Ritme, 2

1.4K 256 97
                                    

Khanza menyentuh dadanya. Merasakan degupan kencang. Antara takut dan bingung. Harus bagaimana?

Kenapa harus Gebetannya yang menjadi korban? Bukan Myscha. Mungkin ini suatu masalah baru bagi Khanza. Salahnya juga sih, membuat keributan didalam keributan. Mau tak mau, Khanza harus menerima segala konsekuensinya.

Huh. Khanza menarik nafas. Dibuangnya kembali. Resah. Salah Myscha ini.

Ponselnya tiba-tiba berdering. Muncul nama Myscha. Dengan terpaksa, Khanza mengangkatnya.

"Za, lo dimana? Gue yang kena imbasnya tadi!!!" teriak Myscha diseberang sana.

"Etdah, gak usah ngegas. Gue di toilet nih. Kenapa?"

"Cepetan, temuin gue diparkiran. Kalau sepuluh menit lo belum dateng, gue bakal ngelakuin ap-"

Khanza mematikan sambungan sepihak. Siapa yang salah? Ah, Khanza tak peduli. Yang terpenting ia sudah selamat.

Khanza menghembuskan nafas pelan. Namun, ia ingat. Myscha jika begini, bukan main-main. Ia akan serius dengan ucapannya.

Segera, Khanza bersiap. Mencuci wajahnya terlebih dahulu. Memoleskan bedak ditambah lipbalm. Agar bibirnya tak kering. Karena, ia lebih suka dengan tampil natural. Toh, biayapun murah. Tak sebanyak jika ia menyukai make up. Akan mengeluarkan banyak uang.

Soal penampilan? Khanza tak perduli. Belum ketemu jodoh kan? Jika memang saatnya ia bertemu dengan jodohnya. Ya, jika benar memang cinta. Jodohnya yakin tak akan memandang penampilan dirinya saat ini. Cinta ya cinta.

Lagian, belum ada terlintas pikiran pun Khanza untuk menikah muda. Ia masih ingin menikmati masa-masa bersama teman dan sahabatnya. Kalau menikah, ia akan sulit untuk meluangkan waktunya untuk bersenang-senang. Selagi masa muda.

Untung saja,  saat ini disemester 4 ia menaiki kelas aksel akibat banyak belajar dan berdoa. Seharusnya ia memasuki semester berjuang bersama Myscha. Bedanya, Myscha terlalu banyak bercanda, menjahili dirinya selalu.

Segala puji bagi Allah, tuhan semesta alam.

Dengan langkah terburu-buru. Khanza keluar dari toilet. Tanpa sengaja, ia menabrak seseorang. Headphonenya terjatuh. Ia mengambil headphonenya.

Tinggi banget ini orang, batinnya.

Khanza mendongak sebelum sesaat ia melangkah mundur. Terlalu dekat.

Lelaki itu menatap Khanza intens. Tanpa ekspresi. Wajahnya terlihat berantakan. Setengah pakaiaannya basah. Ia tahu, alasan dibalik berantakan lelaki dihadapannya.

Dirinya,

Melemparkan milkshake pada Ranz.

Mampus gue, gumamnya.

Namun, Khanza dapat menyembunyikan keterkejutannya. Ia mengerutkan kening. Lantas tersenyum. "Maaf kak, gak sengaja." Ucapnya sembari menunduk.

Soal milkshake,

Parahnya, jantung Khanza mulai bertaluan kencang. Pertama kalinya ia berpapasan. Berdiri sedekat ini dengan Ranz.

Siapa yang tak kenal Ranz? The most wanted in campus. Yang Khanza ketahui, sudah banyak pula jumlah penggemar Ranz saat ini. Semakin bertambah setiap waktunya.

Khanza sudah melewati Ranz. Dari kejauhan, ia menoleh.

Ranz sedang memperhatikannya sembari tersenyum. Ia belum beranjak pergi dari tempat berdiri. Membuat rona merah di pipi Khanza muncul.

Segera, Khanza kembali melangkahkan kaki. Takut ketahuan kembali.

Payah.

𝓇𝒾𝓉𝓂𝑒

RITME; Married with SelebritiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang