Ritme, 3

1.2K 240 50
                                    

Sesuatu dalam handbag Khanza terjatuh. Khanza tak menyadarinya. Ia bergegas mempercepat langkah. Melewati Ranz begitu saja. Rona dipipinya belum hilang.

Jika boleh percaya diri. Mungkin Ranz merasa bahagia saat ini. Mungkin, Khanza salah tingkah karenanya. Membuat Ranz semakin gemas terhadapnya.

Setelah Khanza menghilang dari pandangan Ranz. Ranz mengambil benda tersebut.

Kartu identitas.

Ranz mengamatinya perlahan. "Khanza Ayesha, Kelahiran Indonesia, 21 tahun." gumamnya.

Sedangkan Ranz? 24 tahun. Ia semakin heran. Mengapa dalam usia 21 tahun Khanza bisa menyelesaikan wisudanya dalam waktu singkat?

Ranz mengira umur Khanza hanya berbeda dua tahun dengannya. Cerdas juga itu anak, pikirnya.

"Jl.Veteran Perumahan,," Ranz mengeluarkan ponselnya. Membuka aplikasi google map. Mencari lokasi tempat tinggal Khanza.

Masih menetap rupanya,

"WhatsApp 08,"

Segera, Ranz menyimpan nomor ponsel Khanza. Siapa tahu, suatu saat nanti ia akan membutuhkannya.

"Kenzi," panggil Lee.

Ranz menoleh. Mendapati Lee mendekat kearahnya. Ia memasukkan id card ke dalam sakunya.

"Jalan,"  titah Lee.

Ranz mengikuti langkah Lee. Menuju cafe terdekat. Karena mereka belum memasukkan makanan pokok ke dalam perutnya. Sembari memesan, Lee bercerita.

"Tadi gue sempat ketemu Rio. Lo masih inget kan dia temen SMP kita?"

"Ingetlah. Gue bukan pelupa,"

"Katanya, anak-anak mau reuni. Kalau dihitung sih 3 hari setelah lo perform."

"Oke,"

"Tapi bersyarat,"

Ranz mengerutkan keningnya. "Tumben pake syarat segala. Paan?"

"Setiap orang, harus bawa pasangan masing-masing. Terus, kenalin ke mereka. Siap gak?"

Ranz tampak berpikir sejenak. "Kalau jomblo datengnya?"

"Ya,, lo kena terror. Paling, mau gak mau lo harus dapat cewek yang di club. Acara intinya kan di club. Sekalian ngerayain birthdaynya Rio."

"Ih najis, emang lo udah ada?" Ranz tidak bisa membayangkan apa jadinya dia berpasangan dengan para lonte ababil. 

"Soal cewek tuh gampang. Kitanya aja yang dibuat ribet. Kayak hidup."

"Boleh,"

"Oh ya, lo masih inget kan taruhan kita tempo hari? Siapa cepat. Dia menang."

"Inget, terus?"

"Gimana? udah dapat belum?" Lee berbicara seolah meremehkan.

"Lihat aja nanti." Ranz tersenyum sinis.

𝓇𝒾𝓉𝓂𝑒

Khanza merebahkan dirinya dikasur. Hari ini,  Mas Afkar belum sempat pulang. Mungkin, menemani anaknya terlebih dahulu. Zayn berumur 3 tahun. Notabenenya sepupu Khanza. Sedangkan, Mbak Nayla mengurusi butiknya yang sedang berkembang pesat.

Ia hanya tinggal bersama Mas Afkar, Mbak Nayla dan Zayn. Ayahnya, sudah tiada setahun yang lalu. Divonis jantung setelah tak lama mendengar kabar istrinya menghilang entah kemana. Dicari dengan berbagai macam cara pun belum ditemukan hasilnya. Khanza pun tak tahu itu. 

RITME; Married with SelebritiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang