Six.

3K 401 23
                                    

Sebulan berlalu dalam sekejap. Kematian ayahku sudah seperti sejarah bagi sebagian orang. Mei yang menghilang setelah pemakaman datang ke mansion dengan sesosok pria yang mampu membuat para gadis mabuk tanpa sebab. Seseorang yang mati-matian merayuku dengan tingkat pesona seratus persen di pesawat. Pria yang setiap nafasnya menawarkan kenikmatan dalam hubungan satu malam dan menggiurkan tapi berhasil aku tolak. Sekarang, dia berdiri dengan tampan di sisi Mei, menjadi salah satu orang yang harus aku waspadai. Dan jika ia merugikanku, maka dia akan menjadi pria yang harus aku hancurkan.

"Momy, aku senang kau datang. Aku sangat khawatir denganmu. "

Aku memeluk tubuh Mei yang tinggi dan ramping. Dia pun membalas pelukanku sama hangatnya.

"Hidupku serasa hancur setelah kematian Kizashi. Beruntung Sasuke menghibur hari-hariku hingga akhirnya kami menikah. "

"Syukurlah. Aku senang Momy mendapat kebahagiaan lagi bersama pria lain. " Aku melepas pelukanku dari Mei lalu mengulurkan tangan pada Sasuke. "Selamat datang di rumahku, Daddy. " Aku menekankan kata rumahku untuk mengingatkan Mei jika dia dan suami barunya hanya menumpang di rumahku.

Sasuke dengan seringai nakal yang sama pada saat merayuku di pesawat mengulurkan tangannya. Mengambil tanganku dengan cara seksi yang terkesan erotis. Lantas menempelkan punggung tanganku ke bibirnya. Berkat tindakan nakal seorang Uchiha Sasuke, sebuah salaman sederhana berubah menjadi sesuatu yang tidak sederhana.

Aku menarik tanganku secepat mungkin seolah ciuman bibirnya membakar punggung tanganku. Senyum manis langsung kupasang untuk mencegah suasanya canggung.

"Ini perlu dirayakan. '' Aku menepuk tanganku gembira.

Mei terkekeh. Mata hijaunya berkilat gembira. Sepertinya ia lega karena merasa aku tidak curiga sedikit pun. "Kau memang manis sekali, Sakura. "

''Tapi ada yang salah. " Sasuke memotong percakapanku dengan Mei. Kami menoleh ke arah Sasuke yang masih menyeringai seksi.

"Apa yang salah, Sayang, " tanya Mei pada Sasuke. Dia mencoba menempel pada lengan Sasuke tapi pria itu melangkah maju ke depanku. Meninggalkan Mei yang memeluk udara kosong. Jelas itu sangat aneh.

Sasuke menatapku dalam-dalam. Mata hitamnya yang indah tidak memberikan aku kesempatan untuk menyembunyikan segala emosi di mataku. Dia sepertinya dengan cepat menangkap wajah asli di balik topeng kaca yang aku kenakan.

"Aku belum mendapatkan pelukan hangat dari putrimu, Mei. "

Suasana langsung hening. Aku pun semakin bingung dengan hubungan dua orang ini.

"Ke-kenapa tidak. Ayolah Saku sayang. Jangan mengecewakan Daddy-mu. " Meski Mei terlihat tersenyum, dia tidak bisa menyembunyikan nada suaranya yang bergetar dan sorot matanya yang cemburu. Ini memberikan aku suatu ide mengerikan yang belum pernah terlintas sebelumnya.

Karena aku tidak bisa melaporkan Mei atas pembunuhan yang ia lakukan pada ayahku. Aku bisa membuatnya merasakan sakit hati yang ibuku rasakan.

Yah, dulu aku berpikir untuk melaporkan Mei atas pembunuhan ayahku. Tapi aku sadar jika ada seseorang yang melindunginya. Seseorang yang berhubungan dengan Roussian Mafia.

"Tsk Lihat, putrimu enggan memelukku. "

"Saku sayang..." rengek Mei.

Senyum manis kembali aku pasang. Tanganku terbuka lebar menyambut Sasuke. "Tentu saja aku menyambutmu, Daddy. Kemarilah, berikan aku pelukan hangat. "

Aku membenamkan diri ke pelukan Sasuke. Kedua tanganku melingkar pada pinggangnya yang dipenuhi otot. Sedangkan kedua lengannya melingkari tubuhku yang mungil. Dia bahkan meletakkan dagunya pada pundakku.

Sangat aneh.

Diam-diam aku mengintip ekspresi wajah Mei. Aku ingin tau reaksinya sekarang ini. Ternyata dugaanku tidak meleset. Wajah Mei mengeras. Senyumnya menjadi kaku dan topeng kelembutan yang biasa ia pasang retak.

'Bagus Mei. Kau yang memberiku ide bagaimana cara untuk membalasmu.'

"Selamat datang di keluarga Haruno, Daddy. Eh!? "

Aku sedikit melonjak saat Sasuke meremas pinggangku dengan lembut dan menggoda. Cukup terkejut karena pria ini berani menggodaku di depan istrinya.

"Terima kasih, Cerry. "

"Cerry? "

"Yah, kau manis seperti cerry. Aku bahkan tidak bisa membayangkan rasa cerry yang tercelup coklat lumer. Apakah rasanya mirip denganmu. "

Senyumku menjadi kaku. Lalu aku berakting menatap Mei seolah meminta tolong. Dan Mei sepertinya mengerti maksudku.

"Sudahlah. Kau membuatnya bingung, Sayang. "

Kami pun menuju meja makan. Hidangan lezat tersedia di meja makan sesuai pesananku. Kami duduk di tempat biasa. Namun Sasuke justru duduk di sebelahku. Ini semakin membingungkan.

"Daddy, mengapa tidak duduk di samping Momy?"

"Karena aku ingin akrab dengan putri istriku. Kau tidak keberatan kan, Mei? "

Wajah Mei memerah. Senyumnya semakin kaku dan kaku. Jelas terlihat jika dia marah dan cemburu.

"Tentu saja. Daddy mu harus mengakrabkan diri dengan putrinya. Kita akan menjadi keluarga yang hebat."

"Baiklah. "

Ternyata tindakan Sasuke tidak berhenti di sini. Dia bahkan memainkan kakinya di bawah meja. Pria ini seakan tidak berhenti menggoda ku.

'Beruntung kau tampan, Sasuke. Jika tidak maka aku jamin garbu ini menancap di kakimu. '

Aku memberikan senyuman semanis mungkin pada Sasuke. Sebuah kebiasaan yang tidak diketahui oleh siapa pun di dunia ini. Kemarahanku tidak pernah aku perlihatkan digantikan oleh sebuah senyum. Semakin marah diriku maka semakin manis senyumku. Itu adalah kebiasaan yang muncul sejak ayahku berselimgkuh dengan Mei.

Tbc.

Le Meilleur Gagne Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang