Keheningan terjadi beberapa saat. Masing-masing sibuk dengan pemikirannya. Terkecuali Afkar bersama sang istri. Saling bisik-bisik tetangga.
"Zay, kamu yakin mau jalan-jalan sekarang?" tanya Afkar selesai menyesap dalgona coffe dari sendok buatan istrinya.
"Yeay, kita jalan-jalan." teriak Zayn duduk disamping Khanza dengan riangnya.
Khanza sedikit bingung hal ini. "Boleh, kan kakak yang ajak? Janji harus ditepati lhoh kak. Pamali kalau dikhianati. Jadinya munafik nanti."
Nayla membereskan piring-piring kotor. Membawanya ke dapur.
"Kita pengantin baru lhoh. Mending beres-beres dulu yuk dikamar. Koperku belum diberesin." Ranz menyergah ucapan kekasih halalnya.
"Tuh dengar pengantin baru. Di rumah dulu aja. Kenalan dulu kalian. Baru kenalan pakaian. Biar feelnya dalam,"
Khanza tersedak mendengar penuturan halus dari lisan kakaknya. Semenjak kapan pikirannya berubah begini? Apa selama ini ingin berterus terang?
Zayn sibuk memainkan ponsel milik ayahnya. Membuka galeri.
Ranz tersenyum seraya mengusap pelan punggung istrinya. "Jalan-jalannya besok aja. Aku udah ambil cuti beberapa hari ke depan. Gak ada yang tahu kalau kita udah pasang cincin kok,"
Khanza menoleh. Tersipu, mengalihkan pandangan ke arah Afkar. Menatapnya tanpa ekspresi sambil menaik turunkan alis. "Tuh dengar lagi. Besok aja ya. Sekalian sama bebeb. Kakak mau ke kamar dulu. Lanjutin agenda," Afkar memundurkan kursi. Beranjak dari sana, tertawa kecil meninggalkan mereka serta buah hati.
"Om Lens. Kemalin masuk tipi yaa. Aku lihat," Zayn mendongak. Menatap Ranz. Ponsel ia taruh diatas meja makan.
"Iya sayang. Kalau Khanza nonton bareng kamu gak?" Ranz tersenyum. Matanya tampak segaris ketika senyumnya mengembang.
"Nggak kak. Zay gak ada dirumah. Pergi gak ajak aku. Jadi, aku nonton sama papa mama,"
Khanza hanya mendengarkan mereka berbicara. Malas ikut berargumentasi.
"Om Lens. Nanti kalau mau masuk tipi lagi. Aku mau ikut ya. Mau lihat aku ada di tipi nanti," ucap Zayn polosnya. Beranjak pergi dari sana. Meninggalkan kedua pasangan, salah satunya dilanda kegugupan besar.
"Oh ya. Khanza, lusa besok. Ikut ya. Ada acara reuni sama teman SMA dulu."
Khanza merasa mendapat tatapan intimidasi mengangguk tanpa membalas tatapan. Sibuk menyesap sisa dalgona coffe dalam gelas. Hingga perkataan selanjutnya membuat dirinya
"Jadi, besok kita keluar. Sekalian kencan juga boleh."
𝓇𝒶𝓃𝓏
Khanza menyeka peluh didahi. Setelah berdebat sekian lama. Akhirnya ia mengalah. Membuka kain penutup kepalanya. Ranz tersenyum bangga. Akibatnya, Khanza menghindari jika Ranz mendekati. Menjaga jarak. Social distancing dalam satu kamar. Merapikan walk-in closet perlu dibagi dua dengan sang selebriti.
Tugasnya belum selesai. Kamarnya masih berantakan. Sampah dimana-dimana. Membereskan rak buku begitu berdebu dengan kemoceng. Ia menyapu ruangan. Ranz tengah keluar rumah. Ada beberapa urusan. Membiarkan dirinya menyelesaikan tugas sendirian.
Pengantin baru macam apa ini?
Sudahlah. Jika ia banyak menggerutu, mengeluh pekerjaannya takkan selesai. Bukankah ia selalu melakukan hal sekecil ini?
Tetap saja. Berbeda suasana. Jika dulu ia melakukan seorang diri untuk diri sendiri guna mandiri. Mulai malam tadi, ia melakukan seorang diri untuk berdua guna menjadi semakin berguna sebagai pasangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RITME; Married with Selebriti
RomantizmTiba-tiba menjadi ISTRI seorang Selebriti ternama? Ada apakah ini? Ranz, lelaki yang pernah mengisi hati Khanza Ayesha mendadak mengaku menjadi suaminya. Namun, banyak sekali orang yang menginginkan hubungan mereka segera usai. Bisakah mereka bert...