Ritme, 17

711 128 26
                                    

Sembari menunggu kedatangan Rio, sang pemilik acara dan beberapa kamerad lainnya belum datang. Mereka bernostalgia tentang aku, kau dan dia.

Tentang kejadian unik pada zamannya.

"Hahahahh, gue jadi masih inget tuh dulu kelakuan Omar. Hobinya tidur di kelas. Sering di lempar pake penghapus papan tulis dia sama Pak Somad. Giliran di tanya guru aja. Kayak ayam kalau ditanya majikan." kelakar Tio mengundang gelak tawa orang sekeliling disana.

"Gue masih mending ya. Daripada lo, bisanya aja ngatain orang. Giliran gue tanya balik jawaban. Lo kayak pantomim. Pake isyarat segala. Padahal mulut lo mirip ember bocor. Dasar senjata makan tuan!!" balas Omar. Istri tengah buntingnya mengusap pelan bahu. Menenangkan.

"Kirain cewek doang yang sering ghibah. Ternyata cowok sama aja yaa." terang Linda dijawab anggukkan beberapa wanita disana. Para lelaki hanya menyengir dalam arti mengiyakan.

"Eh kalian pada inget gak? Lee pernah kepeleset pas main basket. Mana lagi tanding sama sekolah sebelah. Malu-maluin aja." sahut Sari. Merasa namanya disebut, Lee menoleh.

"Sar, lo juga lihat pas dia jatuh? Hahahaha, kirain gue doang yang masih inget kronologi kejadian itu," Tiara tertawa hingga menutup mulut. Pasangannya menggelengkan kepala. Ternyata sifat asli pacarnya begini.

Benar-benar aib yang perlu ditutupi. Namun apalah daya jika mulut para carlota sudah berkobar. Lee hanya bisa menerima pernyataan sesuai dengan kenyataan.

"Gara-gara ada cewek yang lempar kulit pisang ke lapang. Tahu-tahunya, lo labrak itu cewek. Mana adek kelas pula," lanjut Dika.

"Gak lama setelah itu. Lee pacarin deh itu cewek." 

"Fakboi high class namanya juga," Linda ikut menimpali. Tak peduli jika wajah Lee sudah memerah menahan antara malu dan amarah. Gelak tawa terus mengalir tanpa henti disana.

Tak bedanya dengan Ranz dan Khanza. Ranz tertawa ringan. Receh juga ternyata. Khanza tertawa seraya menutup mulut dengan tangan kirinya.

Wanita gandengan Lee ikut tertawa. Toh, dia pun jenis fakgirl. 

"Setiap orang memiliki alasan tertentu untuk melakukan sesuatu." tadinya Lee ikut tertawa. Lambat laun tawanya mereda. Ia menyandarkan tubuh pada sofa.

Sisa-sisa tawa masih ada. Lee menjadi titik fokus utama.

Menghela nafas panjang. Lee mengusap wajah gusar. Tak peduli apa reaksi wanita disampingnya saat ia berkata. Entah masih terbungkus atau tidak, ia tak peduli. Toh, dia barang pinjaman semata. Setelahnya, pasti ada meminjamnya kembali.

"Dan setiap alasan tertentu itu," ada jeda disana. Lee menatap nyalang ke depan. "Tak perlu diketahui orang lain."

"Wih mulai mau puitis nih!!" sahut Omar.

"Gue tahu alasannya lo jadi fakboi!!" timpal Dika.

"Ya pasti gak jauh dari rasa pernah kecewa atau pernah disakitin sama satu cewek yang bener-bener lo sayang kan?!" Reta mengeluarkan hipotesisnya. Gadis cuek dengan seribu rahasia di kelasnya dulu. Dulu menjadi salah satu target Lee. Namun, karena Reta sudah terlebih dahulu mengetahui sifat asli Lee. Lagu Mundur Alon - Alon tepat untuknya.

Kini, ia meninggalkan bocah 3 tahun di rumahnya.

Lee tersenyum singkat. Mendapati jawaban Reta. Benar saja kan! Reta bukan spesies wanita seperti di sampingnya. Ia berbeda. Dan Lee sempat menaruh rasa. Andai saja dahulu Reta menerima dirinya. Mungkin ia akan menjadi wanita terbahagia sampai saat ini.

Dan Lee bukan sumber bahagianya. Karena, alasan Reta bahagia sudah di rebut 4 tahun lalu oleh lelaki lain. Lelaki berstatus suami yang duduk di sampingnya.

RITME; Married with SelebritiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang