"Akademi Rouge?" ucap Helio dan Auris bersamaan.
"Benar. Kalau kamu mau mengambil lambang keluarga itu, kamu harus mendaftar ke sana sebagai murid atau menyelinap masuk. Pilihan kedua jelas tidak mungkin karena keamanan Akademi Rouge sangat ketat," ucap Albert.
Mendengarnya, Auris dan Helio tanpa sadar saling bertukar tatapan. Melihat ekspresi Helio yang mudah di baca, Auris entah bagaimana merasa menyesal sudah menolong pemuda itu. Apalagi sampai ikut ke rumah pamannya.
"Apa ada masalah?" tanya Alena yang menyadari keduanya saling tatap.
"Yah, Xafier bilang dia mau masuk ke Akademi Rouge. Karena dia sudah membantuku, aku berjanji padanya untuk membantunya mengurus surat pindah," jawab Helio.
Albert dan Alena saling tatap. Keduanya mendapat ide bagus meski mereka harus mengawasi untuk sementara waktu. Dan Auris benar-benar menyesali keputusannya untuk ikut bersama Helio saat ini.
*
Dua minggu Auris menginap di rumah Albert Trancey, pama Helio. Tentunya ia tidak menginap dengan gratis begitu saja. Dikarenakan ia sudah menolong Helio, Auris tanpa sadar juga menjadi incaran para pembunuh bayaran yang dikirim oleh paman kedua dan paman ketiga Helio yang tinggal di dunia tengah. Dan dalam hal ini, Auris sangat setuju untuk membantu membersihkan semua pengacau dengan senang hati.
Sring--
"Ukh!"
"Ini yang terakhir."
Auris menatap tubuh yang terjatuh di hadapannya begitu saja. Sejak ia terlahir kembali, Auris bertekad untuk berusaha agar tidak takut lagi untuk menyerang. Di dunia ini, dia sadar kalau yang lemah hanya akan menjadi makanan yang kuat. Dengan kata lain, jika dia lemah, dia bisa mati lebih cepat.
Walau mengatakan sudah bertekad, Auris tetap terlihat pucat setelah membersihkan para pembunuh bayaran itu. Auris menarik napas panjang lalu menyimpan kembali pedangnya sebelum melangkah masuk ke dalam rumah. Di dalam, Helio berdiri di depan sosok berdarah dengan pedang di tangannya.
"Bagaimana?" tanya Auris.
"Maaf merepotkanmu," ucap Helio menyesal.
"Lupakan itu," balas Auris.
Albert dan Alena datang dengan para pelayan yang segera membersihkan tubuh tak bernyawa di sekitar Mansion Trancey. Setelah yakin semuanya baik-baik saja, Auris akhirnya bisa duduk dan merilekskan dirinya untuk sesaat.
"Helio, ikut denganku!" perintah Albert.
Helio mengangguk patuh dan mengikuti pamannya itu ke ruang kerja sementara Auris masih duduk bersama Alena. Melihat wajah Auris yang agak pucat, Alena merasa bersalah karena menerima bantuan Auris.
"Xafier, apa kamu baik-baik saja?" tanyanya lembut.
"Aku baik-baik saja," jawab Auris dengan senyum tipis.
Alena mengangguk lalu menyuruh Auris untuk pergi ke kamarnya dan beristirahat. Auris ber-hm ria tanda setuju dan langsung pergi ke kamarnya sementara Alena berdiri dan pergi ke ruang kerja Albert.
.
.
.
"Helio, apa pendapatmu tentang Xafier?" tanya Albert.
"Dia ... aku tidak bisa menebaknya," jawab Helio merasa malu.
"Kau tahu apa kekuatannya?" tanya Albert.
"Aku hanya tahu dia sering dikelilingi oleh kilatan petir setiap kali orang-orang itu menyerang. Jadi setidaknya dia harus memiliki elemen petir," jawab Helio setelah berpikir untuk sementara waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another World : Rebirth
Fantasy[Hiatus] Setelah serangkaian pengejaran yang dialami Auris karena identitasnya sebagai 'Putri Mawar', Auris memilih untuk menghancurkan dirinya sendiri dan berakhir menghilang di pelukan pria yang selalu mendampinginya. Begitu membuka matanya, Auris...