Ritme, 32

587 30 4
                                    

Melia menghempaskan tubuhnya ke ranjang spring bed. Pandangannya menerawang menatap langit-langit kamar serba putih. Bunyi notifikasi dari ponsel saling bersahutan. Ia lupa mengaktifkan mode hening. Entahlah, tak peduli juga. Alam bawah sadarnya menginginkan tidur sejenak, sebelum managernya kembali.

Manager sialan, membiarkan dirinya menghampiri kota ini sendirian.

Baru beberapa menit ia terlelap, dering ponselnya bergetar. Ringtone lagu Happier Than Ever yang di populerkan Billie Eilish membuatnya terjaga. Tangan kirinya meraba saku celana highwaist.

"Mel, lo udah tau belum?"

"Get off my back, Bei." Melia mengaktifkan loudspeaker, meletakkan ponsel disamping kepala.

"Oow, i'm sorry Mel. Lo kan udah besar, masa berdiri sendiri gak bisa? Gue ada urusan mendadak kan tadi, makanya gak bisa bareng sama lo."

"Kalau lo lupa, gaji lo ada di tangan gue."

"Eh jangan gitu dong Mel, kita dari SMP sahabatan, masa lo mau tega sama sahabat sendiri yang cantik ini?"

"Hmm."

"Besok ada meeting pagi, jadi gue bakal datang ke tempat lo. Jangan lupa sherlock ke gue yaa. Melia cantik."

"Hari ini free kan?" kedua mata Melia perlahan memejam kembali. Lelah.

"Iya,"

"Ya udah Bei, gue mau istirahat dulu."

"Eh Mel, lo tau gak, siapa lawan main lo di project sekarang?"

Terdengar dengkuran halus di seberang ponsel Beica.

"Damn it. Dasar kebo!!" Beica mematikan sambungan.

𝓇𝒾𝓉𝓂𝑒

Khanza dan Myscha berjalan beriringan keluar dari studio bioskop. Di belakangnya ada Anggit yang merangkul lengan Gibran. Sebelum menuju are parkir, Myscha meminta Khanza menemaninya membeli milkshake tak jauh dari sana.

"Zay, mau pesan juga?" tanya Myscha.

Khanza menggeleng.

"Gue yang bayar, tenang aja." Myscha memesan terlebih dahulu varian Brown Sugar Fresh Milk..

"Ya udah deh, Brown Sugar Milk Tea pakai Bubble ya." Myscha mengangguk. Segera memesankan pada kasir.

Sembari menunggu pesanan di proses, Myscha mendekati Gibran yang tak jauh berdiri menunggu bersama Anggit.

"Btw, lo mau pesan juga?" Khanza memperhatikan dari jauh. Khawatir Myscha berbuat hal yang ganjil.

"Nggak. Lo bawa mobil kesini?" tanya Gibran. Sesekali arah pandangnya tertuju pada Khanza di depan kasir, menunggu pesanan.

"Naik Grab tadi kesini. Kenapa? Mau nawarin pulang bareng? Asik nih!!" Myscha tersenyum semringah.

"Boleh juga tuh. Gimana Git? Gue sekalian antar mereka pulang ya,"

Anggit memalingkan wajahnya dari ponsel. "Boleh," ucapnya seraya tersenyum.

"Oke, bentar ya. Gue ke Zay dulu."

Myscha kembali mengambil pesanan keduanya. Di belakang, Khanza berbisik.

"Lo tadi ngomong apa?"

Myscha membalikkan tubuh, "Dia ngajak balik bareng Zay. Lumayan, irit ongkos."

Khanza ternganga mendengarnya. Astaga, bagaimana ini?

"Asli, lo nyebelin Cha." Ungkap Khanza, bibirnya mengerucut kesal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RITME; Married with SelebritiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang