Suatu ketika kita berbincang tentang langit kelabu, jika ia sebagai pertanda hujan akan datang dan itu benar, juga saat itu kamu berbicara jika rasa rindu yang kudapati maka kamu pasti datang menemui, namun itu salah. Perkataanmu itu kini tidak lain hanya pelengkap derita rindu yang mengaduh untuk berlalu, mungkin kamu lupa memberi tahu jika itu hanya sekadar gurau atau mungkin karena aku yang terlalu terpaku dalam kepercayaan. Pembuktianmu kini jika sebuah rindu menjadi pertanda kamu telah menghilang, dan kamu benar pelupa hingga rasa masih saja kamu sisa. Tentang aku yang tidak akan tega membiarkannya begitu saja, aku merawat rasa itu hingga tumbuh menjadi rindu yang memporak-porandakan pikiran ini, pikiran untuk memiliki. Namun setiap hujan seolah menghempas pikiran itu membuatku lebih banyak terjatuh dari tetesan yang dijatuhkannya dan merasa dingin dalam kenangan yang lebih dingin dari angin yang membawanya, menyadarkan hal yang tidak mungkin terjadi ataupun kembali sekalipun dalam mimpi. Aku yang pernah meyakini sebuah rasa kini ingin membunuh beberapa rasa, termasuk rindu, tetapi aku kalah lagi ia memiliki kenangan sebagai perisai dan perisai itu telah menjadi bagian diriku, jadi tidak lain aku harus membunuh diri ini jika ingin membunuh sebuah perasaan, tetapi itu hanya sebuah rasa, aku masih memiliki otak ini sekalipun berantakan, aku masih memiliki keyakinan yang tidak mungkin mampu disalahkan yaitu yakin kepada Tuhan, aku hanya terlalu sering membuat keyakinan kepada seseorang hingga lupa atas keyakinan kepada Tuhan, mungkin rindu ini akan panjang tak sebatas kelabu, aku hanya berharap suatu saat akan berlalu.
"Aku hanya terlalu sering membuat keyakinan kepada seseorang hingga lupa atas keyakinan kepada Tuhan."-May
KAMU SEDANG MEMBACA
Raindu (Hujan dan Rindu)
Romance-Sejak Agustus 2018- #1-Kata (13 Maret 2019) #1-Syair (22 Nov - 3 Des) 2018 #1-Poem (28 Des -) #2-Sajak #2-Quotes (18 Jan 2019) #4-Puisi #4-Poetry (31 Jan 2019) .