24. Rahasia Kana

270 67 0
                                    

Melupakan pikiran Louis, di atas arena sekarang, Kana, Grace, dan Shia berhadapan dengan kelompok tiga orang lainnya. Menurut Shia, anggota kelompok itu terdiri dari satu pemilik elemen air dan dua pemilik elemen angin. Mia adalah pemilik elemen air sementara Lala dan Lisa, sepasang saudari kembar itu memiliki elemen angin.


Benar. Saat pengumuman kegiatan kompetisi diundur, kepala akademi juga mengubah peraturan kelompok. Satu kelompok bisa memiliki tiga orang anggota paling sedikit. Inilah yang menyelamatkan kelompok Louis dan Kana dari kesulitan mencari anggota kelompok lainnya.

"Seperti biasa?" tanya Grace berbisik.

"Uhm, seperti biasa," balas Kana.

"Mulai!"

Begitu aba-aba diberikan, kedua kelompok langsung mengeluarkan serangan mereka. Kana sebagai pemilik elemen air fokus melawan Mia, sementara Shia dan Grace fokus melawan Lala dan Lisa. Tak sampai beberapa menit kemudian, Mia terlempar dari arena setelah terkena tombak air dari Kana.

Bagaimanapun juga, saat keluar dari portal yang membawanya ke dimensi yang kacau itu, ia sudah berada di level 23 bintang Nila. Awalnya, ia pikir ia akan segera bertemu Auris setelah keluar, namun ia malah tersesat. Jangankan menemukan jejak sahabatnya itu, ia bahkan tidak bisa menemukan jalan ke kota! Belum lagi, kekuatannya berada di ambang kekacauan.

Kalau bukan karena Leon yang tidak sengaja menemukannya saat ia tak sadarkan diri di tengah hutan, Kana sudah tidak akan menginjakkan kaki lagi di arena saat ini. Dia mungkin sudah terbaring damai di suatu tempat. Leon juga yang memberinya anting untuk menyamarkan dirinya, termasuk level kekuatannya.

Jadi, melawan seseorang yang berada di tingkat awal bintang kuning bukanlah masalah besar baginya. Ia tidak kesulitan jika hanya mendorong gadis bernama Mia tadi dari atas arena dengan satu serangan. Namun itu hanya akan membuatnya mencurigakan, sehingga ia hanya bisa bermain sedikit lebih lama.

Jika ada orang yang sangat perhatian, ia pasti menangkap kalau Kana banyak menghindar dari pada menyerang saat berhadapan dengan Mia tadi.

Kana tidak membiarkan pikirannya larut. Ia bergegas membantu Grace dan Shia yang ngomong-ngomong, Shia hampir terlempar keluar dari arena. Kana menarik rekan satu timnya itu dengan kekuatan angin miliknya, lalu beralih membuat rantai air menyerang Lala dan Lisa. Dalam sekejap, dua gadis yang tiba-tiba terikat dengan rantai air yang muncul entah dari mana itu juga ikut menyusul teman mereka yang sudah terlempar dari atas arena.

"Kelompok Kana, lulus!"

Pengumuman pengawas membuat Shia memekik girang. Ia bahkan tidak mempedulikan luka irisan di lengannya, membuat Kana sedikit khawatir. Berbeda dengan Kana, Grace malah dengan kejam menepuk luka di lengan Shia, membuat gadis berambut mahogany itu mendesis kesakitan. Sebelum sempat memprotes, Grace dengan terampil membawa Shia turun dari arena diikuti Kana.

Menatap interaksi dua temannya di depan itu, Kana tanpa sadar tersenyum. Mereka sangat akur. Ia jadi sedikit merindukan Auris lagi.




.

.

.




"Serangan yang bagus!" puji Sean sebagai pemilik elemen air yang sama kepada Kana.

"Terima kasih," jawab Kana rendah hati.

"Bagaimana temanku yang tergores tadi?" tanya Louis iseng.

"Dia, Grace sedang merawatnya," jawab Kana tersenyum canggung saat melihat bagaimana Grace merawat Shia. Ia sedikit merinding. Uh, itu terlalu kejam! Tidak tahu saja ia kalau interaksi Grace dan Shia sejak kecil memang seperti itu.

"Lalu, kau mau ke mana?" tanya Louis lagi.

Rael menopang dahinya dan menghela napas lelah. Bisa nggak sih temannya yang satu ini tidak kepo untuk sehari saja? Menanyakan hal yang termasuk privasi seperti itu pada gadis yang bahkan belum ia kenal lama, itu tidak sopan!

Sayangnya, Kana yang tergolong gadis polos tidak menyadarinya. Ia bahkan menjawab dengan senang hati, membuat Rael semakin khawatir. Kalau dibiarkan seperti ini, antara Louis suatu saat akan dikutuk orang atau Kana suatu saat akan diperdaya orang jahat!

"Pergi ka cafetaria lalu ke taman, mereka akan menyusul nanti," jawab Kana.

"Kalau begitu, kami tidak akan menggangu," Rael segera angkat bicara sebelum Louis sempat membuka mulut. "Sampai jumpa!" lanjutnya lalu menarik Louis pergi diikuti Sean.

"Sampai jumpa," balas Kana sambil melihat mereka.

Mendadak, gadis berambut biru itu merasa sedikit deja vu. Emm, sepertinya kejadian seperti ini sudah terjadi tadi?? Tapi di mana ya??

Kana mengendikkan bahu tak peduli. Lagipula bukan urusannya. Gadis itu kemudian melangkahkan kakinya ke arah asramanya. Dia memang ingin ke cafetaria. Tapi sebelum itu, dia harus kembali ke asramanya untuk mengganti bajunya yang koyak terlebih dahulu.

Begitu sampai di asramanya, Kana langsung masuk ke kamar dan membuka bajunya. Ia berdiri di depan cermin besar lalu berbalik, menunjukkan punggungnya yang tertutup kaos tanpa lengan. Ada tato bunga kecil di punggung kiri atasnya yang terukir dengan warna perak. Cukup jelas jika seseorang melihatnya cukup lama.

Tato bunga kecil itu adalah segel yang dipasang oleh Leon untuk menyembunyikan level kekuatan aslinya, sekaligus mencegah kekuatannya menjadi kacau untuk kedua kalinya. Saat itu, setelah Leon menemukannya, ia tinggal bersama mantan kakak senior di akademinya dulu selama hampir dua Minggu sebelum akhirnya masuk ke akademi.

Dalam dua Minggu itu, Leon membantunya menenangkan kekuatannya yang kacau. Ia juga membantu Kana mencari Auris dan memberikan keterangan kondisi saat ini pada Kana. Begitulah hingga pemuda berambut maroon itu mengusulkan agar Kana menyembunyikan penampilan aslinya. Kana tentu saja setuju. Ia tidak mau mengalami kejadian itu untuk kedua kalinya.

Kana melihatnya tato itu untuk sesaat lalu pergi ke kamar mandi.

Tak lama setelahnya, Kana keluar dalam balutan rok hitam polos dan kaos putih lengan panjang. Hanya saja, rambut dan matanya tidak lagi berwarna biru. Rambutnya berwarna pirang pucat yang dibiarkan tergerai sementara matanya berwarna hijau cerah. Ia menatap anting di tangannya dengan cermat tanpa memperhatikan kehadiran orang kedua di dalam kamarnya.

"Gadis-gadis harus lebih perhatian pada sekitar."

Suara seseorang tiba-tiba mengagetkan gadis berambut pirang pucat itu. Ia mendongak dan langsung bertemu tatap dengan sepasang mata kelabu pekat milik seseorang yang berdiri tak jauh darinya. Kana berdiri membeku di tempat, sambil menatap tak percaya pada orang di depannya itu.

"Kak Leon?!" serunya kaget.

"Halo, Helen!" sapa pemuda yang tak lain adalah Leon itu. "Maaf, aku baru bisa mengunjungimu," lanjutnya.

"Tapi ngomong-ngomong, apa yang akan kamu lakukan kalau yang berdiri di sini sekarang bukan aku, hm?" tanya pemuda berambut maroon itu sambil berjalan mendekat.

"A-aku..." Kana, yang aslinya adalah Helen tergagap. Benar, apa yang akan ia lakukan kalau orang di depannya saat ini bukan Leon.

"Lain kali lebih perhatian pada sekitar, oke?"

Kana, ah tidak, Helen mengangguk mematuhi kata-kata Leon begitu saja. Namun di kedalaman pikirannya, ia selalu merasa ada sesuatu yang salah.

Benar!

Seolah seutas benang merah yang kusut meluruskan diri lalu menghubungkan diri satu sama lain di pikirannya, Helen akhirnya tahu apa yang salah.

Ini asrama wanita, bagaimana Leon bisa masuk ke kamarnya?!?!





***




Cp kedua setelah Auris dan Valent, adalah ....

Tebak sendiri deh 😶

Kana, eh salah, Helen kayak nggak tahu aja gimana sikap mantan kakak seniornya di akademi dulu. Udah maklumi aja, Len 😂

Another World : RebirthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang