Selamat membaca 🤗
Jangan lupa vote dan komennya ya 😉🙂
**********
Ranz memijat pelipis sedari tadi dengan ibu jari. Jemari lain menopang sisi kepala sebelah kanan. Khanza, tengah melihat ke luar jendela. Memperhatikan lalu-lalang jalanan kendaraan di depan mobilnya.
Sedari tadi Ranz duduk dengan gelisah. Ia menghela nafas panjang. Tubuhnya terasa panas. Suhu AC melebihi kadar biasanya mereka pakai sedikit pun tak berpengaruh pada hawa dalam tubuhnya.
Mengingat apa saja yang sudah melewati tenggorokannya. Tidak mungkin jika dari makanan yang tersaji disiapkan racun. Rio bukan orang seperti itu. Toh jika ia keracunan, kamerad lainnya pun akan berkomentar. Menanyakan keadaannya yang sama.
Namun, isi hati seseorang tidak ada yang tahu bukan? Walaupun mereka salah satu kerabat dekat. Mungkin saja mereka memiliki niat busuk tak terlihat.
Acap kali ia melihat arloji di lengan kirinya. Perjalanan menuju rumah membutuhkan 10 menit lebih. Bahkan 40 menit.
"Zay, mau pulang ke rumah aja?" Ranz melirik Khanza sebentar.
"Ngikut kakak aja,"
"Ini masih jauh lhoh. Kalau lihat di google maps, jalanan depan sana mulai padat." Ranz membuka aplikasi Maps. Menghitung jarak tempuh menuju rumah mereka. Berusaha menghilangkan kegelisan dengan mencairkan suasana.
"Iya juga sih." Khanza melipat kedua tangan diatas dashboard. Menjadikan tumpuan sebagai sandaran kepalanya. Menoleh di kanan. Menghadap Ranz.
Melihat pemandangan lewat kaca spion tersebut, Ranz menutup mata dengan frustasi. Ia menegakkan tubuh. Duduk menghadap lurus, fokus menatap jalanan di depan.
Sekuat apapun ia mencoba. Naluri sebagai lelaki normal tentulah berjalan. Tak mungkin ia menahan sampai rumah. Bagaimanapun juga, dalam penglihatannya. Khanza masih gadis belia.
Bagi Ranz pro, dan Khanza noob.
Mungkin.
Ranz tak mau menyakiti gadisnya secepat ini. Sekalipun keduanya sudah terikat suci pernikahan.
"Kak, ngantuk gak sih?" tanya Khanza. Kantuk mulai menyerang dirinya. Sayu matanya menulusuri setiap inchi wajah Ranz malam ini.
"Ngantuk sih," jawab Ranz tanpa menoleh. Gugur sudah pertahanannya jika ia melirik walau sekilas.
"Kakak beli minum atau kopi dulu gih. Biar kantuknya hilang." usul Khanza. Tepat saat itu, muncul sebuah bohlam lampu di atas kepala Ranz.
Ia masih sadar, apa yang harus dilakukan. "Ya udah, gimana kalau singgah di hotel terdekat sini aja dulu? Besok kita pulang ke rumah." Ranz mengecek kembali aplikasi goggle Maps-nya. Enam menit lagi mereka sampai-menuju hotel.
"Boleh."
Ranz menghubungi manajernya. Meminta terlebih dahulu di pesankan di hotel tersebut. Pasti, akhir-akhir begini banyak pasangan yang menghabiskan waktu di hotel.
Setelah seluruh keperluan ia sebutkan. Ia memutus panggilan sepihak.
"Zay," panggil Ranz. Tak ada jawaban.
Ranz menoleh. Tertidur rupanya.
Tidur yang cantik.
Tak jauh dari laju mobilnya. Pedagang es kelapa muda depan alfamart tampak menunggu sisa jualannya habis hari ini. Ia mengelap sisa peluh dari dahi melalui handuk kecil tersampir di leher.
Membeli es kelapa mungkin akan membantu meredamkan hasrat bergejolak dalam dirinya malam ini. Mengingat, air kelapa dapat menetralkan kandungan dalam racun yang melewati tenggorokannya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
RITME; Married with Selebriti
RomansaTiba-tiba menjadi ISTRI seorang Selebriti ternama? Ada apakah ini? Ranz, lelaki yang pernah mengisi hati Khanza Ayesha mendadak mengaku menjadi suaminya. Namun, banyak sekali orang yang menginginkan hubungan mereka segera usai. Bisakah mereka bert...