Apel Pertama

1.9K 237 8
                                    

"kalian kelihatan akrab banget" ucap Jason saat menuju ke tempat dimana dia memarkirkan mobilnya tadi.

"Iya dulu kami bertiga bersahabat, kemana-mana kami selalu bertiga, bisa di bilang seperti saudara sih" jelasku padanya.

"Tapi sepertinya dia suka sama kamu" gumamnya yang samar-sama tersengar olehku.

"Kamu ngomong apa by?" Tanyaku padanya.
"Enggak kok by" ucapnya sambil tersenyum.
Tapi senyumnya kali ini nampak aneh. Seperti sebuah senyum yang di buat-buat.

'ada apa dengannya?' batinku sambil memandang ke arahnya.

****

Sesampainya di rumah.
"Dinda pulang" ucapku saat memasuki rumah.

"Udah pulang Din? Eh ada nak Jason, mari masuk!" Ucap mama saat menghampiri kami berdua.

"Udah ma" sahutku sambil memasuki rumah.
"Iya tan. Eh ini ada makanan buat om sama tante" ucapnya sambil memberikan martabak yang telah dia beli sebelumnya.

"Kok repot-repot segala sih" ucap mama sambil meraih pemberian Jason.
"Enggak repot kok tan," sahutnya.

"Oh iya om sama Gitanya kemana tan?" Tanyanya.
"Oh papanya Dinda lagi di ruang kerjanya, katanya lagi banyak kerjaan. Kalok Gita.." ucap mama terjeda.

"Cariin aku ya" teriak Gita saat menuruni tangga.
"Wahhhh.. baunya martabak nih.. Gita mau dong" dia pun berlari menuruni tangga.

"Soal makanan aja hidung lo tanjem bener" cibirku.
"Biarin," ucapnya sambil menyengir memperlihatkan deretan giginya.

"Wah calon kakak ipar mah emang pengertian ya, baik pula. Gak kayak kak Dinda" cibirnya sambil meraih kantong kresek yang berisi martabak.

"Lain kali bawa pizza kak" ucapnya sambil melahab martabaknya.
"Gak sopan lo" cibirku,

"Gita kalok makan jangan sambil ngomong entar.." ucap mama memperingatakan belum selesai mama bicara.

"Uhukk uhhuukk" Gita sambil berlari menuju dapur.
"Nah kan kena azab lo" teriakku.

"Ya udah tante tinggal bentar ya, mau kasih martabaknya ke papa dulu. Jason tante tinggal ya" ucapnya sambil beranjak pergi.

"Iya tante" ucapnya saat mama belum benar-benar menghilang dari penglihatan kami.

"Duduk by. Kamu mau minum apa?" Tanyaku padanya.
"Apa aja deh yang penting kamu yang buatin" sahutnya sambil tersenyum.

"Ya udah air putih aja ya" sahutku sambil membalas senyumnya itu.

"Ah kamu by" ucapnya sambil mencubit pipiku.
"Hayo pacaran di sini" ucap Gita yang tiba-tiba mengagetkan kami berdua.

"Ini kan malam minggu, emang elo" cibirku.
"Kakak ihhh.." eluhnya.

"Bentar ya by, aku buatin minum dulu" ucapku sambil beranjak dari dudukku
"Iya by" sahutnya.

"Ko Jason kok mau sih sama kak Dinda. Kak Dinda kan nyebelin pakek banget" ucapnya yang samar-samar terdengar olehku.
"Ngomong apa lo?" Teriakku dari dapur.
"Apaan sih kak kepo deh" sahutnya.

Aku pun segera menuang jus jeruk ke dalam gelas lalu bergegas menuju ke ruang tamu.

"Ya karena kakakmu itu bisa luluhin hatiku, ya sebenarnya sih aku udah jatuh cinta saat kami pertama kali bertemu. Toh dia juga baik, manis lagi" jelasnya kepada Gita.

Aku pun menghampiri mereka.
"Tuh denger kan lo, gue kan baik gak kayak lo" sahutku yang ikut nimbrung.

"Kan aku limited edition" sahutnya sambil tersenyum.
"Limited apanya cari di pasar juga 10 ribu dapet 3" cibirku.
"Ihhh kakak mah" ucapnya lalu beranjak berdiri.

"Mau ke mana lo?" Tanyaku.
"Mau ke kamar, di sini hawanya panas, banyak nyamuk gak mau gue jadi obat nyamuknya." Sahutnya sambil bergegas pergi.

"Dasar jomblo" teriakku.
"Bodo" sahutnya saat menaikki tangga.

"Kalian tuh ya berantem mulu, kayak kucing sama tikus aja" cibir Jason.
"Ya begitulah, kalok pagi kumpul ya berantem mulu tapi kalok lagi gak ada di cariin" jelasku padanya.

"Tidak jauh beda ternyata" sambil tersenyum manis ke arahku.

Selang beberapa menit papa dan mama menghampiri kami berdua.
"Tante kira tadi kanu udah pulang Je" ucap mama sambil duduk di sebelah papa.
"Belum tante" sahutnya.

"Nginep sini aja Je, nanti biar om bilang ke papi kamu" ucap papa.
"Enggak usah om. Gak enak juga sama tetangga." Sahutnya.
"Iya juga sih pa. Biar mereka nikah dulu" sahut mama.
"Oh ya kapan kamu mau melamar Dinda?" Tanya papa ke pada Jason.

Entah mengapa dia terlihat salah tingkah.
"Emmm.. se-cepatnya om" ucapnya yang terdengar sedikit gugup.
"Baik lah, om tunggu kabar baik dari keluargamu. Ya udah kalok gitu om mau istirahat dulu" pamit papa sambil beranjak.

"Ayo ma" tambahnya.
"Iya pa" mama pun bangkit dari duduknya, lalu beranjak pergi meninggalkan kami berdua.

"Gimana?" Tanya Jason kepadaku sambil menaik turun kan alisnya.
"Gimana apanya?" Tanyaku balik.
"Kamu mau di lamar kapan?" ucapnya sambil tersenyum.
"Emm.. kapan ya?" Ucapku sambil menaruh tanganku ke kepala seolah berpikir.

"Kamu tuh ya" ucapnya sambil mencoel pipiku.
"Sakit by" teriakku.

"Woy jangan berisik udah malem" teriak Gita dari lantai dua.

Aku dan Jason pun hanya tersenyum.
"Ya udah by aku pulang dulu ya" pamit Jason.
"Udah larut malam juga" sambungnya.

"Iya by hati-hati di jalan ya" ucapku mengingatkan.

"By janangan lupa besok pagi aku jemput" ucapnya saat hendak memasuki mobilnya.
"Iya by" sahutku.

Dan dia pun kembali turun dari mobilnya.
"Kenapa by? Ada yang ketinggalan?" Tanyaku saat melihat dia turun kembali.

"Ada yang ke tinggalan by" ucapnya saat menatap ke arahku.
"Apa by? Biar aku aja yang ambilin" ucapku, saat aku hendak beranjak untuk pergi mengambil barang yang tertinggal. Jason pun menarik tanganku. Dan cup..
dia mengecup keningku. Aku pun hanya terbengong di buatnya.

Tidak hanya berhenti di kening saja. Dia pun mengecup kedua pipiku dan berakhir di bibirku, cukup lama dia mengecup bibirku.
Sontak pipiku berasa panas dan memerah karna malu.

"Makasih by. Aku pulang dulu" ucapnya saat melepaskan kecupannya itu.
Aku masih diam mematung, dia pun meninggalkanku dengan rasa yang bercampur aduk di dadaku. Aku pun memegang dadaku, nampak jantung ku berpacu lebih cepat.

'gila maraton parah jantung gue, sweetnya pakek banget sih Jason.'batinku

Aku pun beranjak memasuku rumah. Langsung bergegas ke kamarku

Suamiku CEO TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang