Sixteen.

2.7K 367 54
                                    

Penculikan yang terjadi adalah bukti jika segala tindakan yang aku lakukan selama ini terlalu lemah. Tidak boleh ada lagi kejadian serupa yang terjadi. Dan sekarang waktunya Sasuke mendengar keputusan setelah Mei keluar dari rumah ini.

Ruang kerja ayah adalah pilihan yang aku buat untuk menyambut Sasuke. Segala peralatan di sini sempurna untuk membicarakan hal serius.

"Nona, tuan Sasuke sudah tiba. "

"Suruh dia masuk. "

Pintu di buka pelayan---pria tampan muncul dari sana dengan wajah dihiasi sudut bibir yang naik sebelah. Sayangnya senyum itu akan turun begitu aku mengatakan keputusanku.

"Aku harap kau memberi alasan bagus untuk mengundangku ke rumahmu. Jujur saja aku harus menunda rapat penting hanya untuk datang ke sini. " Dengan tangan di saku, dia menatapku dalam-dalam.

Dominasinya tetap tidak berkurang sedikitpun. Dia tetap tetap dingin dan tak terjangkau, wajahnya menyempurnakan apa ada ada dalam diri Sasuke. Aku suka pria seperti itu.

"Aku sudah memegang semua kendali perusahaan dan rumah ini. Itu bearti keputusanmu untuk memegang posisi CEO juga berada di tanganku. "

Sasuke bergeming. Dia duduk di sampingku sambil menyilangkan kakinya di sofa. Tangan kirinya berada di atas sandaran sofa di mana aku duduk. Tubuhnya dia condongkan padaku.

"Kau menjadi sedikit berubah dari kemarin, kurasa kita perlu melanjutkan acara yang tertunda. "

"Tidak ada yang berubah. Aku ingin memberimu sebuah penawaran. "

Sasuke semakin mencondongkan tubunya. Mempersempit jarak di antara kami dan itu mengganggu konsentrasiku.

Klek.

Sasuke menekan tombol pintu dan membuatnya terkunci. Aku kebingungan akan tindakannya yang seenaknya. Memang dia selalu seenaknya tapi kini matanya ada kobarang yang silut dimengerti.

"Ku dengar kau mengusir Mei. "

"Dia adalah mantan ibu tiriku dan istrumu, jadi tidak ada alasan dia berada di sini. "

"Itu bagus karena dia menyakiti mataku. Dia selalu mengganggu kesenangan kita. "

Aku mundur kebelakang karena Sasuke semakin maju.

"Tidak ada kita di antara kita. Tolong jangan salah artikan hubungan yang terjadi, Daddy. "

"Aku tidak salah mengartikannya. Hubungan kita adalah aku pendominasi dan kau subyek dominasiku. "

"Hah? "

Mengapa semua rencanaku menjadi mentah di hadapan pria ini. Awalnya aku ingin menghadiahkan sebuah ancaman padanya. Tapi lihatlah sekarang. Pria ini dengan mudah membalik situasi.

"Daddy... Hmmpt. "

Dia justru menempelkan bibirnya ke bibirku. Menggoda bibirku untuk terbuka agar dia bisa mengesploitasinya. Sungguh ciuman yang anggun. Namun semakin lama ciumannya semakin panas. Dia mengeram, aroma mint miliknya terasa lezat. Sasuke memberiku pengalaman berciuman yang manis.

"Uh.... Ah... "

"Tidak, kita tidak boleh seperti ini. Aku mengundangmu bukan untuk melakukan hal seperti ini. "

"Lalu katakan tujuanmu dan biarkan aku melakukan tugasku di atas tubuhmu. "

"Akh! "

Sasuke yang hilang kendali sulit berkompromi. Dia menjadi bringas dengan cara yang seksi. Gigitan-gigitan yang ia lakukan setelah merobek gaun juga bra ku tidak bisa aku tepis.

"Daddy..."

"Ya, ya, Daddy Sasuke. My baby. "

Ini membuatku gila.

Aku membenci sekaligus menyukai yang Sasuke lakukan. Aku membenci caranya mengekploitasi tubuhku tanpa ijin, tapi juga menyukai deraan rasa nikmat yang ia hadirkan.

Jika diingat kembali, Sasuke adalah pria yang memberiku pengalaman pertama tentang hal-hal yang intim. Dia menciumku untuk pertama kalinya. Tidak hanya bibirnya, bahkan jarinya juga ikut memberi mengalaman baru. Jadi aku memutuskan untuk menerima dirinya sekarang. Membiarkannya memberiku pengalaman pertama yang direnggut dariku dengan cara pengecut.

"Ini bukan pengalamanmu?" tanya Sasuke kemudian setelah kami selesai. Butuh waktu lama baginya untuk menyelesaikan hasrat yang bangkit berkali-kali. "Seingatku kau masih perawan kemarin. " Dia mulai mengintrogasi di atas tubuhku dan di atas sofa bekas kami bermain. Kakiku bahkan masih di atas bahunya.

Pernyataan Sasuke membuka kembali rasa marah akibat kejadian itu. Aku menurunkan kakiku yang langsung di tangkap Sasuke. Dia kemudian meletakkan bibirnya di sana, sementara matanya yang berbahaya menatapku.

"Aku tidak perlu menjawab karena kau tau cara mengetahuinya lebih ahli dari siapapun. " Yah, jika dia benar-benar marah maka Mey tidak akan selamat. Secara tidak langsung aku memukul Mey dengan menggunakan tangan Sasuke.

Rahang Sasuke mengeras. Dia menatapku dalam kilatan mata yang berbahaya. Tapi itu bukan sesuatu yang perlu ditakutkan.

"Aku akan membunuh siapapun dia, hanya aku yang boleh menyentuhmu. "

Dia mulai lagi. Sungguh mengherankan bagaimana pria ini bisa menikah dengan Mey.

"Itu terserah dirimu. Tujuanku hari ini adalah memberitahu jika besok aku mulai bekerja. "

"Baiklah. Aku harus pergi. Lebih baik jangan berdiri dulu karena aku yakin kakimu melemas. "

Wajahku memanas saat Sasuke mengingatkan kegiatan kami. Bahkan saat ini aku hanya berselimut jasnya karena pakaianku robek. Ruang kerja ayahku memang tidak menyediakan ranjang dan selimut. Jadi aku harus puas dengan Jas Sasuke.

Normal Pov.

Prank!

Brak!

Sasuke melemparkan benda-benda di meja. Dia bahkan meninju meja berkaki melengkung yang terbuat dari Walnut hingga patah.

"Sialan! "

"Kau menyurih Rudolf menculik Sakura! "

Mey meringkuk ketakutan di lantai. Tubuhnya terikat dengan tali dan di kanan kirinya ada dua pria besar mengawasinya.

"Maafkan aku. Hiks maaf!"

"Karena mu, dia diperkosa!"

Plak.

Mey tidak tau jika akan ketahuan secepat ini. Padahal dia berniat akan melarikan diri.

"Tolong ampuni aku, hiks. Kumohon."

Sasuke tidak ingin mendengar apapun lagi. Dia menyuruh anak buahnya menyeret Mey agar tidak mengganggunya.

Tbc.

Le Meilleur Gagne Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang