Auris menghabiskan waktu beberapa saat untuk berbaring di atas kasur sebelum ketukan pintu membuatnya beranjak dari tempat tidur. Ia membuka pintu dan menatap Rael yang baru saja mengetuk pintunya.
"Ada apa?" tanya Auris.
"Kamu sudah tenang?" tanya Rael memastikan.
"Sudah," angguk Auris.
"Ayo ikut membahas tentang kompetisi?" tawar Rael.
Auris merenung sejenak. Ia melirik ke arah lima orang lainnya yang sepertinya menatap penuh harap padanya. Sebenarnya, Auris merasa agak mengantuk saat ini. Namun ia tidak ingin tidur sama sekali. Karena itu, setelah memikirkannya, Auris mengangkat alisnya lalu mengangguk singkat.
"Aku akan menyusul nanti," ucap Auris.
Rael mengangguk lalu kembali ke sofa sementara Auris menutup pintu. Ia pergi membuka lemari untuk mengambil pakaian lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Tak lama setelahnya, Auris keluar dengan celana hitam panjang dan kaos hitam merah lengan panjang terpasang rapi di tubuhnya. Handuk kecil melingkar di lehernya dan Auris mengeringkan rambutnya dengan handuk itu. Setelah dirasa agak kering, Auris merapikan rambutnya sedikit kemudian keluar dan bergabung dengan Rael dan yang lain.
*
Rael dan yang lain menoleh saat mendengar suara pintu terbuka. Mereka sedikit terpana saat melihat Auris yang sudah rapi keluar dengan tenang.
"Xafier, kau mau ke mana?" tanya Louis penasaran.
"Bukannya kalian mengajakku membahas soal kompetisi?" Auris balik bertanya.
"Iya, benar!" seru Shia mengangguk semangat.
Auris duduk di sofa tunggal yang tersisa. Ia menyandarkan kepalanya ke tangan kanannya yang bertumpu pada pegangan sofa. Rambut hitamnya terlihat agak lembab dan samar-samar, orang bisa merasakan aura dingin dari tubuhnya. Auris sedikit menyipitkan matanya, mengerjap singkat kemudian menatap ringan enam orang lainnya di ruangan itu.
Grace, Shia, dan Kana tanpa sadar memalingkan muka mereka saat tatapan Auris tertuju pada mereka. Sekilas, Rael yakin ia melihat semburat merah di pipi ketiga gadis itu. Jujur saja, ia juga ikut terpana dengan penampilan Xafier tadi. Entahlah dengan dua temannya yang lain.
.... Sial!! Pesona seorang Xafier memang melebihi pangeran sekolah yang lain ternyata!
"Ayo lanjutkan," ucap Auris terdengar malas.
"Tentu," angguk Rael.
Sebelum Rael sempat melanjutkan penjelasannya yang terhenti tadi, Louis tiba-tiba menginterupsi.
"Tunggu!"
"Apa?" tanya Grace menatap tajam ke arah Louis.
"Wow, santai, Kak!" seru Louis sambil mengangkat kedua tangannya begitu matanya bertabrakan dengan tatapan tajam milik Grace.
"Aku hanya ingin mengatakan, ayo kita bahas di luar? Dengan cuaca yang cerah begini, akan terlalu suram jika berdiskusi di dalam ruangan," ucap Louis tersenyum santai.
"Tapi, Xafier baru saja keluar dari unit kesehatan, dia harus istirahat, 'kan?" balas Shia ragu.
"Tidak masalah, ayo bahas di luar," ucap Auris setuju.
Dikarenakan Auris sudah setuju, yang lain juga ikut setuju. Berdiskusi di dalam asrama memang agak membosankan. Apalagi cuaca cerah begini, sayang kalau tidak dimanfaatkan dengan baik. Auris berdiri dan pergi ke kamarnya untuk mengambil sesuatu sementara yang lain keluar duluan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another World : Rebirth
Fantastik[Hiatus] Setelah serangkaian pengejaran yang dialami Auris karena identitasnya sebagai 'Putri Mawar', Auris memilih untuk menghancurkan dirinya sendiri dan berakhir menghilang di pelukan pria yang selalu mendampinginya. Begitu membuka matanya, Auris...