6. Asrama

611 114 3
                                    

Hukuman Mr. Peter selalu beragam dan tentunya menyeramkan. Seperti hukuman membersihkan lapangan.

Hei, itu lapangan outdoor, oke? Lapangan yang luasnya ribuan meter dan kamu harus membersihkannya sendiri sebelum jam makan malam. Bisa dibayangkan sendiri seberapa seramnya tugas itu? Kuatkah kamu melakukannya?

Ada kabar beredar kalau anak itu kemudian mengeluh pada keluarganya. Bukan saja keluarganya membelanya, ia bahkan dihentikan dari sekolah hari itu juga. Mendengarnya, para siswa bertanya-tanya. Apa latar belakang Mr. Peter hingga keluarga seorang marquis bahkan tidak berani menyinggungnya?

Yah, sisi baiknya adalah Mr. Peter tidak memihak dan adil pada semua siswa.

Ketiganya berjalan santai di koridor sambil berbincang. Kali ini, mereka membahas gosip. Di tengah jalan, mereka berpapasan dengan seorang pemuda berambut hitam bersama tiga orang temannya.

Gadis berambut biru terhenti sejenak dan menoleh ke belakang. Merasakan gerakan aneh temannya, gadis berambut mahogany dan violet ikut berhenti.

"Ada apa?" tanya gadis berambut violet.

"Tidak ada," jawab gadis berambut biru lalu lanjut menarik kedua temannya ke kantin.

*


Auris akhirnya sampai di kantor asrama dan bertemu dengan Ny. Ilvy. Saat menerima kartu identitas Auris, wanita paruh baya itu sempat terkejut sesaat namun dengan cepat menyesuaikan dirinya kembali. Ia memeriksa identitas Auris sebentar, mencatat semua hal yang Auris perlukan, kemudian memberikan kunci asrama pada pemuda berambut hitam itu.

"Mereka bertiga akan membantumu mengambil semua barang keperluanmu," ucap Ny. Ilvy diangguki Auris.

Keempat remaja itu keluar dari kantor asrama. Karena sudah punya pengalaman, Louis, Rael, dan Sean dengan mudah membantu Auris mengumpulkan semua keperluan sekolahnya. Setelah mengumpulkan semua yang di butuhkan, mereka pergi ke gedung asrama.

"Asrama ini...,"

"Oh, itu asramaku," jawab Rael.

Auris tercengang. Bukan asrama pribadi?? Bagaimana ceritanya jadi seperti ini?!

"Kau tahu, akademi ini tidak memberikan kamar pribadi. Untunglah di tiap asrama ada dua sampai tiga kamar, bukan hanya satu kamar saja. Katanya, ini untuk mempererat hubungan pertemanan antar siswa," ucap Louis mengeluh.

Jujur saja. Louis sebenarnya terbiasa berada di kamar pribadi. Namun tiba-tiba, ia harus berbagi kamar dengan orang lain. Tentu saja ia risih, kan? Untunglah teman satu asramanya adalah orang yang ia kenal, Sean.

"Ngomong-ngomong, kelasmu akan di mulai besok. Tapi setelah ini kami masih ada kelas. Kamu bisa istirahat dulu di asrama," ucap Rael.

"Baiklah," angguk Auris bergumam.

Mereka berempat akhirnya sampai ke asrama Rael. Rael dan yang lain berpamitan pada Auris dan langsung pergi ke kelas berikutnya. Untunglah mereka sudah mendapat surat izin dari kepala akademi dan kepala asrama, jadi mereka tidak akan dihukum.

Setelah tiga orang itu pergi, Auris mengamati asrama tempat ia akan tinggal untuk beberapa waktu. Asrama Rael terdiri dari dua kamar. Melihat bagaimana kedua kamarnya terpisah seperti kata Louis, Auris menghela napas lega. Benar-benar lega. Mau bagaimanapun juga, dia adalah seorang gadis yang sedang berada dalam penyamaran.

Auris tidak meragukan Louis. Tapi dia akan menjadi lebih tenang setelah melihatnya sendiri.

Auris menyamar menjadi remaja lelaki sekarang bukan tanpa alasan. Jika ia menyamar menjadi seorang gadis, cepat lambat ia akan ketahuan oleh organisasi itu. Auris belum cukup yakin dengan kemampuannya, sehingga ia memilih bersembunyi untuk sementara waktu.

Auris akui dia sebenarnya takut. Dia takut berakhir seperti apa yang ia lihat di masa depan. Ia takut mengalami hal serupa. Dan ia takut tidak bisa bertemu dengan orang itu lagi, orang yang selalu ada di sampingnya untuk membantunya.

Auris menghela napas. Ia mengusir semua pikiran takutnya dan mulai memeriksa kamar. Kamarnya tidak terlalu besar, kalau Auris boleh komentar.

Kamar ini berukuran 3 x 4 meter. Di dalamnya hanya ada lemari pakaian dua pintu, rak buku kecil, tempat tidur, meja belajar, kursi, dan sofa panjang. Di sebelah kamarnya adalah kamar Rael. Dan yang lebih melegakan lagi, masing-masing kamar memiliki kamar mandi sendiri.

"Masih lebih bagus ruangan yang kakek berikan saat itu," gumam Auris tanpa sadar sambil menyentuh pelipis kirinya.

Di pelipis kirinya, tertutup oleh rambut, ada ukiran bunga perak persis di tempat yang Auris sentuh. Akan sangat sulit bagi orang-orang untuk menyadarinya karena pola bunga itu tertutup oleh rambut Auris dan nyaris menyatu dengan warna kulitnya yang cerah.

Saat itu, selain kalung berbandul kunci yang diberikan Kakek Alison, ada juga sebuah ruangan tak terlihat dalam bentuk ukiran bunga. Setiap kali Auris menyentuh ukiran bunga itu dan berpikir untuk masuk, ia secara alami akan menghilang dari pandangan orang-orang dan masuk ke ruangan tak terlihat.

Ruangan itu memiliki tiga belas tingkat dan luas tiga kali lipat dari luas keseluruhan istana kerajaan. Tidak ada jendela dan tidak ada pintu, namun udaranya selalu segar dan cahayanya tetap ada. Invisible Mansion, itulah nama yang Auris berikan untuk ruang tersebut.

Lantai satu adalah ruang latihan senjata. Ada beberapa senjata tersimpan di lantai ini. Tentunya senjata itu hanya untuk latihan. Lantai dua dan tiga adalah ruang istirahat dan memiliki struktur seperti mansion. Mulai dari ruang tengah, kamar, sampai dapur.

Lantai empat adalah ruang baca dan otomatis memiliki deretan ribuan lemari yang berisi berbagai macam buku. Tentu ada meja dan kursi yang disediakan untuk membaca buku di sana. Auris sering menyebutnya sebagai perpustakaan besar.

Lantai lima adalah lantai yang penuh dengan alat sihir dan artefak magis. Semua lemari kaca di lantai ini penuh dengan kedua kategori barang tersebut. Belum lagi semua yang ada di lantai ini merupakan benda langka.

Lantai enam merupakan ruang untuk latihan alkimia. Semua barang-barang yang diperlukan dalam alkimia lengkap di lantai ini. Barang-barang tersebut juga bukanlah barang berkualitas rendah, melainkan barang berkualitas tinggi.

Lantai tujuh sampai lantai tiga belas berisi tumpukan pocket (cincin, gelang, dan kalung penyimpanan). Jangan tanya dari mana datangnya, karena Auris sendiri juga tidak tahu. Setidaknya, dengan tumpukan pocket ini, Auris tidak perlu mengkhawatirkan kehidupannya.

"Kunci dan Invisible Mansion, lalu apa gunanya kunci ini?" gumam Auris bertanya-tanya.

Selesai mengamati kamar dan mengingat kilasan waktu saat bersama Kakek Alison, Auris akhirnya merasa lelah. Ia melepas dasi lalu membuka dua kancing teratas di kemejanya. Setelahnya, Auris berbaring malas di sofa panjang sambil memandangi vas bunga yang kosong di depannya.

Sekarang masih tengah hari dan Auris baru mulai sekolah besok. Ia sungguh merasa bosan, tidak tahu mau melakukan apa untuk mengisi waktu kosongnya saat ini.

Tanpa sadar, pikiran Auris kembali mengingat apa yang akan terjadi di masa depan, membuat suasana hatinya tiba-tiba mendung. Ia menggelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran akan ingatan itu lalu bangun dari acara malas-malasannya.

"Sebaiknya aku keliling sekolah saja," gumamnya sambil merapikan kemejanya lalu keluar dari kamarnya.

.

.

.

.

.

.

.

Next =>

Jangan lupa vote dan komen ya (◠‿・)-☆

Another World : RebirthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang