3. Kunci

853 164 2
                                    

"Bagus, bagus! Memang cocok menjadi cucu perempuanku!" puji Kakek Alison bangga setelah Auris menyelesaikan latihannya.

"Kakek pasti melebih-lebihkan," balas Auris. Lagipula, kebanyakan dari yang ia pelajari berasal dari kakeknya, jadi tidak bisa di bilang kalau itu murni pencapaiannya sendiri.

"Jangan terlalu merendahkan dirimu, Nak. Kamu bisa berhasil karena kamu punya bakat. Kalau kamu tidak memiliki bakat, sekalipun Kakek Terhormatmu ini memberikan sesuatu yang sangat bernilai dan langka, itu tidak akan berguna di tanganmu."

Kakek Alison yang tidak sengaja melihat sekilas pikiran Auris memutuskan untuk menghibur cucu perempuan kecilnya itu. Apanya yang tidak berguna? Jelas-jelas gadis kecil ini sangat berbakat. Hanya saja, sepertinya, ia kurang memiliki rasa percaya diri.

".... terserah kakek saja," balas Auris setelah terdiam beberapa saat.

"Baiklah, baiklah. Kakek Terhormat ini akan memberimu sesuatu. Tutup matamu," ucap Kakek Alison kemudian.

Auris menutup matanya. Detik berikutnya, yang bisa ia rasakan hanyalah kehangatan yang melingkupi dirinya. Entah berapa lama, Auris tidak yakin. Yang jelas, begitu ia membuka matanya, Auris entah bagaimana mendapati sebuah kalung perak sudah melingkar cantik di lehernya. Kalung itu memiliki kunci berbentuk hati yang dihiasi oleh permata ruby sebagai bandulnya. Melihatnya, Auris tidak bisa menahan diri untuk tidak mengajukan pertanyaan.

"Apa ini, Kek?" tanyanya.

"Kunci," jawab Kakek Alison.

"Aku tahu ini kunci. Tapi, ini kunci untuk apa?" ucap Auris kembali bertanya.

"Kakek Terhormat ini tidak akan memberitahumu. Yang penting, kunci itu cukup berguna untukmu. Saat waktunya tiba nanti, kamu otomatis tahu untuk apa kunci itu," jawab Kakek Alison.

Mendengar Kakek Alison tidak berniat untuk memberitahunya, Auris menyerah untuk mencari tahu. Toh, nanti, pada akhirnya dia juga bakalan tahu apa gunanya kunci ini. Sekarang, yang lebih penting, dia harus berlatih dengan serius mengingat setelah ini, ia harus segera keluar dari dunia dimensi.

"Apa rencanamu sekarang?" tanya Kakek Alison.

"Aku mau latihan saja," jawab Auris.

"Setidaknya, sebelum keluar dari sini, aku harus sudah harus menjadi sorcerer tingkat lanjutan," lanjutnya lalu memulai latihannya.

Bakat Auris yang paling jelas adalah seorang sorcerer. Sorcerer dibagi menjadi tiga tingkat, tingkat dasar, tingkat lanjutan, dan tingkat atas. Tingkat dasar memiliki tujuh bintang dengan level tertinggi masing-masing adalah level 30. Tingkat lanjutan juga memiliki tujuh bintang, namun level tertingginya adalah level 50. Untuk tingkat atas hanya memiliki tiga bintang, dan level tertinggi masing-masing adalah level 100.

Auris seharusnya sudah lama menjadi sorcerer tingkat lanjutan. Hanya saja, karena ia juga berlatih pedang, alkimia, dan pemanggilan, kemajuannya sebagai seorang sorcerer agak terhambat. Karena itu, Auris ingin menebusnya secepat mungkin saat ini sebelum ia keluar dari dimensi.

Selagi Auris berlatih, kesadaran Kakek Alison menjelajahi alam dimensi ini. Baru-baru ini, prajurit hantu dan kabut hitam sering menghancurkan berbagai dimensi, terutama dimensi yang pernah didatangi oleh Auris. Singkatnya, Auris sudah lama menjadi target orang yang mengendalikan kabut hitam dan prajurit hantu. Namun gadis itu tidak tahu karena kakek Alison menyembunyikan hal itu darinya.

Sebelum penghancuran terjadi, Kakek Alison kembali mengulang semua yang bisa ia lakukan. Dari pada membiarkan dimensi ini nantinya tercemar lalu hancur oleh kekuatan jahat, lebih baik mengambil inti energi dari dimensi ini terlebih dahulu. Karena jika banyak inti energi dimensi yang jatuh ke tangan kekuatan jahat, konsekuensinya sangat tidak terbayangkan.

Bagi Auris, waktu terasa sangat cepat kali ini. Ia akhirnya menjadi sorcerer tingkat lanjut. Sungguh, menembus penghalang antara tingkat dasar dan tingkat lanjutan sangat sulit. Dan saat ini, ia sudah berada di level 43 bintang ruby.

Menghitung waktu, seharusnya portal ilegal itu akan terbuka malam ini. Auris yang sudah berencana keluar tentu segera bersiap. Namun, rencananya ditakdirkan gagal saat melihat kesadaran kakek Alison menyerbunya secepat kilat.

"Kakek, ada apa?" tanya Auris.

"Cepat! Pergi ke dimensi lain dan jangan keluar dari lingkaran portal ilegal untuk saat ini!"

Auris tertegun. Yang ia ingat hanyalah kakek Alison memasukkan sesuatu ke tangannya lalu ia kembali terseret ke dalam portal saat kakek Alison mendorongnya pergi. Sedetik sebelum portal tertutup, Auris hanya bisa menyaksikan kesadaran kakek Alison akhirnya memudar sementara hal-hal aneh (kabut hitam dan prajurit hantu) mulai menghancurkan dimensi itu.

Jalanan kota pagi ini terlihat ramai seperti biasa. Di tengah keramaian, seorang remaja laki-laki berusia sekitar tiga belas tahun tengah berjalan dengan santai. Rambut hitamnya bergerak saat tertiup angin sementara mata ungunya menatap kerumunan dengan cermat.

Kota Rouge, kota besar yang menjadi pusat semua kegiatan perdagangan. Di kota ini, berdiri sebuah sekolah yang sangat terkenal, Akademi Rouge. Akademi Rouge adalah sebuah sekolah tingkat atas. Murid termuda di sekolah itu setidaknya berusia lima belas tahun. Tapi untuk tahun ini, tampaknya ada yang berusia tiga belas dan empat belas tahun. Salah satunya adalah remaja laki-laki ini yang berstatus sebagai murid pindahan.

"Jadi, kemana arah Akademi Rouge yang benar?" gumamnya bertanya pada dirinya sendiri.

'Wah, aku tersesat,' pikir pemuda itu.

Walau sadar ia tersesat, remaja laki-laki itu terus berjalan dan tanpa sadar mulai keluar dari kota yang penuh hiruk pikuk itu. Meski merasa heran, ia tidak berhenti dan akhirnya benar-benar berakhir di luar kota. Bagian luar Kota Rouge hanya memiliki hutan lebat. Karena jalan yang ia ambil sudah sangat salah, dia berbalik berniat kembali berjalan memasuki kota.

"Hm?"

Baru saja berbalik, pemuda itu tanpa sengaja merasakan aura yang ia kenal. Menimbang dalam pikirannya antara mencari akademi atau mengikuti orang-orang itu, ia akhirnya mengambil keputusan terakhir. Lagipula, dia sudah lama penasaran dengan organisasi orang-orang itu.

Pemuda itu menyembunyikan aura keberadaannya dan mengejar orang-orang itu secepat mungkin. Yang mengejutkan, gerakannya lebih cepat dari orang-orang yang ia kejar. Karena itu, pemuda bernetra ungu memilih untuk mengejar mereka dengan santai. Ia tidak ingin mengambil resiko ketahuan mengikuti mereka.

'Bagus sekali. Aku masih punya urusan tapi malah berada di sini mengejar semut-semut itu,' pikirnya. 'Oke, ini hanya karena aku penasaran!'

Siapa lagi yang memiliki rasa penasaran sekuat itu kalau bukan Auris? Saat itu, setelah kesadaran kakek Alison hancur, Auris menghabiskan setengah tahun lagi menghampiri ribuan dimensi. Niatnya yang ingin keluar setelah satu tahun mengunjungi berbagai dimensi tentu berubah menjadi satu setengah tahun.

Untungnya ia tidak mengalami kerugian apapun atau gadis itu mungkin akan mencari hal-hal aneh tersebut untuk dihancurkan. Selama setengah tahun itu, ia juga melakukan apa yang kakek Alison lakukan, mengambil semua inti energi dimensi itu sebelum jatuh ke tangan hal-hal aneh.

.

.

.

.

.

.

.


Next =>

Jangan lupa vote and coment ya~^^

Another World : RebirthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang