aku yakin jika semua tekadku akan hancur jika kita berhubungan karena wajahmu yang tampan. "
"Baru kali ini aku merasa penampilanku menghentikan keinginanku. "
"Aku turut menyesal. Jadi, karena aku tidak bisa memintamu menurunkan aku di atas langit, bisakah aku meminta untuk tidur sejenak? "
Wajah tampannya merengut masam. "Baiklah. Kau mendapatkannya. "
"Terima kasih. Aku sangat menghargainya, Sir. "
"Kau membuatku nampak tua dengan panggilan itu. "
'Karena kau memang cukup tua untuk gadis seusia ku. '
"Aku rasa itu panggilan yang sesuai dengan penampilan profesional anda. "
"Aku anggap itu pujian. "
"Ya, ya, tentu saja itu pujian. "
"Sebelum aku membiarkanmu beristirahat ada baiknya kau menerima ini sebagai pertimbangan. "
Dia kembali maju mendekat. Kedua jarinya menjepit daguku lalu sebelum aku tersadar, Sasuke menciumku. Gerakannya begitu cepat. Tapi aku yang melihatnya tidak memalingkan wajah atas kedatangan bibirnya di mulutku. Aku bisa merasakan rasa Vodka di bibirnya yang lembut.
Bagaimana caranya agar tidak jatuh pada pemangsa ini?
Pertahanan dan gairah mulai berperang dalam diriku. Mengombang-ambingku diantara kewarasan atau kesenangan. Aku kebingungan dengan keputusan yang harus aku buat karena ciuman Sasu. Untuk pertama kali aku tidak yakin dalam mengambil keputusan, semua karena lumatan lembut dari bibir pria ini.
''Nghh... "
Aku melenguh, dan akhirnya sadar jika sudah memutuskan untuk menyetujui ciuman dari Sasuke. Tanganku bergerak dengan pintar tanpa disadari. Dia berada di rambut Sasuke dan mencengkeram juga menahannya. Sementara lidahku sibuk mengulum kembali lidah Sasuke yang menari-nari.
"Ghhh."
Suara geraman erotis terdengar diantara ciuman kami. Aku tidak menyangka jika begitu liar dan tidak tau malu.
Sasuke menarik diri dariku. Dia tersenyum lebar seolah memenangkan sesuatu yang luar biasa. Lalu menaruh keningnya di bahuku.
"Kau juga menginginkan ku, Sakura. Tubuhmu menginginkan ku. Jangan pungkiri lagi. "
Aku berusaha menstabilkan deru nafas yang terjadi akibat lonjakan gairah. Tubuhku bahkan gemetar karena sisa-sisa gairah yang tadi. Cepat-cepat aku membangun tembok pertahanan agar tidak lagi terpesona oleh Sasuke.
"Itu reaksi alami, Sir. Seseorang bisa terlena karena sesuatu yang menyenangkan, tapi pada akhirnya menyesal. Itulah yang aku rasakan darimu. Rasa tidak sanggup menahan penyesalan nanti membuatku harus tetap berada di tempat seharusnya. "
Rahangnya mengeras. Sebentar lagi dia akan membuka opini yang logis tentang sebuah hubungan dua individu yang saling menguntungkan. "Mengapa kau terus membuat alasan-alasan tidak masuk akal, Saku. Mengkhawatirkan masa depan yang belum jelas. Mengapa kita tidak menikmati yang ada sekarang. Tubuhmu menginginkanku. Kau tau dengan jelas jika tubuhmu menginginkanku. "
Tunggu dulu, bisakah aku melimpahkannya pada Mei. Jelas kondisi yang menahanku agar tidak berhubungan dengan pria mana pun karena aku membutuhkan otakku tetap waras dalam menghadapinya.
"Tidak, tuan Sasuke. Aku tidak ingin menjalin hubungan apapun saat ini. Tidak ada hak bagiku untuk menjalin hubungan normal seperti kalian. "
Sasuke menatapku seolah aku memiliki mata yang tumbuh di keningku. "Apa maksudmu? "
"Jangan bertanya. Kaulah yang mencari tahu. "
Keheningan melanda diantara kami selama beberapa menit. Dia terlihat menimang-nimang melalui matanya. Sebagai pengusaha aku tau dia memikirkan hal yang terburuk.
"Apa kau pernah mengalami kekerasan seksual? "
Dari sekian ribu pertanyaan, dia menanyakan pertanyaan yang biasanya terjadi di negara ini. Pelecehan anak memang dialami satu dua dari tiga gadis yang berkumpul. Tapi aku tidak mendapatkannya.
Aku tersenyum manis. "Sudah kubilang, cari tau sendiri jawaban yang kau inginkan, Sir. "
Aku menarik diri dan merebahkan kursi. Sedikit tersenyum lalu mengalihkan pandanganku darinya. Isyarat halus agar dia melakukan apa yang ia janjikan tadi. Membiarkan ku beristirahat.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Le Meilleur Gagne
FanfictionBalas dendam, ambisi, hasrat semua bersatu membentuk sebuah karakter baru pada diri Sakura. Demi balas dendam ia memiliki ambisi gelap yang menakutkan. Semua menyeretnya dalam hasrat gelap yang semestinya tak kan pernah ada. Namun ia terjatuh begitu...