Auris menjatuhkan dirinya di atas kasur sambil menghembuskan napas panjang. Ia baru saja menyelesaikan misi dari guru yang mengajar kelas malam hari ini. Jangankan ganti baju, untuk duduk saja Auris sudah malas sekali.
Setelah berbaring selama beberapa menit, Auris melepas jaketnya dan melemparkannya ke sofa seenaknya. Ia masih berbaring sekarang sambil mengingat kejadian beberapa jam yang lalu.
Misi mereka adalah mengumpulkan bahan-bahan untuk alkimia. Sebagai Alchemist tingkat 7, Auris tentu tahu untuk ramuan apa bahan-bahan yang mereka kumpulkan. Namun, sama seperti Louis dan Rael yang tidak bisa menahan diri untuk mengutuk, Auris mati rasa dalam pikirannya.
Di kertas itu, dengan font tegak bersambung yang indah, semuanya ditulis dengan jelas.
Ramuan Cinta.
- Bunga Lili putih
- Daun poison ivy
- Apel merah
- Mawar hitam
- Akar Lili spider
- Air mata angsa
- Bulu sepasang angsa
- Bola mata koi
- Kelinci pink kecilAuris terpana detik itu juga setelah membaca bahan-bahan di kertas. Sejauh ini, Auris selalu membuat ramuan dan pil dari tumbuh-tumbuhan. Ia tidak pernah menggunakan bahan-bahan aneh seperti itu! Jangankan menggunakan, ia bahkan baru tahu kalau bahan-bahan itu bisa untuk membuat ramuan!
Detik itu juga, Auris memutuskan kalau ia tidak akan pernah membeli sembarang ramuan dari toko atau apapun itu. Tentu saja ini karena ia khawatir dengan bahan yang digunakan untuk membuat ramuan itu. Untunglah ia juga seorang Alchemist. Kalau tidak, itu benar-benar akan menjadi masalah untuknya.
Walaupun keempat remaja itu mengalami guncangan emosi, namun guncangan itu hanya terjadi selama beberapa menit. Keempatnya secara paksa menenangkan emosi mereka sebelum melesat masuk ke dalam hutan dan mencari bahan-bahan itu.
Mereka berpencar dalam dua kelompok. Auris bersama Rael dan Louis bersama Sean. Kelompok Auris mencari bahan tumbuhan sementara kelompok Louis mencari bahan lainnya.
Keempatnya nyaris menghabiskan waktu tiga jam untuk membongkar seisi pedalaman hutan itu sebelum akhirnya mengumpulkan semua bahan di kertas. Ah, tentu saja mereka juga melawan monster yang menjaga bahan-bahan tersebut.
Auris masih ingat dengan jelas bagaimana ekspresi tiga temannya saat mereka berkumpul bersama sebelum menyerahkan bahan-bahan tersebut pada guru.
"Aku tidak akan pernah menggunakan ramuan apapun lagi!" seru Louis dengan ekspresi campur aduk di wajahnya.
"Ya," Rael dan Sean mengangguk dengan ekspresi pahit.
Setelah mereka memberikan bahan-bahan tersebut pada guru kelas malam mereka, keempatnya langsung kabur ke asrama masing-masing. Mual membayangkan ramuan yang akan mereka gunakan dibuat dari bahan aneh. Karena tidak bisa melakukan apapun, mereka hanya bisa menegaskan diri untuk tidak menggunakan ramuan secara sembarangan.
"Hah, ini neraka," gumam Auris.
Ia mau tidak mau membayangkan hasil ramuan yang dibuat dari bahan-bahan tadi. Seketika, perutnya kembali bergejolak tidak nyaman. Auris bangun, mengambil permen perisa lemon dan langsung memakannya.
"Aku tidak ingin memikirkannya lagi!" seru Auris.
Merasakan energinya yang perlahan kembali seiring rasa asam dan manis lemon melebur di dalam mulutnya, Auris akhirnya merasakan tubuhnya lengket. Tidak nyaman untuk tidur setelah tiga jam berlarian mencari bahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another World : Rebirth
Fantasy[Hiatus] Setelah serangkaian pengejaran yang dialami Auris karena identitasnya sebagai 'Putri Mawar', Auris memilih untuk menghancurkan dirinya sendiri dan berakhir menghilang di pelukan pria yang selalu mendampinginya. Begitu membuka matanya, Auris...