Fourteen.

2.7K 369 63
                                    

Pria bersurai perak dengan kacamata di menghias wajahnya melangkah masuk ke ruangan remang-remang di mana Sakura berada. Mengamati gadis yang tergeletak pingsan dan terlihat tidak berdaya.

Tanpa tau jika pria berbahaya itu mendekat dan siap untuk melakukan hal buruk.

"Pink? "

Rudolf memiringkan wajahnya ingin melihat wajah gadis yang berada di bawah kekuasaan. Seseorang yang menurut Mey sangat merepotkan karena menghalangi usahanya menguasai Ha Express.

"Gadis kecil berbody hispanik? "

Kaki Rudolf berhenti di samping tubuh Sakura. Dia membalik tubuh Sakura yang miring dengan kakiknya. Dan saat itulah tubuh Sakura terlentang sehingga menunjukkan wajahnya pada Rudolf. Rudolf sedikit menjilat bibirnya karena pahatan wajah Sakura yang sesuai seleranya.

"Hoo, jadi ini saingan Mey. "

"Pantas saja dia kalah. "

Rudolf berjongkok di depan gadis itu. Mengusapkan ibu jarinya pada bibir Sakura dengan perlahan, sambil menikmati betapa lembut bibir itu di tangannya.

"Aku tidak bisa membayangkan jika kau menghisap milikku dengan mulutmu yang lembut Sakura. "

Pandangan matanya turun ke arah buah dada Sakura yang tersembunyi dari balik pakaian one piece tanpa lengan.

"Ukurannya bukan kategori favoritku, kira-kira hanya sebesar kepalan tangan. Tapi sekarang, aku menginginkan satu kepalan tangan milikmu lebih dari dada bersilikon. "

"Alangkah nikmatnya jika aku mencicipimu sebelum membunuhmu. Kecuali jika kita bisa sepakat. "

"Tapi sepertinya tidak mungkin."

Drrrt.
Drrrt.

Rudolf mendelik kesal pada bunyi telepon yang mengganggunya.

"Bicara! " kata Rudolf dengan kasar.

"Kau belum membunuh Sakura, Kan? "

"Belum, ada apa? "

"Syukurlah, pengacara datang ke rumah. Dia memberikan salinan sertifikat surat waris yang sudah di sahkan pengadilan, ternyata si tua bangka itu mewariskan seluruh hartanya pada Sakura. Sialan. Lalu jika terjadi sesuatu pada jalang itu, seluruh warisan HA ekpress akan di sumbangkan ke tujuh yayasan sosial. "

Rudolf menatap gadis yang tergeletak di sampingnya. Dari percakapan Mey, dia tau jika gadis ini cerdas. "Sangat mengesankan. Aku belum membunuhnya, tenang saja. "

"Syukurlah. Kalau begitu aku tutup teleponnya. "

Rudolf juga menutup teleponnya, mengangkat tubuh Sakura dan membawa ke dalam mobil. Pria-pria bertubuh tegap, gelap mengiringi langkahnya dengan profesional dan penuh kewaspadaan.

Rudolf masuk ke dalam mobil dengan Sakura yang berada di pangkuannya. Matanya yang tersembunyi dari balik kacamata menatap Sakura dengan penuh kewaspadaan. Rasa tertarik yang intens menyebabkan ia enggan mengalihkan perhatiannya.

"Kemana kita akan pergi, Tuan? "

"Ke rumah utama. "

.
.
.

Sakura terbangun dari pingsannya.
Ia berusaha menahan rasa pusing yang mendera. Ketika otaknya sudah sadar sepenuhnya, ia menatap ruangan tempatnya berada. Hal pertama yang ia lihat ruangan putih dan cukup layak, bisa di bilang mewah.

Namun kekaguman pada ruangan kamar tidak terlalu lama saat dirinya menyadari jika berada di ranjang dengan kaki dan tangan terikat.

"Oh, sial... "

Apa yang harus kulakukan. Ini pasti perbuatan Mey.

Bagaimanapun caranya aku harus bisa lolos dari sini. Aku tidak boleh mati sebelum membalas Mey dan pria bernama Rudolf.

Tap.
Tap.

"Oh syukurlah kau sudah bangun, Nona. Aku menyelamatkanmu ketika ada orang-orang yang hendak membawamu. "

Rudolf datang dengan wajah dingin namun ramah.

Sakura terkejut mendapati jika aktor utama yang menghancurkan keluarganya muncul.

"Tapi kenapa kaki dan tanganku terikat? "

"Itu karena kau melukai diri sendiri. Entah apa yang terjadi padamu tapi sepertinya tidak bagus. "

Saat itulah Sakura merasakan sakit di bagian intimnya.

"Akh... "

Sstthhh....

Sialan siapa yang memperkosaku.

"Apa, hiks apa kau yang melakukannya?"

"Tidak, bukan aku. Aku bersumpah bukan aku. " Rudolf meyakinkan pada Sakura jika bukan dirinya yang melakukannya. Andai saja bajingan sialah itu tidak muncul mungkin saja ia akan melakukannya.

Flasback On.

Rudolf tiba dengan Sakura yang masih pingsan di rumah utama. Dia menuju ke arah kamar dan menaruh gadis yang tidak sadarkan diri itu.

"Mengapa kau lama sekali, Ru? "

"Tsk sialan. Mengapa kau muncul?! "

"Aku mencium aroma gadis, tentu saja aku akan datang. "

"Dia milikku!"

"Tidak, dia adalah milikku. Seperti biasanya. Hanya wanita yang tidak aku inginkan yang bisa kau sentuh. "

Rudolf mengepalkan tangannya marah. Dia sangat, sangat marah hingga ingin menembakkan peluru ke kepala bajingan ini.

"Ohh, aku tidak sabar mencicipinya. "

Pria itu menyuntikkan sesuatu pada Sakura. Dan tak lama kemudian gadis itu bangun tapi dalam kondisi tidak sadar.

"Ngh... Ah. "

Sakura menggeliat di ranjangnya. Efek obat yang pria itu suntikkan menguasai Sakura tanpa ampun. Dan ketika matanya melihat ada dua orang di sana, meski lampunya remang-remang perasaan Sakura mengatakan jika dia adalah pria. Dia pun menarik pria itu ke bawah.

"Bercintalah denganku, " bisik Sakura sambil menggesekkan tubuhnya pada pria di bawahnya.

"Pergilah Rudolf. Aku ingin mengambil bagianku. ''

Erangan memikat dan jeritan gairah pun meluap dalam kamar remang-remang itu. Sakura menikmati pengalaman pertamanya dengan liar, panas dan keras. Dirinya yang terpengaruh obat tidak bisa membedakan rasa sakit. Yang ada hanyalah kesenangan luar biasa.

Flasback off.

Sakura memucat ketika ingatan-ingatan itu datang. Dengan menguatkan hati, dia tetap berperan menjadi gadis polos yang terluka.

"Hiks, aku dinodai seseorang, hiks. "

Rudolf yang selesai melepaskan ikatan Sakura--memeluk gadis itu untuk menenangkannya.

"Keluargaku akan malu, aku sudah mencematkan nama keluargaku. "

"Itu bukan salahmu. Penjahat itu yang melakukannya. Kau adalah korban."

Sakura masih menangis dalam pelukan Rudolf. Meski dia berakting tapi dia memang sedang menangisi pemerkosaan yang dilakukan seseorang padanya.

Tbc.

Baiklah. Aq emang ga tega klo kalian yg minta. Aku sebenarnya takut cerita ini mengecewakan kalian.

Le Meilleur Gagne Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang