Seorang gadis kecil berambut coklat perlahan mengerjapkan matanya. Ia menopang tubuhnya dengan kedua tangannya, namun kembali terjatuh. Sepertinya, energinya terkuras habis seutuhnya.
"Ini ... dimana ini?"
Dia bertanya-tanya pada dirinya sendiri setelah berhasil bangun. Ia menyandarkan dirinya pada sebuah pohon lalu menghela napas panjang. Setelah penglihatannya kembali membaik, ia akhirnya menyadari dimana ia berada sekarang. Ini di hutan. Aromanya khas tumbuhan dan udaranya segar. Belum lagi energi hutan itu sangat kaya.
"Eh? Tempat ini, 'kan ...."
Begitu mengetahui dimana ia berada sekarang, kepala gadis itu berdenyut sakit. Ia memegang kepalanya dengan kedua tangannya. Berulang kali gadis kecil itu menggelengkan kepalanya dengan putus asa untuk menghilangkan rasa sakit. Sayang sekali rasa sakitnya tidak hilang apalagi mereda walaupun sedikit.
Gadis itu akhirnya terjatuh kembali saat semua ingatan-ingatan asing dipaksa masuk ke otaknya. Ingatan-ingatan itu saling tumpang tindih satu sama lain, membuat rasa sakit kepalanya semakin bertambah dan tubuhnya gemetaran hebat. Tidak bisa menahannya lebih lama, gadis kecil itu akhirnya memejamkan matanya, kembali tidak sadarkan diri seperti beberapa menit yang lalu.
***
"Mimpi? Atau aku kembali ke masa lalu?"
Saat ini, gadis berambut coklat itu tengah duduk di bebatuan di tengah sungai. Setengah bagian dari kakinya terendam dalam air. Ia menggoyangkan kakinya perlahan, mengusir ikan di sekitar yang berenang di dekatnya. Anehnya, ikan itu tidak pergi jauh sebelum kembali mendekat padanya, membuat gadis yang suasana hatinya sedang kacau itu mau tidak mau tersenyum geli.
"Mimpi? Kembali ke masa lalu? Ah, itu bukan keduanya, Nak."
"Siapa?!"
Gadis berambut coklat itu bertanya kaget saat mendengar suara lain. Ia bergegas berdiri dan menatap sekelilingnya dengan waspada. Aneh. Ia yakin sudah memeriksa beberapa kali dan sudah memastikan kalau di tempat ini hanya ada dirinya seorang. Tapi kemudian, setelah dipikir ulang, suara itu sepertinya datang dari dalam kepalanya??
"Aku siapa? Aku adalah kakek dari kakeknya kakek kakekmu," jawab suara itu.
"Hah? Kakek dari kakeknya kakek kakekku??" tanya gadis berambut coklat itu heran.
"Ah, anggap saja aku kakekmu," ucap suara itu lagi.
"Oh." Gadis itu menerima 'fakta' aneh tak jelas begitu saja.
"Lalu, siapa nama kakek?" tanya gadis itu.
"Nak, tidakkah kamu diajarkan untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu sebelum menanyakan nama seseorang?"
Gadis berambut coklat itu terdiam. Ah, dia lupa dengan pelajaran dasar sopan santunnya. Dengan segera, dia meminta maaf dan memperkenalkan dirinya.
"Namaku Auristela Christalin, panggilanku Auris," ucap gadis kecil berambut coklat yang bernama Auris itu.
"Putri keluarga Alison, bukan?"
"!!"
Auris diam tak menjawab, yang berarti bahwa tebakan suara tadi benar. Lagipula, sejak awal dia sengaja tidak menyebutkan nama keluarganya untuk menghindari masalah. Siapa sangka kalau orang ini bisa menebaknya dengan mudah begitu saja? Latar belakang orang ini tidak boleh sederhana.
"Lupakan saja. Kamu bisa memanggilku Kakek Alison," ucap suara itu.
"Kakek dari keluarga Alison?" tanya Auris penasaran.
"Bukankah sudah kukatakan kalau aku adalah kakek dari kakeknya kakek kakekmu?" Kakek Alison balik bertanya.
"Jadi itu maksudnya...," angguk Auris bergumam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another World : Rebirth
Fantasía[Hiatus] Setelah serangkaian pengejaran yang dialami Auris karena identitasnya sebagai 'Putri Mawar', Auris memilih untuk menghancurkan dirinya sendiri dan berakhir menghilang di pelukan pria yang selalu mendampinginya. Begitu membuka matanya, Auris...