Ritme, 11

762 169 46
                                    

Ranz menepikan mobilnya dihalaman utama pekarangan rumah Afkar. Usai dari acara performnya. Ia segera pulang saja. Tanpa sengaja ia lihat Khanza sudah berlalu.

Ia kira Khanza sudah sampai dirumah. Sebelumnya. Ia sudah mengontak pada Afkar. Beberapa waktu akan tinggal dirumahnya. Afkar mengizinkan. Menerima dengan senang hati.

Ia tak tahu jika Afkar menempatkannya pada kamar Khanza. mendengar percakapan dari luar. Samar-samar. Sepertinya Khanza sudah datang. Ia tak mengira jika Khanza akan menggunakan tempat yang sama. Kamar mandi.

Mendengar pintu terkunci. Ia menoleh. Bertepatan dengan Khanza menoleh padanya.

Ranz menelan saliva. Melihat pemandangan di depannya. Khanza. tampak begitu charm saat ini. Sungguh sangat-. Tak salah. Ia tak salah memilih. Hanya dalam balutan bathtub selutut serta rambut yang digelung asal. Membuat ia harus menahan sekuat tenaga.

Khanza berteriak. Melihat dirinya hanya memakai celana pendek berbahan khaki. Bertelanjang dada. Hendak memakai atasan. Beberapa detik kemudian. Khanza memutar knop. Tak bisa dibuka. Ia lupa telah menguncinya. Segera. Membukanya. Menutup pintu sedikit keras.

Ranz memakai atasannya. Kaos polo hitam. Baru saja ia membersihkan tubuhnya. Terasa segar. Ditambah pemandangan Khanza beberapa saat yang lalu. Menambah kesegaran dimatanya. Ia terkekeh. Menertawakan Khanza. Sepertinya cukup terkejut dengan kehadirannya.

"Kak Afkar. Itu siapa di dalam?" teriak Khanza dari luar. Ranz mendengar jelas. Ia keluar dari kamar mandi.

Afkar menoleh. Menahan tawa semenjak Khanza datang. "Lo mau kemana pakai bathtub gitu? Mau renang jam segini? Katanya mau tidur. Sana masuk kamar," titah Afkar menunjuk Khanza.

"Mau pinjam kamar mandi dulu bentar,"

"Di kamar lo juga ada kan? Ngapain pakai yang diluar? Gak usah lebay deh takut segala," terdengar kekehan kecil dari Nayla.

"Kak,"

"Masuk gak? Atau besok jalan-jalannya gak jadi?"

Dengan berat hati. Khanza kembali masuk ke dalam kamarnya. Dadanya berdesir hebat. Ia lupa dengan wajah laki itu. Hanya ingat dengan postur tubuh six pack-nya.

Lupa,

Diambang pintu. Afkar datang. Menutup pintu. Menguncinya dari luar. Khanza menggerutu. Kesal. Semenjak kapan kakaknya berubah menjadi seperti ini?

Berbalik. Ranz duduk di tepi ranjang terus menatapnya. Khanza terperanjat. "Ngapain lo disini?" tanyanya mengintimidasi. Menunjuk Ranz.

Lagi-lagi tersenyum. Bagaimana ia bisa tidur jika ia dihadapi dengan gadis seperti ini? Walaupun, ia sangat lelah menghadapi hari. "Duduk,"

"Keluar gak?" Khanza menunjuk kesebelah kiri. Pintu. Ia belum menyadari jika pakaiannya belum ganti.

"Gak," Ranz menumpukkan kedua tangannya samping tubuh. Menggemaskan.

"Gue bilang keluar ya kelu-"

"Khanza cepat tidur. Jangan berisik. Ganggu orang mau pacaran aja." teriak Afkar dari luar.

"Kalau belum tidur juga. Kuncinya gak akan dibuka sampai besok sore," ancamnya lagi. Terdengar kekehan dari sana.

Khanza terdiam sesaat. "Lo diam disana jangan kemana-mana. Awas lo yaa kalau ngintip," tunjuknya sekali lagi. Gerakan cepat. Khanza memasuki kamar mandi. Alih-alih menutup pintu. Ucapan Ranz menghentikan gerakannya sesaat.

"Kalau gue ngintip lo mau gimana?" Ranz berjalan mendekati kamar mandi.

"Lo. Gue. Usir," Khanza menutup pintu. Menguncinya cepat. Ia memegang dada. Bergetar hebat.

RITME; Married with SelebritiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang