Serangkai bunga yang pernah menjadi pemberian yang layunya menjadi tanda kepergian, kita yang pernah sehujan yang telah tertinggal kenangan, sepasang mata yang pernah bertatap lama kini terpejam menutup asa. Kita yang pernah menciptakan suatu kisah bersama kini terpisah dan ingin saling lupa, kamu yang menjadi pemeran utama dan aku yang hanya sebagai pemeran pengganti yang kini tidak kamu butuhkan lagi. Aku yang larut dalam kesedihan yang hanyut dalam aliran kenangan terbawa arus dan terombang-ambing di permukaan yang sebenarnya dangkal namun kutenggelam karena penantian. Harapan-harapan yang telah sampai setinggi langit terlihat kelabu dan menjadi tetesan hujan yang jatuh berkali-kali menempa kepercayaan yang berusaha bangkit dan menyatukan puing-puing yang hilang, masa-masa indah yang hanya tertinggal kisah, tentang kamu yang pernah ada meninggalkan jejak asa yang masih menjadi upaya agar aku menghapusnya karenamu yang hanya semena-mena berucap kata manis yang menjadikanku bernasib miris, menanggung rasa yang pedih teriris perlahan membuatku kembali menangis melihat kamu yang kini kembali lagi mengemis meminta agar aku kembali menjadikanmu sosok yang manis, berkali-kali kamu mengakui kesalahan-kesalahan dan mengucapkan maaf yang entah berfungsi untuk apa, aku yang terdiam memperhatikan kalimat yang kamu ucap dari mulutmu begitu terangkai rapi dan manis namun semuanya basi.
Satu hal yang perlu kamu tahu bahwa perasaan ini bukanlah halte untuk kamu datangi untuk pergi dan kembali, kemudian kamu menggadai kenangan yang pernah kita ciptakan agar aku terbawa suasana dan kamu memasang rupa seperti orang setia yang sebenarnya hanya bermuka dusta. Teringat aku yang pernah berucap jangan untuk kamu pergi, memohon agar kamu tetap di sini dan berjanji untuk melakukan apa pun yang mampu membuatmu tidak pergi dan kamu yang acuh hanya menolak pandangan dari mataku yang berlinang lalu tanpa kata kamu melangkah dan menghilang. Namun sekarang pada ingatan yang begitu memaksa seperti memberontak terhadap kamu yang berucap mohon ingin kembali, menetap dan berkata mampu membangun bersama yang telah pergi termasuk asa dan kepercayaan. Aku yang terluka terus saja didera, ingin acuh namun pandangan tidak mampu beralih pada mata yang kutatap tidak lebih dari sekadar dusta.
Beberapa hal yang mengganjal tentang kisah kita yang kamu tanggal, mengapa kamu memerlukan sesal setelah kamu memilih pergi lalu datang kembali bukankah itu keputusan yang kamu tetapkan, lalu aku yang menerima kenyataan hanya menjadi paham bahwa kepergianmu adalah suatu alasan dari keraguan padaku apakah mampu terus membahagiakan atau hanya sekadar memastikan jika ada kebahagiaan yang kamu dapati lebih di luar sana, setelah kamu menyadari kegagalan mungkin saja kembali adalah pelarian untukmu yang sebenarnya hanya mengemis janji untuk menarik kembali keputusanmu sendiri, menjilat kembali omonganmu kemudian memungkiri kembali.
Kamu yang bertingkah mengulang-ulangi agar kuyakini hanya menjadi sia-sia sebab bagimu aku yang mudah dikelabui yang sebenarnya kamu berhasil mengkhianati tetapi hati ini tidak akan menetapkan kedua kali pada hal yang telah berjanji untuk diingkari, pada hal yang melukai dan melarikan diri, aku memang terlalu bodoh memikirkan tentangmu namun hatiku tidak menetap pada seseorang yang tidak bertanggung jawab sepertimu, pada seseorang yang tidak pandai menjaga sebuah kepercayaan.
Terakhir kamu berkata jika kamu ingin kembali untuk menyatukan perbedaan di antara kita, lalu bagaimana tentang dirimu yang belum mampu menyatukan perbedaan di antara perkataan manis dan perbuatan yang kenyataannya menyakitkan.
"Kamu berhasil mengkhianati tetapi hati ini tidak akan menetapkan kedua kali pada hal yang telah berjanji untuk diingkari."-May
KAMU SEDANG MEMBACA
Raindu (Hujan dan Rindu)
Romance-Sejak Agustus 2018- #1-Kata (13 Maret 2019) #1-Syair (22 Nov - 3 Des) 2018 #1-Poem (28 Des -) #2-Sajak #2-Quotes (18 Jan 2019) #4-Puisi #4-Poetry (31 Jan 2019) .