Kasak kusuk mulai terdengar di sekitar murid-murid namun Auris tidak memperhatikan. Mr. Nell yang sudah bersiap untuk turun tangan hanya bisa terdiam di tempatnya. Memperhatikan gerakan Auris, sesuatu melintas di pikirannya tiba-tiba.
Gerakan murid barunya ini bisa dikatakan adalah gerakan dasar. Tanpa dukungan kekuatan apapun dan murni hanya menggunakan pedang, dia terlihat sudah sering mengalami situasi semacam ini.
'Anak ini tidak sesederhana itu,' pikirnya.
Tidak sampai empat menit dan Auris sudah mengalahkan monster yang menjadi lawannya. Begitu monster itu kalah, monster peringkat 4 level C langsung muncul. Mr. Nell yang awalnya disibukkan oleh pikirannya terkejut saat mendengar seruan murid-muridnya.
Oh, tidak! Dia lupa menghentikan mekanisme lapangan latihan itu! Sudah terlambat untuk menghentikannya sekarang!
"Itu, itu level C!"
"Level F saja sudah sulit untuk ditangani, dia bahkan bisa menangani level D dan level C sendirian?"
"Luar biasa!"
Sama seperti sebelumnya, Auris acuh dengan lingkungan di sekitarnya. Ia bergerak cepat, melompat, menghindar, dan menyerang. Pedang di tangannya seolah mengeluarkan sinar saat mengikuti setiap gerakan Auris. Lima menit setelahnya, monster level C itu mati dan Mr. Nell langsung menghentikan mekanisme latihan di lapangan itu.
"Baik, cukup sampai di sana," ucap Mr. Nell.
Auris menoleh sebentar lalu mengangguk singkat. Ia berdiri tegak di tempat terakhir ia mendarat, mengayunkan pedang di tangannya dan memasukkan kembali pedang itu ke dalam sarungnya. Baru saat itu ia sadar kalau orang-orang di sekitarnya terlalu tenang.
"??"
"Teknik berpedang yang bagus. Siapa yang mengajarimu, Xafier?" tanya Mr. Nell begitu Auris kembali ke barisan.
"Pamanku yang mengajariku," jawab Auris berbohong tanpa mengedipkan mata.
"Lalu, apa kamu sudah terbiasa berburu?" tanya Mr. Nell lagi. Auris mengangguk sebagai jawabannya.
"Berapa peringkat monster tertinggi yang pernah kamu hadapi?" tanya Mr. Nell menyelidik.
"Peringkat 4 level B."
"Apa kekuatanmu?"
"Double elements, petir dan es level 27."
Mr. Nell mengangguk-anggukkan kepalanya sebagai respon sementara yang lain menarik napas dingin. Murid baru mereka ini benar-benar tak terduga dan sangat luar biasa. Kalau mereka tidak salah menebak, murid baru ini sepertinya baru berusia tiga belas tahun.
"Kerja bagus!" puji Mr. Nell. "Selanjutnya, ada yang ingin mencoba dengan sukarela?" lanjutnya bertanya.
Mungkin, karena terpengaruh oleh Auris, pagi itu semua murid-murid di kelas berpedang begitu bersemangat untuk mengasah skill berpedang mereka. Auris yang sudah merasa pemanasan pedangnya pagi itu cukup memilih untuk menyingkir ke tepi dan menyaksikan murid-murid lainnya yang sedang latihan dalam diam.
"Luar biasa, Xafier!"
Auris menoleh mendapati Rael, Sean, dam Louis berjalan ke arahnya. Ia hanya mengangkat bahu sebagai respon sebelum kembali menyimak latihan murid lain di lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another World : Rebirth
Fantasy[Hiatus] Setelah serangkaian pengejaran yang dialami Auris karena identitasnya sebagai 'Putri Mawar', Auris memilih untuk menghancurkan dirinya sendiri dan berakhir menghilang di pelukan pria yang selalu mendampinginya. Begitu membuka matanya, Auris...