Ritme, 21

609 92 19
                                    

Apa kabar kalian semuaa 😊

Jangan lupa kasih kritik sarannya yaa 😉

Selamat membaca 🤗🤗

*******

Sinar surya menembus kaca jendela. Melewati celah-celah gorden kamar bernuansa elegan. Khanza membuka mata perlahan. Tangan kanan meraba nakas. Mencari keberadaan ponsel. Ia meraih ponsel, mengucek mata perlahan. Menyalakan ponsel hanya untuk melihat jam.

Sudah jam 09.43 ternyata.

Entah mengapa, tak seperti biasanya ia merasa begini. Khanza bukan tipe orang tidur pagi. Jarang, ia lakukan jika benar-benar kelelahan atau sakit. Tapi pagi ini ia melakukannya. Hampir seluruh sendi, otot, tulang ditubuhnya benar-benar sakit kelelahan. Terkhusus pada bagian-bagian tertentu. Sakitnya terasa walau sudah mereda.

Ranz. Ia masih terlelap. Wajah rupawan membuat semua orang terpesona jika bukan karena senyumannya. Rambutnya acak. Tentu ulah Khanza sendiri yang menyebabkan itu. 

Untung saja pelukan mereka longgar. Tangan kiri Ranz masih berada di perut Khanza. Kaki kirinya pun, menindih kaki kanan Khanza dibawah naungan selimut yang menutupi tubuh keduanya hingga dada.

Shubuh tadi, Khanza terjaga terlebih dahulu. Langsung membersihkan diri sekalipun rasa sakit ia tahan sekuat mungkin. Bagaimanapun juga, ia harus melaksanakan kewajiban sebagai muslimah. Sholat Shubuh. Tak mungkin jika ia meninggalkan kewajibannya. Karena, di akhirat nanti. Hal yang pertama dipertanyakan ialah sholat. Bagaimana kita menjaga sholat. Sekalipun diri kita berlumuran dosa.

Menjaga perasaan Ranz sebagai suami. Ia membangunkan usai mandi junub. Sambil menunggu Ranz di kamar mandi. Ia membaca Al-Qur'an terlebih dahulu. Mengulang sebagian hafalannya.

Setelah berjamaah berdua. Diakhiri dengan mencium tangan Ranz dan melipat mukena. Khanza kembali ke tempat tidur. Begitu pun Ranz. Khanza masih menganggap semua yang terjadi hanyalah mimpi. Nyatanya, ia belum bisa menerima semuanya. Sekalipun malam zafaf membawanya ke tujuh lapis langit. Terbang keliling dunia. Menaiki roller coaster tertinggi di dunia. Dirinya benar-benar melayang terbang.

Khanza melepaskan rangkulan Ranz di perutnya. Membalikkan tubuh perlahan. Membelakangi Ranz. Memeluk guling. Memikirkan apa yang sedang terjadi.

Baginya, ia belum pantas bersanding dengan Ranz Kenzia. Selebriti ternama. Wajahnya selalu menghiasi beberapa saluran televisi terkenal. Lantunan suara merdunya menghiasi beberapa tempat seperti mall, kafe, restoran, butik pakaian, toko sepatu, hingga angkutan umum pun mengiringi suara Ranz.

Seperti mimpi.

Dan ini bukan mimpi.

Khanza tak pernah bermimpi seperti ini.

Membayangkan menjadi kekasih apalagi istri selebriti tak pernah berkelebat dalam pikirannya.

Yang ia pikirkan, karirnya berkembang terus . Masa depan bagus. Dapat jodoh pun hangus.

Naudzubillah.

Sungguh, sehebat-hebatnya rencana. Hanya rencana Allah Swt.

Skenario tuhan memang lebih indah.

𝓀𝒽𝒶𝓃𝓏𝒶

Khanza merapikan pakaian depan cermin. Memastikan bahwa kerudungnya benar-benar rapi. Tak bermaksud meninggalkan ataupun menghindar dari  Ranz sendiri disini. Hotel. Ia hanya ingin menenangkan diri. Mungkin dengan cara mengajak bertemu Myscha, akan sedikit menenangkan kegelisahan dalam dirinya.

RITME; Married with SelebritiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang