12. Niat Bolos

396 97 0
                                    

Shia kembali merungut untuk kesekian kalinya. Sepertinya, walaupun dua temannya itu jarang gosip, mereka tidak ketinggalan berita-berita penting. Sayang sekali dia tidak bisa bercerita panjang lebar hari ini.

"Sean Louvell elemen air, Rael Karlens elemen es, dan Louis Alston elemen api, mereka sepertinya bukan orang biasa," gumam Grace tanpa sadar.

"Huh? Apa yang kamu katakan tadi?" tanya Kana penasaran.

"Bukan apa-apa," jawab Grace segera tersadar dari lamunannya.

"Dia mungkin terkesan oleh para pangeran sekolah kita," goda Shia.

"..."

"Fine, salahku."

Shia langsung tutup mulut begitu Grace melayangkan tatapan tajam padanya. Dia terkesan? 'Hmph! Itu tidak akan pernah terjadi!!' tekadnya.

Tapi ... Siapa yang mengira kalau nantinya mereka akan terlibat dalam kegiatan bersama?

.

.

.

Dalam sekejap, dua minggu sudah berlalu sejak Auris menginjakkan kaki di Akademi Rouge. Dalam waktu ini, dia entah bagaimana masuk dalam daftar 'The Prince of School'. Auris mendadak merasa tidak nyaman sejak saat ia masuk dalam daftar aneh itu, terutama saat tatapan orang-orang tertuju padanya. Untunglah Auris sudah mulai terbiasa dengan poker face-nya sejak lama.

Auris mendapatkan nilai tinggi di semua kelas mata pelajaran. Secara bersamaan, dia juga menjadi motivasi murid lain. Nilai mayoritas murid Akademi Rouge bisa dikatakan meningkat, membuat para guru merasa sangat senang.

"Dia benar-benar cocok disebut sebagai bocah jenius!"

"Kalau tidak salah, dia masih berusia tiga belas tahun, bukan?"

"Usia tidak bisa menjadi tolak ukur kecerdasan seseorang."

"Tetap saja, sepintar ini di usia muda, dia pasti akan menjadi orang yang menakjubkan!"

Saat ini, kantor guru penuh dengan diskusi seputar Xafier. Semua guru yang pernah mengajar di kelas di mana ada Xafier di dalamnya tidak bisa tidak memuji murid muda mereka yang satu itu. Sepanjang sejarah, bisa dikatakan kalau Xafier adalah murid termuda mereka. Benar-benar talenta berbakat!

"Skill berpedangnya bagus. Mr. Nell, siapa gurunya?"

"Pamannya, itu katanya," jawab Mr. Nell.

"Dia juga pintar dalam sejarah!" ucap Ms. Betty.

"Ah, aku harap aku bisa bertemu dengan anak itu..."

"Kau masih punya waktu. Suatu saat nanti kalian akan bertemu, tenang saja."

Jika di sisi kantor guru saat ini sedang ramai, maka berbeda dengan sisi lainnya, di kantin. Itu benar-benar kondisi yang berbanding terbalik dengan suasana kantor guru.

Di salah satu kursi kantin, sosok berambut hitam yang menjadi topik perbincangan para guru sedang menikmati makanannya tanpa tahu orang-orang membicarakannya. Sekalipun ia tahu, ia tidak akan peduli.

"Uhuk!"

Auris melirik ke kiri dan kanannya tanpa sadar. Ada ekspresi heran dan penasaran di wajahnya. 'Siapa yang membicarakanku?' pikirnya, menebak-nebak kira-kira siapa orang yang sedang memperbincangkannya.

Another World : RebirthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang