"Baiklah," ucap Auris mengangguk kecil.
Valent tersenyum tipis melihat Auris menurut. Percayalah dia saat ini mati-matian menahan tangannya untuk tidak mengacak rambut Auris. Dia tidak peduli pada dasarnya, sungguh. Namun sejak awal mereka mulai, mereka adalah orang asing dan mereka tidak mengenal satu sama lain.
"Val? Kamu udah selesai?" tanya Louis penasaran sekaligus menarik perhatian Valent dari Auris.
"Sudah," jawab Valent mengangguk singkat.
"Memangnya apa yang kau urus tadi?" tanya Louis lagi, mendadak penyakit lamanya kumat, yaitu kepo.
"Itu bukan urusanmu, ngapain kau bertanya?" balas Rael mencibir.
"Suka-suka aku lah, yang kutanya juga bukan kau," balas Louis tak kalah sengit.
Percikan listrik seketika bisa dilihat diantara kedua pemuda itu. Kalau begini, jika tidak dihentikan, mereka akan berakhir ribut satu sama lain.
"Hanya beberapa dokumen," jawab Valent dan setelah itu tidak ada lagi yang bertanya.
Louis ber-oh ria sembari menatap Rael dengan tatapan penuh kemenangan. Tentu saja Rael tidak menanggapi. Lama-lama jengah juga dia dengan temannya yang satu itu.
"Benar, tadi kamu bilang, Xafier sekelompok denganmu?" tanya Kana kembali menjalankan topik pembicaraan awal mereka.
"Ya," jawab Valent singkat.
"Kapan kalian membentuk kelompok?" tanya gadis berambut biru itu lagi.
"Kemarin," jawab Valent diangguki Auris.
"Yah, sayang sekali," Shia mengeluh.
Memang disayangkan bagi mereka karena tidak bisa satu kelompok dengan seorang 'pemuda' tampan dan berbakat. Memperhatikan mereka, Valent jadi sedikit penasaran dengan reaksi mereka jika mereka tahu kalau 'pemuda' yang mereka kagumi itu nyatanya adalah seorang gadis.
"Masih ada yang ingin dibahas?" tanya Auris.
"Ada!" seru Louis.
"Jika ketiga kelompok kita menang, di alam rahasia nanti kita harus pergi bersama, oke?" lanjutnya.
"Tidak masalah," jawab Shia diangguki Auris.
.
.
.
.
.
Karena kecelakaan, kompetisi tahun ini diundur selama satu Minggu. Walau begitu, waktu berlalu begitu saja dan akhirnya, hari kompetisi kelompok tiba. Setelah kembali dari taman saat itu, kelompok remaja itu membuat keputusan untuk berlatih bersama. Yah, walau pada dasarnya, Kelompok Kana dan Leon hanya ingin menyaksikan bagaimana latihan Auris dan Valent.
Mereka bahkan sempat ingin berlatih tanding dengan kelompok Auris, namun mengurungkan niat itu setelah melihat bagaimana latihan Auris dan Valent. Serangan keduanya sama-sama tajam dan tepat sasaran, sama sekali tidak main-main. Tiap serangan membawa rasa krisis yang tinggi. Keduanya mencari rute tercepat untuk menghabisi musuh, terlihat tidak ingin membuang-buang waktu sama sekali.
Mereka berenam bahkan yakin jika mereka terkena satu saja serangan dari Auris maupun Valent, mereka akan berakhir di tempat.
"Bagus sekali! Akhirnya pertandingan kelompok! Kuharap aku tidak bertemu dengan kelompok Xafier!" seru Shia yang langsung mendapat tatapan aneh dari Grace.
"Bukannya kamu sangat ingin bertanding dengan pemuda tampan?" tanya gadis berambut violet itu penasaran.
"Tentu saja! Tapi tidak dengan duo pangeran sekolah itu! Aku bisa taman nanti," jawabnya penuh penyesalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another World : Rebirth
Fantasy[Hiatus] Setelah serangkaian pengejaran yang dialami Auris karena identitasnya sebagai 'Putri Mawar', Auris memilih untuk menghancurkan dirinya sendiri dan berakhir menghilang di pelukan pria yang selalu mendampinginya. Begitu membuka matanya, Auris...