13. Keluar Portal

411 93 0
                                    

Meski tidak senang, Auris masih melangkah menyusuri lorong. Lupakan saja. Dia sudah membantu mereka dan dia tidak bisa berhenti di tengah jalan. Kalau ini memang bisa menimbulkan masalah baginya nanti, Auris bisa menghancurkannya saja.

.

.

.

Satu bulan yang lalu....

Seorang gadis berambut coklat membuka matanya perlahan saat dedaunan lembut menyapu wajahnya. Ia bergegas bangun dan melihat sekelilingnya dengan tatapan terkejut. Setelah ingat apa yang terjadi, gadis itu menghela napas lalu duduk, meluruskan punggungnya dan menyandarkan dirinya pada pohon di dekatnya.

"Akhirnya keluar," gumam gadis itu.

Gadis yang tak lain adalah Auris, memejamkan matanya untuk sementara waktu, mengusir rasa sakit yang menghantam kepalanya. Ia menebak kalau kemungkinan, kepalanya tanpa sengaja membentur sesuatu yang keras setelah portal dimensi yang kacau itu terbuka lagi.

Setengah jam berlalu tanpa sadar dan sakit kepala yang menyerang Auris akhirnya mereda. Ia kemudian mengeluarkan anting kecil berwarna perak dengan hiasan kristal ungu. Ini adalah alat penyamaran yang diberikan kakek Alison padanya.

Ngomong-ngomong soal kakek Alison, Auris akhirnya mengkonfirmasi kalau sisa kesadarannya sudah hilang untuk selamanya. Jujur saja, Auris masih merasa sedih sekarang.

Auris menghela nafas dalam. Ia menyentuh tato bunga perak kecil di pelipis kirinya dan menghilang. Ia masuk ke ruang tak terlihat di salah satu kamar. Auris menatap singkat anting perak kecil di tangannya sebelum memasangnya di telinga kanannya.

Kabut tebal menyelimuti Auris untuk sesaat dan dalam sekejap, penampilan Auris berubah drastis. Ia yang tadinya berambut coklat panjang dan bermata biru dengan fitur wajah feminim berubah.

Rambutnya menjadi hitam dan pendek. Irisnya berwarna ungu dengan kilatan tajam dan mengesankan. Wajahnya masih terlihat terlalu lembut untuk seorang anak laki-laki, namun fitur feminimnya sudah memudar banyak dan ia benar-benar terlihat seperti seorang bocah laki-laki yang lembut.

Dengan segera, Auris mengganti pakaiannya menjadi pakaian anak laki-laki. Kemeja hitam dan celana hitam panjang adalah pakaian yang ia pilih. Tanpa sadar, kulit putihnya yang agak pucat terlihat kontras dengan pakaian gelapnya saat ini.

"Capek," bisik Auris pada dirinya sendiri.

Auris berbaring di tempat tidur dengan tatapan kosong. Dia benar-benar capek. Ingin istirahat tapi ia tetap harus berhati-hati. Hal ini membuatnya kesal tanpa sadar dan ia tanpa sadar tertidur begitu saja.

*

Auris akhirnya terbangun. Ia tidak yakin berapa lama ia tertidur. Karena jarang mendapat waktu untuk bermalas-malasan, Auris tidak segera bangun namun tetap berbaring terlentang di atas kasur.

Setelah rasa malasnya berkurang, Auris bangun dan merapikan dirinya. Setelah yakin penyamarannya sudah sempurna, Auris keluar dari ruang tak terlihat.

Begitu menjejakkan kaki di tanah, ia masih berada di tengah-tengah pepohonan dan langit sudah mulai menggelap. Auris mengangkat bahu acuh tak acuh lalu berjalan mencari jalan keluar dari hutan itu.

Anting yang kakek Alison berikan padanya bukan saja menyamarkan penampilan Auris, tapi juga kekuatannya. Ia dengan mudah menyembunyikan kekuatan aslinya menjadi sorcerer level 26 bintang kuning.

"Ini benar-benar akan sulit dikenali, kan?" tanya Auris pada dirinya sendiri.

Barang kakek Alison semuanya adalah barang langka. Tapi Auris masih ragu, ia takut penyamarannya terbongkar.

Another World : RebirthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang