"Anak yang baik, bagaimana latihanmu kali ini?" tanya Kakek Alison membuat Auris menghentikan latihannya seketika.
"Baik-baik saja, Kakek. Aku tidak memaksakan diri lagi kali ini. Kakek tenang saja," jawab Auris.
"Baguslah, baguslah. Kakek ini takut setengah mati setiap kali kamu jatuh pingsan," ucap Kakek Alison terdengar lega.
"Maaf membuatmu khawatir, Kek," Auris membalas.
"Lupakan. Bagaimana hasil latihanmu?" tanya Kakek Alison mengalihkan topik.
Auris menarik napas perlahan dan mengerjapkan matanya. Ia mengulurkan tangan, mengeluarkan kekuatannya ke tingkat tertinggi sambil menunggu penilaian sang kakek.
"Bintang kuning level 21, perkembanganmu sudah sangat cepat, Nak," ucap Kakek Alison kagum.
Ia tidak akan lupa seperti apa kondisi Auris pada pertemuan pertama mereka. Tubuh gadis itu pucat, terlihat jelas dari wajah dan tangannya. Tidak ada sedikitpun mana di sekelilingnya. Sangat kosong. Tubuhnya bisa dianggap rusak karena dia menemukan banyak luka dalam tersembunyi di tubuh gadis itu.
Namun, dalam dua tahun, gadis yang awalnya berada dalam kondisi mengkhawatirkan itu sudah mencapai level 21 bintang kuning. Ini tentu mengagumkan bagi kakek Alison itu. Karena selain latihan, Auris juga melakukan hal lain.
Alkimia. Auris cukup tertarik dengan alkimia. Dia juga punya bakat yang tidak rendah untuk menjadi seorang Alchemist membuat kakek Alison dengan senang hati memberikan semua hal yang tersisa pada dirinya untuk gadis kecil itu.
Hei, ada gadis kecil yang berpotensi menjadi sorcerer sekaligus alchemist di keluarganya. Bagaimana mungkin ia tidak senang?
Auris menyimpan kembali pedangnya. Ia mengingat kembali hal apa yang akan ia ubah. Pertama, waktu menghilangnya yang ia perlama. Hal ini ia lakukan untuk menghindari pertemuan tak sengaja yang sama sekali tidak Auris sukai. Hal kedua yang Auris ubah adalah level kekuatannya.
Sebelumnya, begitu keluar dari dimensi, kekuatannya hanya berada di level 30 bintang jingga. Sekarang, ia sudah berada di level 21 bintang kuning. Apalagi ia juga belajar alkimia. Jadi, selain menjadi seorang sorcerer, ia juga bisa menjadi alchemist sekaligus.
"Apa rencanamu setelah ini?" tanya Kakek Alison menarik Auris dari pikirannya.
"Aku akan kembali untuk beristirahat saja sambil menunggu portal terbuka besok," jawab Auris.
"Saat waktu satu tahun di dunia luar sudah berlalu, aku akan keluar dari lingkaran portal ilegal ini," lanjutnya.
.
.
.
Keesokan harinya, seperti kata Auris, ia kembali terlempar ke dimensi kuno yang berbeda. Ia merasa sedikit mual dan pusing. Auris menghela napas panjang, ingin mengeluh, namun hanya bisa menerima efek dari keputusannya sendiri.
Dengan begitu, hari-hari membosankan Auris di dimensi dimulai lagi. Ia latihan, istirahat, berburu, istirahat, membaca buku, latihan alkimia, istirahat. Segalanya terulang dari hari ke hari membuat Auris bosan. Bagaimana hidupnya sebagai seorang gadis kecil yang harusnya ceria berubah menjadi monoton seperti ini?
Heh. Salahkan saja kerajaan itu. Mengingatnya sungguh membuat Auris kesal!
Karena insiden itu, ia terdampar di dimensi aneh dan terperangkap di lingkaran portal liar. Ia harus memulai semuanya dari awal lagi. Satu keuntungannya adalah ia bertemu dengan kakek Alison. Itu saja membuatnya berhasil menekan kekesalannya dengan paksa.
Namun suatu hari, kakek Alison tak sengaja menemukan bakat Auris yang lain. Summoner. Dengan begitu, Auris cukup senang untuk melupakan insiden menyebalkan itu. Hari itu juga, penambahan latihan keterampilan lain ke dalam daftar latihannya tak terelakkan.
Kesenangan itu tidak berlangsung lama sebelum hari-hari Auris kembali monoton begitu ia menguasai keterampilan summoner. Ia menghela napas kesal, diam-diam menerima konsekuensi dari keputusannya sambil menggerutu.
*
Setelah terlempar ke banyak dimensi kecil ribuan kali, Auris akhirnya membiasakan diri dengan baik. Ia tinggal di berbagai dimensi paling lama lima tahun, yang setara dengan lima jam di dunia luar. Auris sempat kesal dan ingin keluar, namun berhasil mengurungkan niatnya karena tidak ingin bertemu dengan orang-orang itu lagi.
Saat ini, menurut kata kakek Alison, waktu di dunia luar sudah hampir satu tahun berlalu. Begitu mendengar hal ini, Auris bersorak senang dalam hatinya. Akhirnya dia bisa menghancurkan lingkaran portal liar ini!
"Nah, saat kau keluar, aku tidak akan ada lagi," ucap Kakek Alison membuat Auris terkejut.
"Kenapa?" tanyanya tidak rela.
"Kekuatanku sudah tidak bisa lagi menopang bayangan ini," jawab Kakek Alison.
Auris terdiam sejenak. Dipikir-pikir, kakek Alison memang sudah pernah memberitahunya soal ini. Hanya saja, Auris tetap merasa sedih walaupun ia sudah tahu. Karena selama ia berada di dimensi, bisa dikatakan kalau kakek Alison sudah menjaganya dan mengajarinya dengan baik.
"Ada apa dengan muka murung itu?" tanya Kakek Alison setelah menghela nafas panjang.
"Tidak ada," jawab Auris memaksa senyum.
"Hah, lupakan. Ayo, tunjukkan skill berpedangmu. Kali ini, semuanya!" ucap Kakek Alison mengalihkan topik sekaligus memberi perintah.
"Baiklah," angguk Auris.
Auris mengambil pedang dan mulai menunjukkan skill berpedangnya yang sudah ia latih. Bukan hanya satu atau dua gaya, tapi puluhan gaya. Bahkan mungkin ratusan hingga Kakek Alison tidak tahan untuk memuji cucu perempuannya yang hebat ini.
Walau menguasai banyak gaya, yang paling sering Auris gunakan hanya satu gaya. Gaya pedang itu diciptakan sendiri oleh Auris. Terlihat tenang dan elegan, ringan namun cepat dan tajam. Yang paling penting, tidak bisa diprediksi oleh musuh. Untuk gaya lain Auris tidak menggunakannya. Ia hanya iseng melatihnya.
Auris saat ini memiliki dua pedang. Yang pertama adalah pedang elemen. Pedang itu adalah senjata keluarganya. Semua kekuatan elemen terkandung di dalam pedang itu. Awalnya, pedang itu agak rusak dan otomatis tidak semua elemen ada dalam pedang itu, namun Auris melengkapinya sendiri sejak ia terlempar masuk ke dunia dimensi.
Auris mendapatkan pedang itu tepat sebelum ia terlempar ke dimensi pertama kalinya. Pedang itu bernama Glass Soul. Bilahnya berwarna perak dan terlihat seperti kaca tipis namun sangat kuat dan tajam. Pedang Glass Soul bisa di bilang cukup unik. Karena pedang itu bisa menyerap semua kekuatan penyerangnya untuk disimpan atau dikembalikan ke si penyerang.
Mungkin, karena Pedang Glass Soul berakhir di tangan Auris, aura dingin dan menakutkan dari pedang itu kebanyakan lenyap tak berbekas. Warnanya juga jauh lebih cerah dan terlihat lebih cantik. Apalagi, pedang itu entah bagaimana memiliki bunga-bunga kecil sebagai hiasannya dan permata-permata kecil berwarna warni menempel di bagian tengah bunga.
Pedang yang lainnya adalah pedang yang ia temukan sendiri. Pedang itu bernama Moonlight Sword. Seperti namanya, kekuatan pedang itu akan meningkat berkali lipat saat terkena cahaya bulan. Entah Auris sadar atau tidak, Pedang Moonlight sendiri selalu menyerap cahaya bulan setiap malam.
Pedang Moonlight disusun oleh lima kristal yang kata Kakek Alison, kelimanya adalah kristal langka. Ada kristal kupu-kupu, kristal mawar, kristal bulan, kristal kaca, dan kristal hati. Dalam kehidupan masa depannya yang ia lihat sebelumnya, Pedang Moonlight ini sebenarnya hilang secara tiba-tiba. Belakangan, Auris tahu kalau yang mengambil pedangnya adalah temannya sendiri.
.
.
.
.
.
.
.
Next =>
KAMU SEDANG MEMBACA
Another World : Rebirth
Fantasy[Hiatus] Setelah serangkaian pengejaran yang dialami Auris karena identitasnya sebagai 'Putri Mawar', Auris memilih untuk menghancurkan dirinya sendiri dan berakhir menghilang di pelukan pria yang selalu mendampinginya. Begitu membuka matanya, Auris...